24 | Sembunyi

7.8K 809 29
                                    

vote dulu

happy reading!

.

.

.

Miko mengedikan bahu. "Kata Tama, jangan buka pintu untuk orang asing," Dan Miko duduk kembali. Namun, bell terus berbunyi hingga memaksa Tama keluar dari kamar hanya masih dengan menggunakan bathrobe-nya.

"Jangan ... itu orang asing," ucap Miko dengan meletakan jari telunjuk ke depan bibir saat melihat Tama mendekat ke arah pintu.

"Orang asing?" beo Tama kemudian melihat ke lubang intip. "Oh my god, itu Kalisa!" Tama mundur satu langkah, lalu menoleh ke arah Miko yang berkedip-kedip lugu dan memiringkan kepala seolah bertanya kenapa.

Tama menelan ludah kasar saat bel kembali berbunyi, ini gila jika Kalisa melihat Miko di apartemennya begini, apalagi Miko sekarang hanya menggunakan kaos putih milik Tama yang kebesaran dan tanpa menggunakan celana, di tambah dirinya sekarang hanya menggunakan baju handuk.

"Sebentar, Kalis ... aku datang!" lantang Tama dan detik berikutnya dia menarik Miko. "Ayo! Miko harus masuk kamar!"

"Eung?" Miko berdengung kala tangannya ditarik paksa tapi dia tetap menurut.

Miko dimasukan ke dalam lemari oleh Tama. "Husst! Miko diam di sini dan jangan bersuara, paham?"

"Kenapa?" tanya Miko polos saat puncak kepalanya di pegang oleh Tama untuk didudukkan dan diam di rak pakaian gantungnya.

"Ada Kalisa di luar, dan dia nggak boleh tahu Miko ada di sini! Miko paham?"

"Kenapa?" Miko yang sudah duduk memeluk lututnya itu mendongak menatap Tama penuh tanya.

"Husst! udah! Miko diam dan jangan berisik!" kali ini Tama yang menaruh jari telunjuknya ke depan bibir.

"Apa itu kalisa yang Tama suka?"

"Iya," jawab Tama yang hendak menutup pintu lemari. Namun, ditahan lagi oleh Miko.

"Kenapa Miko harus sembunyi?" tanya Miko tak paham kenapa dia harus disembunyikan.

"kalau dia lihat Miko, habislah aku, Miko ... aku nggak mau dia marah, paham?"

Miko mengangguk lalu kembali memeluk lututnya lagi, dan Tama benar menutup pintu lemari.

Tama sedikit bernapas lega Miko mengerti dan paham situasinya, Lalu kemudian dia kembali ke depan untuk membuka pintu.

"Oh ... Kalisa," ucap Tama gugup.

"Kenapa lama banget, sih?" Kalisa menyelonong masuk.

"Em ... anu, aku-,"

"Baru aja mandi?" potong Kalisa.

"Ah, iya ...,"

Kalisa mengangguk, pasalnya Tama memang masih menggunakan bathrobe, jadi tak masalah jika tadi dia lama membukakan pintu dan dia memahami itu.

"Aku bawa makan siang," Kalisa mengangkat tentengannya dengan imbuhan senyum manja.

"Ah! Iya? Terima kasih," Tama menerimanya dengan masih dengan kegugupan yang sama.

"Kamu nggak nyuruh aku duduk?"

"Ah! Maaf ... ayo duduk!" Tama mempersilahkan calon tunangannya itu duduk dengan dia tetap masih panik dan gugup.

"Kenapa kamu gugup banget, sih?" kalisa menyerengit heran.

"Ah! nggak ... aku ... aku cuma, cuma nggak percaya aja kamu dateng tiba-tiba gini," Tama menggaruk tengkuk, benar-benar semakin gugup.

"Kenapa harus gugup? Bukannya kita nanti juga bakal tinggal serumah?" Kalisa terkekeh, lucu melihat polah Tama yang aneh tapi terlihat manis di matanya ini. "Ya udah sana kamu pakai baju dulu."

"A ... ah, kamu bener, aku harus ganti baju,"

"Baiklah, kamu ganti baju dan aku siapkan ini untuk makan siang,"

Tama mengangguk.

"Ya udah, aku ke dapur," Kalisa beranjak.

Tama langsung masuk ke dalam kamar lagi dan membuka pintu lemari, tampak Miko memainkan kuku jempol kakinya dengan menumpukan dagu ke lutut.

Tersenyum cerah. "Apa Kalisa udah pergi?" tanya Miko berbinar.

"Belum, kamu diam dan tetap di sini, jangan bersuara!" bisik Tama dengan meletakan jari telunjuk di depan bibirnya lagi.

Telinga runcing Miko berkedik saat matanya berkedip. "Kenapa lama sekali?" Dia mengembungkan pipi.

"Ini baru dua menit, Miko," Tama mengambil kaos putih dan berganti pakaian di hadapan Miko tanpa ragu, karena tadi kebetulan dia sudah menggunakan celana pendek di balik bathrobe-nya.

"Menunggu orang yang disukai kenapa rasanya lama sekali meski pun itu baru dua menit?" monolog Miko dengan kembali menumpukan dagu ke lutut dan memaninakn lagi jempol kaki.

"Tama?" panggil Kalisa seraya masuk ke kamar dengan melongokan wajahnya ke pintu yang ia buka sedikit.

Detik itu juga Tama menutup pintu lemari. "Ah! Kalis ... maaf aku harus pakai celana panjang dulu,"

Kalisa terkekeh, kemudian membuka pintu lebih lebar dan dia ikut masuk ke dalam. "nggak apa-apa, ini rumahmu, senyamannya kamu aja, aku nggak masalah kamu cuman pakai celana pendek,"

Tama tersenyum D yang seolah dipaksakan.

"Ya udah, ayo kita makan!" ajak kalisa menarik pergelangan tangan Tama untuk ia ajak keluar kamar.

"Aku bawa nasi padang, ayam pop, cumi bunting dan telor belado," celoteh kalisa seraya berjalan ke dapur dengan tetap menggandeng pergelangan tangan Tama.

Mereka sampai di meja makan dan duduk berhadapan. Dengan cekatan Kalisa menyerahkan sepiring nasi padang untuk Tama dan barulah dia ikut duduk.

"Terima kasih," ucap Tama menerima piring penuh masakan berbumbu itu.

"Sepertinya benar kita memang harus sering menghabiskan waktu bersama, Tama ... aku suka kita akrab begini" ucap Kalisa.

Tama hanya tersenyum. "iya ... mari makan,"

"Selamat makan," balas Kalisa. "Tama ..., apa nanti kamu juga sift malem?" Dia memulai obrolan

Tama yang tengah mengunyah itu mengangguk. "Kenapa?"

"Apa perlu aku malam ini nginap di apartemen kamu aja biar nggak kosong? Kamu biasanya sift malam selama seminggu penuh, 'kan?"

Tama tersedak.

Dan detik itu juga Kalisa menyodorkan air. "Pelan-pelan, Sayang,"

Tbc ...

hayoloh Tama,

Kira-kira Tama mau ngomong apa kalau kalisa beneran nginep?

Pink Kitty [BoysLove]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang