Bingkisan dari mesir

48 24 8
                                    

"Ini untuk kamu Qai"
Sebuah box hampers terulur dihadapanku.

"Apa ini gus?"

"Buka saja. Mungkin kamu sudah punya banyak. Tapi ini khusus saya belikan dari mesir lewat teman saya"

Aku menerima box itu dan meletakanya di meja.

"Maaf tidak memberikanya tepat waktu. Saya menunggu itu datang" Imbuhnya.

Aku tersenyum.
"Syukron laka gus. Saya merasa istimewa dapat bingkisan dari Mesir hhh"

"Ya karena kamu istimewa. Em.. maksudnya karena kebetulan kamu yang berulang tahun dalam waktu dekat ini. Jadi sekalian nitip ke teman yang mau pulang ke Indonesia"

"Oo begitu.. sekali lagi terimakasih gus"

"Sama-sama. Jadi.. tahun ini Qai umur berapa?"

"sembilan belas gus"

"Ooo sembilan belas ya. Berarti.. empat tahun lagi"

"Apanya?"

"Emm.. empat tahun lagi.. itu. Umur dua puluh tiga. Yakan"

"Ow... hhh. Benar gus"

Aku agak heran dengan gelagat gus Ghazi. Apa mungkin ia sedang mengerjaiku juga. Bagaimana jika isinya kodok? Haiss, aku tak boleh suudzon.

"Saya pergi dulu Qai. Masih ada tugas"

"Oh baik gus. Silahkan"

Gus Ghazi mengucapkan salam dan langsung keluar. Pria itu sengaja masuk fakultas dakwah junior hanya untuk memberikan ini untuku? Ah yang benar saja. Siapa sih aku? Hanya khadimah ndalem yang terlalu beruntung.

"Cie yang dapat oleh-oleh Mesir"

Rania disampingku menyenggol lenganku. Dia saksi kejadian tadi. Meski gadis itu terus menunduk tanpa kata.

"Menurutmu isinya apa Ran?"

"Mana aku tahu"

Aku tak bisa menyembunyikan rasa penasaranku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tak bisa menyembunyikan rasa penasaranku. Bahkan sampai pulang.

Ketika semua telah tertidur, baru kuambil box berukuran sedang dengan pita putih itu.

Ternyata.. berisikan buku catatan, tasbih, dan sebuah kerudung berwarna hitam. Aku menarik lipatan kertas kecil yang terselip diantara ketiga benda itu.

Assalamu'alaiki wr.wb
Qairina, Saya ingin memberikan ini, tapi maaf karena terlambat. Yang penting do'a saya sudah sampai lebih dulu. Qai, saya tidak akan memberikan benda apapun kepada siapapun kecuali itu benar-benar bermanfaat. Maka dari itu Qai, jangan hanya kamu simpan barang ini. Catatlah curahan hatimu atau harapan-harapanmu dalam buku ini, atau paling tidak tulislah satu hadis pendek nabi. Manfaatkanlah!
Tasbih ini, putarlah ketika kamu tengah menyebut asma agung Allah. Dan kerudung khas Mesir ini, bisakah kamu memakainya esok pagi saat ke kampus? Saya ingin kamu memakainya untuk menuntut ilmu. Sudah dulu ya, semoga kamu suka dengan hadiah sederhana ini. Wassalamu'alaiki wr.wb.

Hatiku kini menghangat. Ternyata gus Ghazi bisa semanis ini. Ungkapanya disurat ini sangat berbeda dengan sikap jahil juga galaknya saat bertemu denganku di kehidupan nyata.

'InsyaAllah gus, saya akan memanfaatkanya dalam kebaikan"

Aku memasukan box itu kedalam lemari. Sejenak aku termenung. Kulirik jam tangan merek AC di pergelangan tanganku. Ya, jam tangan mahal ini juga dari gus Ghazi saat menang kompetisi syi'ar pertamaku setengah tahun lalu dalam acara pensi kampus.

Dengan santai ia berkata bahwa hadiah ini ia berikan sebagai apresiasi keberanianku karena telah meyanggupi tantanganya. Ketika aku bertanya mengapa harus jam tangan, apalagi merk mahal, ia menjawab tenang.

"Pertama, karena kamu perempuan. Identik dengan perhiasan. Dan jam tangan itu akan menambah kesan elegan penampilanmu. Kedua, jam adalah patokan waktu. Kamu akan lebih mudah mengetahui waktu shalat, waktu qiyamul lail, waktu kuliah, dan lainya. Saya harap kamu menerimanya. Gunakanlah dalam kebaikan agar saya juga mendapat manfaat dari jam itu. Paham Qai?"

Aku tersenyum mengingat itu. Kalau saja dulu gus Ghazi tidak mendaftarkan namaku secara paksa, aku tak akan seperti sekarang ini. Mungkin aku masih pemalu dalam setiap organisasi. Ia telah mengajariku untuk memiliki percaya diri yang kuat dengan caranya sendiri.

Selama ini, Gus Ghazi selalu mengarahkanku pada hal baik, dengan cara-cara yang terkesan berbeda. Hal itu membuatku nyaman, meski sadar kami punya batasan.

Aku segera mengambil wudhu. Setelah itu, kuambil tasbih kayu kaoka asli mesir pemberian gus dan mulai beristirahat di ranjang.

°•🖤•°

POV Gus Ghazi

Hari ini sangat melelahkan. Namun mata ini.. kenapa sangat sulit terpejam ya Allah. Bayangan gadis itu tiba-tiba saja muncul.

Qairina. Apa gadis itu suka dengan pemberian saya? semoga saja ia mendapat barokah dari benda-benda asal tanah wali itu.

Qai, kira-kira.. Apa besok pagi kerudung itu akan benar-benar kamu pakai? Saya menunggu hal itu. Kecantikan kamu setara dengan gadis-gadis mesir Qai.

Saya ingin kamu tau. Saya tidak bisa jauh darimu. Bukan masalah kehadiran fisik, akan tetapi itu murni kata hati saya. Selama ini saya selalu bersikap jahil dan menyebalkan hanya agar kamu tak segan pada saya.

Saya akan terus berusaha membimbing kamu dari jauh. Sedikit demi sedikit menjadi seseorang yang lebih istimewa. Semampu saya, dan dengan cara saya sendiri.

Beberapa bulan lalu saya masih mengingat percakapamu dengan teman fakultasmu saat berbincang di perpus. Tanpa kalian sadari saya tengah memilih beberapa buku dari balik rak yang persis dibelakang kalian.

Kenapa? kenapa kamu bilang tidak mungkin Qai jika saya menaruh hati padamu? dan apa benar, kamu juga tak memiliki getaran apapun pada saya setelah adanya kedekatan kita selama ini? Entah karena kamu terlalu polos, atau kamu tengah berbohong.

Dan pasal foto itu.. Saya yakin kamu telah melihatnya. Sikapmu menunjukan kegugupan setelah kamu mengembalikan laptop saya. Maaf belum bisa menjelaskanya sekarang Qai. Suatu saat nanti kamu pasti akan tau fakta itu.

Saya telah berjanji untuk menjagamu. Janji pada seseorang yang sangat saya hormati. Ada saatnya kamu akan mengerti.

°•🖤•°
_________________________________________
Nah lo, mulai terkuak
Ya gus🤫

Next chapter bakal
up dihari yang sama🥰

Nantikan💜

#Author
24 Oct 2023
_________________________________________

ENDLESS LOVE  [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang