Vote!
.
.
.
.
"Aku cuma coba nolong, Sayang ... kan kasihan, ini udah malam dan ujan, dan mana mungkin aku tega biarin anak gadis orang pulang sendirian,"
"Mas, 'kan bisa menyuruh asisten Mas yang sok kecantikan itu naik taksi onlen?! Lagi pula apa susahnya kalau motor dia ditinggal di klinik?!"
"Saya-,"
"Udahlah! Terserah Mas aja!" potong Lunar yang kemudian mematikan sambungan telepon mereka sepihak.
"Ah! Shit!" umpat Aldi, tapi sedetik kemudian ponselnya kembali berdering dan tanpa melihat dia langsung mengangkatnya. "Sayang? Dengar!"
"Mas? Lo waras?"
Aldi menjauhkan ponselnya dari telinga, lalu melihat nama siapa yang menelpon.
"Tama?" ucapnya lagi setelah kembali meletakkannya ke daun telinga.
"Klinik lo udah jam tutup, 'kan, Mas? Lo sibuk nggak sekarang?"
"Nggak," jawab Aldi.
"Emm ... kita keluar yok! mungkin kita bisa ke club," ajak Tama terdengar ragu-ragu.
"Gue juga lagi pengin mabuk malam ini, Lunar bikin gue frustrasi," Aldi menyetujui.
"Gue yang ke sana, atau lo yang akan ke sini?"
"Gue yang ke apartemen lo," putus Aldi lalu mematikan sambungan.
Di sisi lain.
Raja meletakan punggung tangannya ke kening Miko. "Sepetinya suhu tubuh Miko semakin tinggi," Lalu mendongak menatap Rey yang berdiri di tepian ranjang.
"Tamaa ...," rintih Miko pelan dengan mata terpejam dan air mata mengalir.
Rey mengehela napas berat. "Hanya nama dokter itu yang terus saja dia sebut, apa sebaiknya kita jemput dia, Mas?"
Raja menyingkirkan helaian rambut pink lepek Miko yang menghalangi wajah dengan pelan, kucing malang itu terus mengigau bahkan sampai berkeringat dingin.
"Tamaa ..., Miko mau sama Tama," ucap Miko lagi semakin lirih dan serak.
"Baiklah kita jemput pria itu!" putus Raja.
***
Kembali pada Tama yang kini tengah memakai jaket, dia keluar kamar kemudian duduk di sofa untuk memakai sepatu sekaligus menunggu Aldi datang.
Demi semesta, hatinya tak tenang semenjak dibawanya Miko oleh si pemilik asli seolah sesuatu selalu menggangu hati dan pikirannya.
Takut Miko rewel di sana dan terus mencari dirinya, takut Miko menangis, takut Miko sakit atau sampai tak mau makan sepeti berita di TV yang menayangkan singa kurus kering kerontang karena dipisahkan dengan sang majikan.
Meski Tama bukan majikan Miko, tapi berualng kali Tama mendengar Miko mengatakan bahwa dia sangat menyukainya, menyukai suhu tubuh dan aromanya.
Menarik napas dalam. "Ayolah Adhitama!! Dia ada yang punya dan lebih pantas menjaganya!" monolog Tama seraya mengikat tali sepatu, hingga suara bell di pintu mengalihkan perhatiannya.
Tama berdiri dan langsung membuka pintu. "Mas Al-"
"Maaf, Tuan ..., Miko sakit dan terus memanggil nama Anda," ucap seorang tinggi besar yang Tama kenal sebagai supir Tuan Raja si pria dingin gagah.
"Ayo kita ke sana!" ucap Tama tanpa berpikir panjang, dadanya sakit detik itu juga, semua prasangkanya benar.
Dengan terburu dia menutup pintu apartemen dan menguncinya, berjalan dan masuk ke lift dengan dua pria suruhan si Tuan Raja mengikuti di belakang.
Mereka memang tahu unit Tama, karena Tama memang memberikan alamatnya dan seluruh informasi tentang dirinya kemarin sebagai jaminan dia tidak melakukan apa pun pada Miko.
Tepat saat denting pintu lift terbuka, Tama temui Aldi di sana. "Mas, Miko sakit! Ayo ikut kami!" Dia langsung menarik Aldi tanpa menunggu jawaban.
***
"Minum Miko ... sedikit saja, kamu bisa dehidrasi," ucap Raja lembut.
Tapi lagi-lagi yang keluar dari bibir manis Miko hanya nama Tama.
"Miko ... sedikit saja," Kali ini Rey yang berlutut di lantai tepian ranjang ikuti bicara, ia menyeka keringat dingin di kening Miko yang meringkuk dan terus memeluk boneka beruang pemberian Tama.
Rey menoleh dengan mendongak ke arah Raja yang duduk di tepian ranjang. "Mas ... sepertinya suhu tubuh Miko semakin tinggi,"
Tangan Raja kembali terulur untuk menyentuh kening Miko. "Kamu benar, ini panas sekali,"
"Tamaa ...," rancu Miko lagi dengan bibir bergetar.
Rey mulai takut, wajah Miko tampak pucat pasi dengan bibir membiru dan kian bergetar, lalu sedetik kemudian. "Mas! Miko kejang!!" Panik Rey tepat saat pintu diketuk dan Miko memggelinjang.
Dengan berlari Raja membukanya, ada Tama di sana bersama sang teman dan juga dua pria besar suruhannya.
"Miko!" Tama langsung berhambur masuk melihat Miko yang tubuhnya menggelinjang itu tanpa perijinan.
"Aku di sini, Miko ..., Tama-mu di sini," Tama menyingkirkan Tuan Besar Rey begitu saja untuk mendekat ke sisi Miko dan mengelap kening kucing malangnya yang terus merancu itu. Hatinya hancur remuk redam rasanya melihat wajah polos yang biasanya berseri dan selalu tersenyum lugu itu kini pucat pasi dengan bibir biru begini.
"Bawa dia ke mobil!" Ayo kita ke klinik!" ucap Aldi menginterupsi.
Dan detik itu juga Tama membopong tubuh ringkih Miko yang tengah terus menyebut namanya tanpa sadar itu.
"Miko, aku di sini, Tama-mu di sini, Miko," mata Tama memanas dengan pandangan mengabur karena air mata yang terbendung.
Demi semesta, sakit sekali rasanya, dia kini benar merasa bersalah dengan Miko-nya yang selalu mengatakan sangat menyukainya ini.
Dengan terbopoh Tama membawa Miko masuk ke mobil, diikuti Rey yang duduk di sebelahnya dan Raja yang duduk di kursi penumpang sebelah Aldi mengemudi.
Aldi melajukan mobilnya menuju klink hewan terdekat dengan kecepatan tinggi, semenatara Tama terus memeluk Miko dan menepuk pipinya untuk tetap tersadar. "Mikoo ...," mohonnya, bahkan tanpa sadar kini air mata Tama mengalir. "Cepetan, Mas!!" bentaknya kalap pada Aldi. "Miko panas banget!" suaranya serak menahan sesak tangis di kerongkongan.
"Buka bajumu, Bodoh! Biar suhu panas Miko terserap tubuhmu!" Aldi balik membentak Tama yang panik itu.
Dan tanpa pikir panjang Tama dengan susah payah membuka ret seleting jaket dan juga membuka semua kancing kemeja yang dikenakan, kemudian melekatkan pipi Miko ke dadanya. "Bertahan, Mikoo ...," suara bergetar karena tubuh Miko mulai kejang. "Mikoo ...,"
_part ini dipotong untuk kepentingan penerbitan_

KAMU SEDANG MEMBACA
Pink Kitty [BoysLove]
Teen FictionTama seorang dokter bedah yang tidak sengaja diikuti pria cantik hybrid kucing pink yang begitu menggemaskan, memiliki telinga runcing dan ekor, pipi chubi dan bibir semerah ceri yang kabur dari tuannya sendiri. harga dari makhluk pemuas napsu itu s...