Kenangan Itu

81 32 42
                                    

     Aku memainkan jariku cemas. Rasanya kursi yang kududuki terasa panas. Aku mencoba mengetuk-ngetukan kakiku kelantai membuat irama dalam diam. Namun kegelisahan ini tetap menyelubungiku.

Siang ini setelah kelas berakhir, gus Ghazi memintaku untuk menunggunya diperpus. Padahal disini hanya tersisa beberapa orang.

Aku seketika menunduk saat pria kharismatik itu tiba diambang pintu. Wangi khasnya tecium ketika ia telah duduk dihadapanku. Kami hanya tersekat meja.

Ia mengeluarkan laptop dan mulai menghidupkanya tanpa kata. Diputarnya posisi laptop itu hingga layar menghadap padaku. Aku kaku luar biasa.

"Qai" Ucap gus Ghazi singkat.

Aku memilih menunduk tanpa menjawab sepatah katapun. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku menggigit bibirku cemas.

"Qai" Ucapnya sekali lagi.

"Inggih gus" Lirihku.

"Kenapa menunduk begitu? saya mau bicara jadi tegakan badanmu. Kenapa tegang sekali?"

Aku tertegun. Aku pikir ia akan membentak atau menyalahkan dengan nada yang lebih buruk lagi. Astaghfirullah, aku telah salah sangka.

"Duduk yang baik dan bicaralah yang jelas. Saya bukan mau memakanmu" Jelasnya. Perkataan itu justru membuatku ingin tertawa.

"Gus marah sama saya?" Aku memberanikan diri bertanya.

"Menurutmu?"

"Gus, tapi sungguh, saya tidak mengotak-atik dokumen apapun" Keluhku.

"Jika memang tidak, kenapa bisa hilang?"

Aku terdiam. Otaku buntu. Aku yakin malam itu tak salah tekan. Lagipula aku hanya melihat judul-judul dokumenya saja. Tidak membukanya. Kecuali..foto itu.

"Coba kamu cek disitu. Apa bahan presentasi saya tentang strategi dakwah sahabat Umar masih ada? minggu depan saya harus mengumpulkanya Qai"   

Aku mengikuti intruksinya takut-takut. Dan setelah kutelusuri, memang tak ada ataupun berpindah.

"Apa tidak bisa dipulihkan gus?"

"Sayangnya kamu menghapusnya secara permanen"

Aku menghela nafas pasrah. Aku benar-benar tidak habis fikir. Pertama, aku sungguh tidak menghapus file itu.
Yang kedua, teknologi canggih mana kini yang tak memiliki filtur simpan otomatis di google? kecuali jika menulis di situs-situs terbengkalai.

Yang ketiga, jika benar aku yang menghapusnya karena pengaruh kantuk, kurasa tidak akan sekebetulan itu mengkonfirmasi penghapusan permanen.

Atau jangan-jangan gus Ghazi ingin mengerjaiku. Ah tidak mungkin. File ini penting. Ia tidak mungkin mempersulit urusanya sendiri.

"Qai"
Aku tersentak. 

"Kenapa melamun"

"Eng-engga gus"

Aku menggigit bibirku. Berfikir keras.

"Kalau memang sudah begini adanya, saya minta maaf gus. Saya janji akan membuat dari awal. Ada banyak buku referensi mengenai tema itu disini" Pasrahku.

"Tidak. Kita buat bersama-sama. Mulai hari ini, kita akan bertemu disini setelah kelas kuliah selesai sampai tugas ini rampung"

"Apah?!" Seruku. Aku segera menutup mulutku menyadari ketidaksopanan.

Gus Ghazi berjalan menuju rak baca untuk mengambil sebuah buku lalu kembali duduk.

"Mari kita mulai"

°•🖤•°

ENDLESS LOVE  [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang