15 | Suapi Miko

8K 951 57
                                    

Vote! sesuai janji gue update lagi jam 7 malem. Komen yang banyak! 100 komentar gue up lagi besok jam 7 malem.

oke, happy reading!

.

.

"Kamu suka?"

Miko mengangguk. "Ini keren dan cantik warna merah sama seperti yang di TV, Tama!" ucapnya seraya mengamati kaki mungil yang terbungkus sepatu baru.

"Kalau gitu kita pilih ini aja, kita ke kasir," ajak Tama setelah yakin dengan pilihan sepatu sesuai permintaan Miko tadi sebelum berangkat.

Miko melepas lagi sepatu yang ia jajal itu, lalu ia berikan lagi ke pada si pegawai, kemudian mengikuti Tama yang berjalan mendahului setelah menerima nota yang harus dibayar.

Tak perlu mengantre dan tak butuh waktu lama mereka sudah mendapatkannya.

"Kita pakai di mobil aja," ucap Tama dan lagi-lagi Miko hanya mengangguk.

Tama merasa aneh dengan dirinya, dia tidak ingin peduli, tapi entah kenapa dari detik di apartemen dan sampai detik mereka membeli sepatu baru ini dia mau menuruti semua permintaan Miko. Yang kalau dipikir, pantasnya Miko tidak perlu ia ajak keluar dan tak perlu juga ia belikan sepatu baru lagi karena yang lusa lalu pun masih baru.

Tapi biarlah, biarkan saja Tama bingung dengan dirinya, karena meski ia sedikit bingung, sesuatu dalam dada rasanya ada yang menggelitik dan meletup ketika melihat sorot bahagia Miko dan Tama suka perasaan menggelitik dan meletup itu.

Sesampainya di mobil, entah dorongan dari mana ia membukakan pintu mobil untuk Miko lalu menyuruh Miko duduk di kursi penumpang depan dengan isyarat mengedikan dagu.

Miko paham dan menurut, dia masuk.

"Hadap sini!" titah Tama acuh tak acuh.

Miko menyerongkan tubuhnya ke arah Tama yang masih berdiri gagah itu. "Kenapa?" tanyanya dengan bola mata berkedip-kedip polos.

Dan tanpa menjawab, bagai dorongan hati Tama tiba-tiba berjongkok. Dengan telaten pun otak yang merasa menjadi bodoh ia menggantikan sepatu lama Miko dengan sepatu baru yang Miko pilih sendiri tadi.

Miko hanya diam memperhatikan, memiringkan kepala dan mengamati bagaiama Tama mengikat tali sepatu itu.

Sementara Tama yang berjongkok ini otak dan hatinya masih berperang, masih dengan perasaan senang dan otak masih menjadi bodoh ia mengikat tali sepatu itu dengan benar, lalu menyelipkannya ke dalam agar Miko tetap aman. "Sudah," ucap Tama kemudian berdiri dengan masih memegangi sepatu lama Miko.

Miko mengamati kakinya sendiri, dia tersenyum. "lucu," Lalu mendongak. "Terima kasih, Tama," ucapnya dengan binar senang dan mengayun-ayunkan kedua kaki pendeknya bergantian.

Tama mengangguk. "Sekarang kita makan kepiting,"

"Yey!" Miko bertepuk tangan ringan dua kali.

Dan disinilah mereka, di kedai seafood terkenal pinggir jalan, dengan Tama dan Miko duduk berhadapan.

"Ini nggak sama yang kaya di TV," Bibir Miko jatuh.

"Tapi ini kepiting,"

"Tapi nggak besar kaya yang ada di TV," rajuk Miko seraya mendorong mundur kepiting itu ke arah Tama.

"Ini enak ..., sama aja." Tama mengeluarkan dagingnya untuk ia perlihatkan pada Miko.

" Tama mengeluarkan dagingnya untuk ia perlihatkan pada Miko

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Miko tetap menggeleng dengan masih mengembangkan pipi.

"Kalau nggak mau, ya udah!" Tama menyuap sendiri.

"Aa ... a ... a ... jangan! Ini punya Miko." Miko menarik lagi piring saji besar itu.

Dan Tama mencebik ejek. "Katanya nggak mau?"

"Tapi Miko lapeer .... Em! Tama, Tama mau nggak nyuapin Miko biar kaya yang di TV?"

"Nggak," jawab Tama tepat saat pramu saji membawakan nasi goreng seafood-nya.

"Kenapa? Miko mau Tama suapin Miko, mereka yang ada di TV keliatan manis, dan mereka keliatan saling suka, kaya Miko suka Tama dan Tama suka Miko."

Tama memasang wajah datar. "Nggak suka yah, Kucing." Liriknya sadis

Miko mengembungkan pipi.

"Kan udah aku bilang, mereka cuma berakting, Mikoo ... mereka cuma pura-pura," Jengah Tama menjelaskan lagi.

"Apa si pria gagah juga pura-pura?" Miko sendu.

"Tentu aja iya," Tama menyuap nasi goreng seafood-nya.

"Kalau gitu, bisa Tama pura-pura? Akting kaya yang ada di TV." Miko berkedip-kedip menatap Tama lugu.

Tama terdiam, bahkan ia menghentikan acara mengunyahnya menatap wajah polos nan lugu itu. Jika dipikir, kasihan sekali makhluk ini, makhluk murni yang sungguh pantas dicintai dan mendapat perlindungan tapi justru dijual belikan.

"Yah? Ayo berakting." Miko mengangguk-angguk dengan tersenyum, seolah mencoba menghipnotis Tama agar mau melakukan inginnya.

Dan itu menggembalikan Tama pada kesadaran. Mendesah lelah, terpaksa Tama meletakan sendoknya, mengambil pembuka capit kepiting dan mengeluarkan dagingnya, tangannya terulur ke mulut Miko, dan,

"Tama?"

Kompak Tama dan Miko mendongak ke sumber suara, di mana seorang gadis cantik berdiri di sisi meja mereka.

"Kalisa?" Tama terkesiap.

Tapi dengan polos Miko tetap menyuap suapan di tangan Tama yang masih terulur itu, lalu terpejam menikmati rasa daging kepiting tadi. "Emm ... ini enak, Tama!" dia menggoyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.

Tama tidak peduli, fokusnya masih tertuju pada Kalisa si calon tunangannya. "A-Aku cuma-," kalimat Tama terpotong karena Kalisa mengangkat tangan dan pergi begitu saja dari hadapan mereka.

"Aku bisa jelasin ini, Lis!" Tama berdiri lalu segera berlari mengejar dan mencegat pergelangan tangan Kalisa yang kini dua meja lebih jauh dari meja-nya tadi.

"Nggak perlu, Tam ... jangan ngerepoin diri sendiri, sekarang aku udah tahu, alasan kamu kenapa akhir-akhir ini kamu jarang nelpon atau ngirim pesan, ternyata kamu sibuk kencan, bukan ngurusin kucing rumamahan yang kamu ceritakan," ucap Kalisa seraya melepaskan tangannya sendiri dari genggaman Tama.

"Nggak gitu, Lis!" Tama mencegatnya lagi.

"Udahlah, lagian juga kita cuma baru calon tunangan, 'kan? Kita bahkan nggak pacaran, jadi urusin aja pacar gay manis kamu itu." Kalisa menunjuk Miko dengan dagunya di belakang punggung Tama sana, yang kini tengah menatap mereka berdua dengan sorot lugu.

"Kami nggak kencan, hubungan aku sama dia nggak kaya gitu," bela Tama.

"Terus kenapa kalian jalan bareng? Ditambah makan dan kamu nyuapin dia? hum?" Kalisa dengan retorisnya.

Tama diam tidak dapat menjawab.

"Udahlah, aku mau pulang aja sekarang," Dan kalisa benar pergi dari hadapannya.

Tama menyorot punggung kecil Kalisa itu keluar dari kedai Seefood ini, lalu berbalik menatap Miko yang kini berkedip-kedip menatapnya. "Miko mau disuapi lagi yang kaya di TV, Tama. A!" pintanya polos dengan membuka mulut kecilnya.

Tbc ....

Follow, Baby! biar gue semangat. besok up lagi nggak nih?

Pink Kitty [BoysLove]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang