23 | siapa dia?

8.5K 843 50
                                    


Vote dulu ... ini pelan-pelan pasti gue selesaiin kok, sabar ya guys!

happy reading!

.

.

.

"Tama ...," panggil Miko.

ini sudah siang bahkan matahari tepat di atas ubun-ubun, tapi Tama belum juga mau bangun.

"Bangun," Miko menusuk-nusuk pipi Tama dengan jari telunjuk pendek imutnya, sedang Tama hanya mengeram dan menggeliat kecil lalu menyingkirkan tangan Miko.

"Miko bosen," Keluh Miko, dia yang tadi duduk di karpet sekarang beringsut naik ke sofa dan berbaring di sebelah Tama dengan merapatkan tubuh kecilnya. Mengusakkan wajah ke ceruk leher Tama dan menghirup dalam-dalam aroma tubuh Tama.

Tama masih mengantuk, jadi meski ia merasakannya ia tetap membiarakan, lagi pula akhir-akhir ini ia jadi candu dengan aroma rambut pink Miko yang manis mirip permen kapas itu.

"Kapan Tama mau suka Miko?" tanya Miko redam karena dalam pelukan. "Miko suka aroma dan suhu tubuh Tama, sangat suka," ucap Miko lagi seraya mencium leher Tama.

Tama hanya menggeliat sedikit.

Miko mendongak, dia tersenyum saat Tama kini melingkarkan lengan ke pinggangnya, semakin mendongak lagi hingga kemudian mengecup pelan ujung hidung runcing Tama. "Miko suka dipeluk," Dan satu kecupan lagi di bibir.

Tama langsung memundurkan wajah, kemudian beringsut duduk. "Mikoo!" tolaknya karena Miko mencium bibir.

"kenapa?" Miko memajukan bibir bawahnya dengan pipi menggembung.

"jangan cium bibir, itu nggak boleh, paham?" Tama berdiri.

"Tapi Tama diem aja pas Miko cium hidung, berarti nggak apa-apa cium bibir,"

"Ciuman bibir hanya untuk orang yang saling menyukai, Miko."

"Tama belum suka Miko?" Bibir merah basah yang mencebik itu bergetar.

"Tama nggak suka Miko, ma-maksudnya nggak bisa suka Miko!" ucap Tama lalu mengusak rambutnya sendiri frustasi, dia frustasi dengan Miko, pun dengan respon tubuhnya sendiri ke pada Miko, dia suka dicium tapi logika harus menolak, dia suka tapi juga takut.

"Kenapa?" Miko ikut duduk dan mendongak menatap Tama. "Semalam Tama cium kepala Miko, terus tadi Tama meluk Miko, itu artinya Tama suka Miko."

"Bukaan! itu ...," Tama bingung akan melanjutkan kalimatnya bagaimana.

MIko memiringkan kepala, menunggu apa yang akan Tama ucapkan selanjutnya dengan raut masih sesedih tadi.

"Aish! aku nggak suka kamu, paham?! Aku melakukan itu karena kamu suka dengan hal yang mirip di TV, 'kan?" kilah Tama untuk membela diri.

"Jadi Tama cuman pura-pura?" Miko kian mencebik sendu dan kedua telingannya melayu.

"Iya! pura-pura," jawab Tama mantap, meyakinkan Miko pun meyakinkan diri sendiri.

"Kalau gitu pura-pura aja terus, nggak apa-apa ... Miko suka pura-puranya Tama." pinta Miko. "Ayo sukai Miko, Tama ...," rengeknya dengan menarik-narik celana pendek yang Tama kenakan. "Ayo sukai Miko ...,"

Pusing. "Aku nggak bisa suka kamu, Miko," Tama menarik celana pendeknya sendiri untuk dilepaskan dari tangan Miko yang terus menarik-narik ujungnya itu.

"Ayo sukai Miko ... ayo!" Miko kian merengek dan merajuk.

"Nggak, Miko ... aku udah suka orang lain!"

"Eung? Siapa?" Miko menghentikan rengekanya dan menatap Tama penuh tanya dan sematan sorot kecewa dari dua bola mata beningnya.

"Kalisa! Calon tunanganku!" jawab Tama tegas dan terdengar galak.

Telinga runcing Miko layu. "Siapa Kalisa, apa ekornya lebih panjang dan cantik?"

"Hei! Dia nggak punya ekor, dia cantik karena dia perempuan dan manusia asli!"

"Tamaa jahaat...," Miko menangis.

"Mikoo ... jangan nangis," Tama sungguh benar frustasi sekarang.

"Apa Tama sangat menyukainya?" tanya Miko lagi dengan seketika berhenti menangis.

Mulut Tama terbuka dan terkatup.

"Apa rasa suka Tama padanya seperti bagaimana Miko suka Tama?" Miko mengelap pipinya sandiri yang basah.

Tama bingung dan diam.

"Jawab, Tamaa ...," rengek Miko lagi.

"Iya! Aku sangat menyukainya! Sangat, sangat, sangat, sangat suka!" ucap Tama akhirnya, meski ia tak yakin dengan perasaannya tapi itu lebih baik dari pada harus memberi harapan pada kucing manis ini.

"Tama jahat banget ...," Miko mendongak lagi dengan mata terpejam, air matanya mengalir lagi.

"Ka-kamu harus menerima kenyataan itu, karena memang aku ti-tidak suka kamu, Miko!" ucap Tama dengan sesekali terbata karena ragu.

Miko diam, dia kembali menyeka pipi, bibirnya masih setia mencebik. "Tama jahat, Miko marah," Kemudian dia melipat tangan di dada dan memunggungi Tama setelah menghentakan satu kakinya ke lantai.

"Ya udah sana marah! Aku mau mandi," Tama memilih meninggalkan Miko masuk ke kamar meski hatinya bimbang.

"Miko yakin Tama itu suka Miko, Tauk!" teriak Miko di belakang punggung Tama dengan nada kesal dan rajuk menjadi satu.

Tama langsung menutup pintu saat sampai di kamar, kemudian mengambil bathrobe dan pakaian ganti, masuk ke kamar mandi dan segera mandi, kucing itu aneh sekali.

Tama yakin, Tama hanya terhipnotis saja oleh Miko yang terlalu manis dan lucu menggemaskan, Tama yakin hanya ada Kalisa yang menarik hati.

Tama itu pria normal, tidak mungkin dia akan jatuh hati dengan makhluk rekayasa genetika hasil ulah tangan manusia yang memiliki telinga runcing dan ekor, apalagi kelakukannya agresif sekali, yah ... walaupun tak dapat ia pungkiri, dia suka saat menonton wanita-wanita atau pria-pria submisif dalam filem biru bersikap agresif. Tapi itu hanya filem, di dunia nyata, Miko tampak menakutkan.

Seandainya Tama jatuh cinta, pun tentu saja dia akan tetap memilih Kalisa yang notabenya manusia, dan mampu memberikannya keturunan.

Demi Tuhan, Tama pusing.

Bel berbunyi, Miko yang masih mengembungkan pipi itu mendongak menatap pintu utama apartemen ini, memiringkan kepala. "Siapa?" tanyanya pelan tanpa tujuan.

Miko yakin orang siang, pasalnya itu tak berbau seperti Lunar atau kekasih Lunar, si Aldi.

Berdiri, lalu berjalan mendekat ke arah pintu, mengintinpnya dari lubang intip, dan berucap, "Oh ... itu wanita yang ada di kedai lusa lalu,"

Hingga bell kembali berbunyi.

Miko berkedip dua kali. "Haruskah Miko buka?" tanyanya pada diri sendiri.

Tbc ...

mau ngomong apa sama Tama?

Pink Kitty [BoysLove]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang