10 | Miko Dibuang?

13.8K 1.4K 39
                                    


vote dulu kaya biasa

"Jadi, kalau Miko merasa Miko adalah manusia, Miko tidak boleh berlaku seperti itu, paham?" Lunar menjelaskan dengan hati-hati untuk ketiga kalinya.

Miko mengangguk sendu, lalu ia merunduk dan memainkan jemarinya. "Tapi Miko sangat menyukai Tama ..., sangat suka."

"Oke, suka itu tidak berarti Miko harus menempeli Tama, dengarkan perkataannya dan turuti, itu juga artinya Miko menyukainya. Meski pun menyukai ... Miko harus tetap punya tata krama."

"Tapi Miko menyukai aroma dan suhu tubuh Tama."

Lunar mendesah lelah, mungkin ini bukan saatnya bicara dari hati ke hati sebagai manusia yang memiliki tata krama, nyatanya Miko lebih mirip ke kucing.

"Oke! Biar aku yang bicara." Aldi mengambil alih, ia menggeser tempat duduknya untuk merapat dengan sang kekasih. "Kamu menyukai Tama?"

Miko mengangguk heboh, hingga rambut pink-nya yang halus itu memantul-mantul.

"Kamu suka aroma dan suhu tubuhnya?" tanya Aldi lagi.

Miko menoleh ke arah Tama yang tengah memijat pangkal hidung, lalu dia kembali mengangguk heboh ke arah Aldi. "Sangat ... sangat, sangat, sangat suka Tama!" Dia tersenyum menggemaskan dengan menunjukan gusi merah jambunya bahkan imbuhan memiringkan kepala pun ekor yang bergoyang.

"Lo dalam masalah besar, Tam!" Aldi menepuk bahu Tama yang masih merunduk itu. "Miko itu lebih cenderung sepeti hewan peliharaan," Aldi menjeda. "Lo tahu berita tentang singa yang dipelihara wanita lalu dipisahkan?"

Tama mengangguk. "Singa itu jadi kering kurus kerontang dipisahin dari majikan karena nggak mau makan, kan?"

"Itu karena si singa udah sangat suka dan percaya sama majikannya."

"Kenapa lo malah nggak membantu, sih, Mas?" Tama menoleh ke Aldi kasar. "Gue cuman mau lo beri dia paham kalau dia ini bukan kucing adopsi gue." Tama frustasi, bukannya membantu, Aldi justru malah semakin menambah beban pikirannya dengan ilustrasi singa yang sekarat di berita internet yang sempat viral beberapa waktu lalu. "Kalau gue benaran jadiin dia peliharaan, dia tidur sama gue, gue suruh ini dan itu, terus tiba-tiba si pemilik asli ke sini gimana? Tamat riwayat gue, Mas." Tama membuang muka lalu kembali memijat pangkal hidungnya. "Gue yakin 1000% si pemilik pasti bukan orang biasa kaya kita karena mampu beli makhluk macam begitu." lalu dia menunjuk Miko yang kini justru tersenyum manis ke arahnya tanpa dosa.

"Dia terlalu murni kalau harus dijadikan budak sex," ucap Lunar iba menyorot wajah polos Miko. "kasihan kalau dia kembali pada si pemilik asli nanti." Lalu menoleh ke arah Tama sendu.

"Terus lo pengin dia jadi budak gue aja gitu, Nar?" Tama tak habis pikir, Sepertinya dia salah meminta bantuan ke dua orang ini.

"Gue yakin lo itu soft boy, Tam ... jadi lo nggak akan sekejam itu kalau jadi Tuan." Lunar beralih menatap Miko yang masih berkedip-kedip polos dan mengangguk, padahal yakin Miko tidak tahu apa yang mereka bicarakan.

"Dia pengidap masokis," bisik Aldi pada sang kekasih.

"Woy lah, Mas! Gue waras yah," sanggah Tama kian frustrasi yang memang masih bisa mendengar apa yang Aldi bisikan tadi, meski tahu dia hanya bercanda.

"Oke, jadi apa rencana kita?" tanya Lunar lagi.

"Gimana kalau dia ikut lo aja, Nar?" usul Tama. "Ajarin dia tata krama dan submisif yang punya rasa malu. Gue pusing, kalau lo mau tahu, dia kadang cium gue seenaknya." Tama mengusak wajahnya kasar.

"Bukannya itu malah menyenangkan?" Aldi berbinar, dan detik itu juga ia mendapat gamparan di lengan oleh Lunar.

Aldi mengaduh, lalu memegangi bekas pukulan sang kekasih yang tak main-main, padahal dia bercanda juga tadi.

"Boleh," jawab Lunar, kemudian dia kembali menoleh ke arah Miko. "Miko, Miko mau nggak tinggal sama aku? Kita sesama submisif, jadi Miko pasti aman dan nyaman sama aku, mau?"

Miko berkedip menatap Tama lalu bibirnya jatuh mencebik. "Miko nggak mau."

____________________________________________________________

"Jadi di mana terakhir kali kamu meninggalkannya?" tanya Raja dengan masih mengelusi kepala Hybrid-nya pun putung rokok di tangan yang lain.

"Terakhir kali aku meninggalkannya di mobil saat aku makan di restoran khas Jepang di kota sebelah kota aku membeli Miko," jawab Ray mengingat-ingat.

"Dia pasti takan jauh-jauh dari sana," yakin Raja.

"Tapi aku ragu juga, Mas. Gimana kalau dia ketemu orang asing, yang semisal orang itu adalah pendatang yang lalu-lalang lewat sana? Mengingat itu jalur menuju kota pariwisata juga, kan?"

Raja menipiskan bibir dan mengangguk. "Tapi apa salahnya kita memastikan ke sana? Dan kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi,"

"Aku yakin Miko memang keluar sendiri, dia tidak diculik," yakin Ray yang memang dia ingat tak mengunci pintu mobilnya.

"Kenapa dia bisa keluar?"

"Kecerobohan," Rayan mengakui.

"Kamu tidak pernah berubah." Raja menyipitkan matanya yang sudah sipit itu jengah pada adik lelakinya yang terlampau bodoh ini meski tampan rupawan.

"Daddy ... aku ngantuk," Suara Jini serak dengan mengucek mata menggunakan tangan mungilnya yang terkepal.

Raja gemas sekali dengan hybrid kucing betina cantik dan imutnya ini. "Kalau begitu tidurlah, masuklah ke kamar dan Daddy akan menyusulmu nanti,"

"Tidak mau, Jini ingin tidur dipeluk," rajuk Jini yang kini beringsut duduk, pipi bulat halus kemerahannya menggembung.

"Sebentar, Daddy masih ada urusan dengan Ray."

Telinga Jini layu dengan bahu jatuh. "Tidak mau ... Jini ingin dipeluk."

____________________________________________________________

"Apa semua Hybrid seperti ini?" Aldi melumer melihat polah rajuk Miko yang menolak untuk dipisahkan dengan Tama.

Mata bulat bening cerah yang menyayu, telinga runcing melayu, pipi merah menggembung, dan bibir merah mengkilap basah mencebik. 

"Menggemaskan sekali," Lanjut Aldi.

"Mas!" bentak Lunar kesal.

"Oh, maaf, Sayang." Aldi sadar. karena nyatanya Miko memang menghipnotis dan menggiurkan siapa pun yang memandang.

Dan Lunar melipat tangan seraya memicing menatap Aldi semakin kesal, tapi kemudian kembali menyorot Miko. "Kamu akan aman bersamaku, mau yah?"

Miko menggeleng heboh. "Tidak mau! Miko suka Tama ...!" Dia melempar kepala ke belakang lalu menangis kencang, memejamkan matanya erat dan menghentak-hentakkan kaki ke lantai. "Miko suka Tamaa ..."

"A ... a ... a! Miko, Miko, Miko! Jangan menangis." Satu gerakan Tama berpindah posisi menyebelahi Miko panik.

"Miko suka Tama, tapi kenapa Tama mau membuang Miko? Miko janji akan jadi kucing baik untuk Tama...." Miko terus menangis kencang dengan menengadah.

"Miko, aku mohon, diamlah," mohon Tama dengan meletakan jari telunjuk ke depan bibir.

"Apa kalau Miko diam Tama tak jadi buang Miko?" Miko berhenti menangis dan menatap Tama penuh harap meski mata dan pipinya basah.

Menarik napas. "Oke, Miko mau jadi kucing baik?"

Miko mengangguk heboh.

"Miko boleh tinggal di sini, tapi Miko mau menuruti semua peraturan Tama, setuju?" Tama mencoba bernegosiasi.

Miko kembali mengangguk heboh setelah mengelap wajahnya yang basah dengan punggung tangan.

"Miko tidur di sofa, tidak ada peluk, tidak ada cium, tidak ada kecup atau pun elus kepala, paham?"

Kali ini Miko mengangguk tapi dengan lemah dan bibir mencebik sedih, tapi itu lebih baik, dari pada ia berpisah dengan Tama yang sangat ia sukai ini.

Tama bernapas lega, kemudian ia menoleh ke arah Aldi. "Kayaknya gue sia-sia minta bantuan lo, Mas."

Tbc ...

Pink Kitty [BoysLove]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang