Malam ini aku duduk bersandar di teras lantai dua asrama pengurus. Laptop didepanku masih menyala. Aku menyeruput kopi hangatku masih dengan mata yang menatap layar. Ya, aku baru saja selesai menulis sebuah chapter baru ceritaku.
Aku menghela nafas panjang. Bersandar ke dinding menatap bintang. Jika sudah begini, pikiranku akan terbang mengingat semua tahap hidup yang pernah kulewati sampai dititik ini. Atau jika tidak, aku akan menerka sedang apa ketiga orang tercintaku saat ini di syurga.
Ponselku tiba-tiba membunyikan notif chat. Aneh, ini dari Gus Ghazi. Tapi aku sangat bersemangat untuk membukanya.
Assalamu'alaikum Qai, sedang apa?
Apa Aba dan ummaku sehat? Aku ingin menelepon sejak pagi namun sibuk. Sekarang pasti beliau sudah beristirahat.Ah, iya. Putra yang sangat peka. Sejak kemarin sore, romo Hamza memang tak mengimami shalat. Beliau kelelahan setelah pulang dari sebuah acara.
Aku membalas pesan Gus Ghazi apa adanya. Dengan bahasa yang jelas dan singkat namun sopan. Yah.. meskipun begitu, tetap saja pembicaraan kami akan awet. Pemuda itu selalu punya segudang topik.
Oh ya, kamu masih
punya hutang Qai,
padaku.Hutang? Yang mana?
Foto wisuda. Lupa?Aku menepuk jidatku. Aku benar-benar lupa. Lagipula sudah terlewat berbulan-bulan. Kenapa masih dipertanyakan juga?
Aku mengirimkan beberapa foto yang dimaksud. Dibalas dengan ucapan terimakasih. Beberapa detik kemudian pria itu mengirim balik sebuah foto.
Setelah kubuka, aku terhenyak cukup lama. Aku tak tahu harus berkata apa. Tapi yang jelas, aku harus mempertanyakan hal ini cepat atau lambat. Aku telah menahan tanda tanya ini bertahun-tahun lamanya.
Sebenarnya gus
dapat foto kecil
saya dari mana?Kamu benar-benar
ingin tahu?Hais, tentu saja.
Bahkan sejak
bertahun-tahun
lalu.Baiklah, kalau begitu
angkat telepon saya.
Benar saja, ponselku kemudian berdering. Aku menghela nafas panjang sebelum mengangkatnya.
"Assalamu'alaiki"
'Wa'alaikassalam gus'
"Apa saya mengganggu'"
'Sama sekali tidak gus. Justru saya menunggunya'
"Kamu menungguku?"
'Oh, em.. m-maksudnya menunggu penjelasan dari gus. Pasal foto itu. begitu maksudnya'
"Hhh. Dugaan saya jarang meleset. Saya rasa pipimu saat ini memerah"
(Ouh ya ampun orang ini selalu bisa membuatku malu. Salah bicara sedikit saja imbasnya akan kemana-mana)
'Gus sudahlah, bisa kita to the point?'
"Kita? to the point? kamu mau itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ENDLESS LOVE [Terbit]
Romance"Yang penting Qairina sekarang fokus ngaji, kuliah dan tingkatkan value diri" "InsyaAllah Gus, biar solikhah ya" "Biar jadi istri saya" Qai terbelalak. Keningnya mengerut. "Tapikan..niat saya belajar bukan untuk itu Gus" protesnya. "Tapi saya su...