Jum'at barokah di bulan kelahiranku, alhamdulillah aku berhasil mengkhatamkan hafalanku atas izin Allah. Pecah tangis dan takbir bersahutan memenuhi masjid pesantren.
Aku dan ketiga temanku dari asrama yang berbeda-beda, maghrib ini telah melantunkan sudah An-nash pada kesempatan yang sama, dihadapan guru juga ribuan santri putra-putri pesantren ini.
Saat aku melantunkan surah sakral tersebut, sambungan telepon tengah berlangsung antara Aceh-Yogya. Diseberang sana, kedua orang tuaku terisak penuh haru. Hanya aku yang tak bisa didampingi langsung oleh waliku saat proses khataman berlangsung. Sementara pakdhe Syakir dan bukdhe Hafsah tengah menghadiri sebuah acara penting.
Saat ketiga temanku dipeluk bangga oleh orang tuanya, aku hanya menyaksikanya tanpa kata. Membayangkan bahwa aku tengah berada di posisinya. Hingga tak lama kemudian Umma mendekatiku dan merengkuhku dalam dekapan beliau. Dengan lirih beliau berucap 'Barakallah putriku..'
Tahun ini akan menjadi tahun puncak perjuanganku. Dengan tekad kuat dan keyakinan pada diri sendiri, aku percaya mimpi semustahil apapun mampu terwujud. Selagi Allah mengizinkan dan memberi kekuatan.
Jauh dari orang tua membuat kita lebih mau peduli pada diri sendiri. Tak selalu bergantung dan mengandalkan. Empat tahun dikota orang baru dapat kupahami bahwa berani keluar dari zona nyaman akan memberi kita lebih banyak peluang untuk tumbuh. Dari pengalaman yang kaya, kita akan kembali pada asal ranah kita dengan membawa bekal perubahan yang lebih sempurna.
Sehari setelah acara khataman, umma menghadiahkanku sebuah abaya cantik dengan bordir putih perak dibagian leher, dada dan ujung lengan. Umma, ini adalah hadiah paling berkesan yang pernah kudapat karena ini adalah pemberian engkau, guruku. Syukron Katsir yaa Umma.
Minggu depan wisudaku. Sungguh, nikmat mana lagi yang ku dustakan?
Setiap hitungan jam menuju acara itu, hati ini senantiasa diliputi rasa bahagia. Detik-detik aktivitas terakhir di kampus, aku selalu menghiasinya dengan senyum terkembang.Sore itu aku menelepon rumah. Kali ini tak berlaku batas waktu untuku. Undangan wali untuk menghadiri wisuda hanya mampu kuhaturkan dengan mengirimkan fotonya. Diperjelas dengan penjabaran yang kuucapkan di telepon.
"Ayah, bunda. Atas izin Allah Qai telah mengkhatamkan 30 juz impian ayah bunda. Bertepatan dengan wisuda kesarjanaan Qai. Terimakasih atas dukungan baik do'a, dorongan mental maupun financial yang benar-benar luar biasa. Qai tak mampu membalas jasa ayah dan bunda walau hanya secuil. Hanya ini yang Qai bisa. Ini yang mampu Qai berikan. Ridhoilah Qai, ayah..bunda" Ucapku disela isak tangis kerinduan.
"Qai, putriku. Prestasi yang kamu persembahkan adalah suatu kebanggaan yang hanya didapat satu banding seribu orang tua didunia ini. Allah telah memilihmu menjadi keluarga-Nya. Dan kami meridhoinya lahir batin. Ahlul qur'an, ahlulloh" Ucap ayah. Suara beratnya gemetar.
"Nak, putriku sayang. Ini sangat lebih dari cukup. Sudah sangat luar biasa. Kami sangat bangga dan bersyukur atas pencapaianmu. Jangan lelah belajar dan teruslah bermanfaat. Kamu adalah tameng ayah dan bunda kelak" Bunda mengutarakan rasa bangganya dengan terbata.
Kami saling tergugu melepas rindu. Tak sabar rasanya untuk segera berjumpa dengan keduanya. Sehari sebelum acara wisuda, ayah dan bunda akan sudah di Yogya. Karena perjalanan keduanya pasti melelahkan. Selain itu, aku ingin memiliki waktu lebih lama untuk bermanja pada mereka.
"Ayah dan bunda hati-hati diperjalanan. Semoga selamat sampai tujuan"
"Amiin nak, secepatnya kita akan berjumpa. Ayah dan bunda sudah kangeeen banget sama gadis cantik yang sedang bicara di telepon ini hhh"
"Hhh Qai juga kangeeeennn sekali. Qai tunggu di Yogya ya ayah, bunda"
Sore harinya, umma memanggilku ke ndalem. Rupanya pakdhe dan bukdeku datang dari Sleman. Bahagia sekali rasanya berjumpa dengan keduanya. Mereka adalah keluarga terdekatku di Jawa. Mereka yang mengurus semua keperluan belajarku selama di sini. Aku sudah seperti putri beliau berdua.
"Ayah dan bunda akan terbang besok sore pakdhe, bukdhe" Ucapku bahagia.
"Benarkah? Itu artinya mereka akan tiba disini lebih awal sebelum acara" Sahut bukdhe Hafsah.
"Itu memang sudah kami rencanakan"
Aku tersenyum begitu lega."Jangan lupa, rencana manusia bisa gagal jika Allah memiliki rencana lain"
Tutur pakdhe Syakir tiba-tiba. Aku sedikit terkejut. Namun aku tau beliau hanya mengingatkan hal baik.Manusia memang bisa berencana. Sedang keputusan ditangan Allah. Aku yakin kedua orangtuaku akan tiba disini tepat waktu. Allah akan menjaga mereka sampai berjumpa denganku. Amiin.
Malam harinya aku mendapat sebuah pesan dari nomor tak biasa. Orang itu mengucapkan kata selamat dan do'a- do'a baik untuku. Digit nomor ini bukan milik Indonesia. Setelah ku cek, nomor berawalan +212 merupakan nomor di negara Maroko. Seketika dadaku berdesir.
Maaf boleh tau ini siapa?
Saya Ghazi, Qai.
MasyaAllah, ahlan
wasahlan gus?Bikhair Qai,
Alhamdulillah.Setelah setahun lamanya tak berkomunikasi, entah mengapa rasanya begitu bahagia saat gus Ghazi menghubungiku. Selayaknya adik yang merindukan abangnya. Setidaknya aku lebih nyaman dengan perumpamaan itu.
Tiba-tiba gus Ghazi memberi panggilan. Dan akhirnya kami berbincang selama beberapa menit ditelepon sebelum akhirnya harus disudahi karena jadwal tadris pemuda itu hampir tiba.
Tak ada yang berubah. Meski dalam bentuk pesan tulis ia selalu manis, tapi ketika kami berbincang secara langsung, bawaan jahil dan menyebalkanya masih ada. Padahal aku sudah canggung saat kembali berkabar. Tapi mendapati gus Ghazi masih seperti dulu, akupun terhanyut dengan sikapnya yang jujur sangat ku rindukan.
Gus Ghazi mengirimkan beberapa foto yang ia ambil di Maroko. Menakjubkan. Marrakesh. Aku salalu kagum dengan tempat itu. Kota merah yang menyala.
Dia juga berkata agar aku menunjukan foto wisudaku besok. Dan aku mengiyakanya.'Baik-baik disana gus, semoga Allah menjagamu. Memberimu hati yang tenang dan pikiran yang jernih dalam bergulat dengan ilmu'
Sore harinya ayah dan bunda mengabariku bahwa mereka sudah berada di bandara. Mereka akan terbang setengah jam lagi.
Ah.. Aku sudah tak sabar menantikan hari esok.
°•🖤•°
_________________________________________Sejauh ini bangga sama
tokoh fiksi sendiri🤭Next chapter
ada kejutan
menanti!!#Author
8Nov 2023
_________________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
ENDLESS LOVE [Terbit]
Romance"Yang penting Qairina sekarang fokus ngaji, kuliah dan tingkatkan value diri" "InsyaAllah Gus, biar solikhah ya" "Biar jadi istri saya" Qai terbelalak. Keningnya mengerut. "Tapikan..niat saya belajar bukan untuk itu Gus" protesnya. "Tapi saya su...