Vote dulu ...
.
.
.
Tama benar menempati janjinya pulang setelah selesai jam praktik, ini dini hari jadi dengan pelan dia masuk ke kamarnya sendiri, yang ternyata Miko tidur di ranjangnya.
Pelan ia meletakan tas kerja lalu membuka jaket dan masuk ke kamar mandi untuk sekedar mencuci wajah pun gosok gigi.
Kembali ke kamar, berganti piama tanpa perlu takut Miko akan melihatnya karena dapat Tama lihat jelas Miko begitu lelap meski kamar dengan cahaya remang, bahkan terdengar bunyi dengkuran halus dari bibir manis itu.
Tama naik ke ranjang dengan gamang, tapi dia juga lelah, tidak mungkin dia yang akan tidur di lantai, lagi pula ini rumahnya, dan sudah pasti Miko juga takan memeluknya karena dia lelap sekali.
Masuk ke dalam selimut yang sama dengan Miko, Tama ingin terpejam, tapi tidak tahu, ada semacam perasaan dia ingin menghirup sekali lagi aroma rambut pink Miko yang begitu manis dan candu.
Pelan dia mendekat, lalu menempelkan hidungnya ke puncak kepala Miko, ia menghirup dalam-dalam aroma permen kapas itu, dilanjutkan mengecup, tapi sedetik kemudian Tama melebarkan matanya, dia menyadari ada yang salah dengan otaknya. "Aish! Aku gila!" Batinnya, kemudian segera berbalik memunggungi.
Miko tersenyum dalam tidurnya lalu mendekat ke arah Tama, memeluknya dari belakang, melekatkan dada dan mengusakan wajah ke punggung lebar itu.
Tama menelan ludah, berkedip beberapa kali dengan tubuh kaku, jantungnya berdebar hebat, tapi dia memilih menggeleng heboh menyadarkan diri sendiri agar yang di bawah tak berdiri. dia memilih turun dari ranjang kemudian keluar kamar, ia lebih baik tidur di sofa dari pada lama-lama benar terhipnotis oleh kucing manis tadi.
Pagi pun,
Matahari naik, Tama mencoba membuka mata perlahan dengan berat karena sesuatu mengganggunya, dan tepat saat dia membuka mata Miko di hadapannya dengan jarak yang begitu tipis.
Kucing itu berjongkok dengan berkedip-kedip dan tersenyum manis. "Selamat pagi, Tama," ucapnya bahagia sekali dengan senyum cerah dan memiringkan kepala pun ekor yang bergoyang.
"Mikoo ...," Tama berbalik badan menghadap ke sandaran sofa dan memunggungi Miko, Jujur dia masih mengatuk.
"Ayo kita sarapan! Miko lapar," ucap Miko dengan tetap berjongkok dan menusuk-nusuk punggung Tama dengan jari telunjuk kecil pendeknya.
"Miko ...," ucap Tama lagi dengan suara serak mengantuk.
"Ayo bangun ... Miko laper banget, Tama ..."
Tama kembali beringsut menghadap Miko. "Buat sarapan Miko sendiri kaya kemarin Tama ajarin. Bisa, kan?" tanya tama lembut.
"Ooh ... oke!" Miko berdiri dengan semangat, lalu dia benar pergi ke dapur. Dia lupa dia sudah sedikit berguna dengan bisa menyiapkan sarapannya sendiri. Dengan sumringah dan wajah tersenyum dia yang sudah sampai ke dapur berlari lagi kembali ke Tama dengan kaki kecilnya lalu bertanya, "Apa Tama juga mau Miko buatin sarapan?"
Tama yang masih terpejam itu menggeleng seraya menggaruk lengan.
"Apa Tama digigit nyamuk?" Tangan Miko terulur ikut menggaruk lengan Tama.
"Ish, Mikoo ...," protes Tama masih dengan suara serak.
"Oh ... oke!" Miko mengankat tangan setinggi dada lalu memilih pergi lagi.
Dan Tama tidur lagi.
Miko di dapur menuang sereal, ditambah susu dan mulai duduk manis, dia sarapan sendiri, sedikit banyak berubah, dia bisa melakukan hal-hal sepele seperti ini karena Tama mengajari.
Seraya mengangguk-angguk dia menyuap dan mengunyah, pipi halus putih kemerahannya menggembung lucu sekali. Ia menghabiskan sarapannya dengan waktu tak lebih dari tiga menit. "Em! Miko harus cuci mangkuk sendiri biar Miko berguna!" Dengan semangat ia beranjak ke washtafel. "Jangan takut air, Miko! Jadilah berguna biar Tama suka Miko!" monolognya lagi dan dia mulai mencuci.
Selesai mencuci bekas mangkok sarapannya, dia kembali ke depan, dan Tama masih lelap di sofa.
"Tamaa ...," rengek Miko. "Tama nggak mau bangun?" Dia berjongkok lagi dan menghadap wajah Tama sepeti tadi dengan jarak yang dekat sekali, bahkan hidung mereka saja hampir menempel.
"Aku ngantuk, Miko ...," Tama hanya menggeliat.
"Terus Miko harus ngapain abis ini kalau Tama tidur mulu?" Miko mengembungkan pipi dan menautkan alis.
"Miko bisaanya lakuin saat aku pergi?" Tama bertanya dengan tetap terprjam.
"Nunggu Tama Pulang," jawab Miko polos.
Tidak tahu, tapi jawaban Miko membuat hati Tama menghangat, rasanya mendadak menjadi orang beruntung yang dibutuhkan, hingga tanpa sadar kedua ujung bibirnya tertarik ke atas, dia gemas sekali dengan Miko yang seketika membuat hidupnya menjadi berarti ini.
Membuka mata lalu mengusak puncak kepala Miko. "Nonton TV yah?" Dan Tama beringsut duduk.
Miko ikut duduk di sebelah Tama menunggu dinyalakan TV dan Tama memberinya tontonan katun lagi.
"Miko nonton dan Tama tidur lagi, oke?" Tama hendak beranjak ke kamar, sebelum.
"Tetep di sini!" Cegat Miko dengan merajuk menahan pergelangan tangannya.
"Aku ngantuk, Mikoo ...,"
"Tetep di sini temenin Miko!" Bola mata murni berbinar-binar itu menatapnya penuh harap, pun dengan kedua telinga runcingnya yang layu menujukan betapa ia benar memohon.
Menghela napas, Tama tak kuat, Miko imut dan manis sekali, lalu ia memilih kembali duduk setelah sekali lagi mengusak puncak kepalanya. "Baiklah ... tapi aku tidur,"
Miko mengangguk setuju.
Di sisi lain Kalisa berulang kali menghubungi Tama, tapi ponsel calon tunangannya itu tak aktif. Kalisa tahu kemarin Tama sift malam dan harusnya mereka ada jadwal bertemu hari ini, tepatnya nanti sore.
Mendesis. "Apa dia lupa sama hp-nya? Atau terlalu sibuk ngurusi kucing? ish, nyebelin!" Kasar ia menurunkan ponselnya dari daun telinga, tapi sekali lagi ia mencoba mendial nomer telepon Tama, dan lagi-lagi jawaban operator yang dia dapat. "Aish! Kalau gini aku langsung aja ke apartemen kamu, Tama!!" Kesal sekali Kalisa.
Tbc ...
kangen nggak? Kasih gue semangat biar rajin up lagi kaya dulu dong!
![](https://img.wattpad.com/cover/353299435-288-k21318.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pink Kitty [BoysLove]
Teen FictionTama seorang dokter bedah yang tidak sengaja diikuti pria cantik hybrid kucing pink yang begitu menggemaskan, memiliki telinga runcing dan ekor, pipi chubi dan bibir semerah ceri yang kabur dari tuannya sendiri. harga dari makhluk pemuas napsu itu s...