PROLOG

283 53 38
                                    


_________________________________________

°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•

Assalamu'alaikum Maha Cinta.

Terimakasih telah kembali menghadirkan senja

Sore ini aku kembali menikmatinya

Bersama titipan indah semesta

Dia..

Yang selalu merangkul alpaku dengan hati terbuka

Malam merangkak petang

Aku dan rasa rinduku akan datang

Peluk aku, wahai Pencipta Rasa

Setelah kudatangi ranjang kasih-Mu,

Peluh setelah ini juga ku tujukan untuk-Mu

Memandang wajahnya, aku merasakan dekat-Mu.

Dalam dekapnya, ku temui sejuk jiwa.

This love will not end with your permission, God.

Pengais ridho-Mu
Qai_

•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°


      Aku menatap sejenak lembar putih dihadapanku yang tak lagi kosong.
Hanya dengan menumpahkanya dalam guratan seperti ini, hatiku selalu merasa lega. Mungkin bahasanya tak selalu jujur, tapi maknanya tak pernah bohong. Karna itulah aku tak pernah lengah berpuisi. Aku menyukai cara curhat yang cukup fenomenal ini.

Kutatap lelaki berwajah teduh yang masih memutar tasbihnya diatas sajadah. Bibirku tersenyum dan hatiku seketika ranum.

Sejenak aku menyisir pandangan ke setiap sudut yang masih asing ini. Belum genap seminggu atap ini memayungiku. Jujur aku merindukan kamarku. Karena semua rancangan mimpiku berawal dari sana.

"By, siap sholat isya?"
Suara khas itu membuyarkan lamunanku. Suara yang selalu ingin aku dengar.

"Siap" Jawabku mengembangkan senyum.

Aku lantas berdiri dibelakangnya. Ini kali pertama aku berimamkan lelaki berstasus hak milik, setelah ayah. Kini ia adalah surgaku.

Serangkaian pujian indah berupa doa dengan segala penetapan geraknya telah kami tempuh dengan khidmat. Kini ia membalikan badanya menatapku. Mengulurkan tanganya dengan lembut.

Detik-detik saat aku menyambutnya dan kucium ta'dzim, air mata ini tak dapat lagi ku bendung. Aku tergugu diatas pangkunya. Sungguh, sampai di titik ini tidaklah mudah.

"Tangisan apa ini?" Bisiknya lembut.
"Bahagia" Lirihku.
"Alhamdulillah"
Ia mengusap lembut bahuku yang bergetar. Mencoba menguatkan, seakan tau apa sebab air mata ini turun.

Dert dert dert

Kami terlonjak saat ponsel miliknya bergetar. Ia mengambilnya. Pesan yang masuk ke ponselnya sudah dipastikan selalu penting kecuali dariku yang mungkin hanya bertuliskan 'Aku rindu'.

"By, Abah tindak ke Solonya malam ini"
Ucapnya.

"Terus"

"Saya didawuhi ikut"

"Ooh.." Pasti ia langsung paham dengan perubahan ekspresiku.

"Yakin tidak apa-apa?"

Aku tersenyum dan mengangguk.
"Hati-hati dijalan by"

Ia benar-benar pergi. Padahal ini malam pertama. Yah, tidak masalah.

Dengan masih mengenakan mukena, aku bergeser menyandarkan punggung ke ranjang. Menengadahkan wajahku dengan wajah terpejam.

Beribu kenangan berseliweran. Mengingatkan pahit manis kehidupan yang mewarnai langkahku. Tanpa sadar diri ini kembali terisak.

Puluhan menit berlalu, baru tangisku mereda. Kini hanya ada rasa lega yang hadir. Setiap tarikan nafas terasa ringan dan penuh syukur.

Lambat laun mata ini terasa berat. Masih dengan senyuman, aku membiarkan rasa kantuk menyapa. Perlahan tapi pasti, aku benar-benar hanyut ke dimensi yang berbeda.

Saat pandangan ini sempurna menggelap, disinilah alam bawah sadarku mulai berkisah...

🎬


ENDLESS LOVE  [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang