°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•Assalamualaikum bang,
Qairina rindu.
Abang sedang apa?
Apa abang sedang duduk berbahagia di pertamanan syurga?Bang,
Saat ini hafalan Qai sudah 7 juz.
Qai janji akan lebih bersemangat.
Dulu Abang selalu mewanti-wanti Qai agar tak mudah putus asa bukan?Bang,
Qai ingin cerita sedikit.
Qai bertemu dengan seseorang yang memiliki banyak kesamaan dengan abang.
Namanya Nizar.
Dia pecinta seni, bang.
Dia kaligrafer.
Sama seperti abang.Karena itulah Qai sering memperhatikanya.
Apalagi akhir-akhir ini kami sering bertemu di perpus.
Segala tingkah dan gelagatnya, semuanya seperti abang.
Juga cara bicara dan tertawanya.
Itu membuatku sedih.Tapi bang,
Dia seakan mengobati rinduku pada abang.
Kami semakin dekat meski baru saja berkenalan.Semoga saja itu tak mengganggu fokus utamaku dalam menuntut ilmu.
Dan Qai juga belum mengizinkan diri sendiri untuk mencintai lelaki selain abang dan ayah.Abang,
Abang terlalu cepat pergi.
Sesingkat itu ya, abang ada disamping Qai.
Kini Qai mulai menulis ini dengan menangis.Tapi bang,
Meski demikian, kami semua telah ikhlas melepas abang.
Qai, ayah dan bunda sangat bangga memiliki abang.
Meski terkadang kerinduan itu menyiksa kami.Abang adalah motivasi Qai.
Semua piala abang sudah Qai pindahkan ke lemari kaca ruang depan, sebagai kenang-kenangan untuk kami.Sekali lagi Qai hanya ingin mengatakan bahwa Qai rindu abang.
Semoga abang tenang dan bahagia ditempat abang sekarang.
Amiin.Sudah dua halaman Qai menulis ini.
Qai tidur dulu ya bang,
Semoga kita bertemu di mimpi.Al-fatikhah untuk abang.
Ahzani Qaisar Ahmad.Uhibbuka fillah.
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°
Flash Back
Qaishar menuntun motor sportnya perlahan dari dalam garasi. Ia memanaskanya sebentar sembari mengecek kembali peralatan lukisnya.
Gadis remaja kelas satu SMA duduk dibangku teras rumah membaca sebuah novel.
Gadis itu menoleh ketika kakak lelakinya mulai mengenakan helm. Entah mengapa ia merasa ada sebuncah rindu yang datang. Padahal setiap hari mereka bertemu.
"Abang!" Teriaknya menghampiri sang kakak yang sudah berada diatas jok motornya.
"Kenapa Qai? Mau salim?"
Gadis itu mengangguk. Ia mencium punggung tangan sang kakak bahkan kini memeluknya. Ia meletakan kepalanya didepan dada pria itu. Detak jantungnya terdengar.
"Sudah ya, abang berangkat. Qai jaga rumah ya" Ucap pria itu lembut.
Ayahnya selaku pemilik produksi pangan khas aceh tentu sudah berangkat sedari pagi untuk mempersiapkan produksi yang akan dipasok ke pusat-pusat perbelanjaan. Sementara sang ibunda tengah pergi menghadiri syukuran tetangga."Tapi bang.." Raut wajah gadis itu muram. Seakan berat melepas kepergian sang kakak.
"Abang pulang jam berapa" Lanjutnya.
"Hhh kamu ini kenapa Qai? Tak biasanya seperti ini. Bahkan kadang-kadang abang diusir suruh pergi" Pria itu terkekeh.
Gadis itu masih memeluk lengan kakaknya. Ia tau bahwa kompetisi seni islami yang akan dihadiri kakaknya itu akan berlangsung tiga hari lagi. Dan pria disampingnya kini harus sampai di Medan sehari sebelum itu dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENDLESS LOVE [Terbit]
Romance"Yang penting Qairina sekarang fokus ngaji, kuliah dan tingkatkan value diri" "InsyaAllah Gus, biar solikhah ya" "Biar jadi istri saya" Qai terbelalak. Keningnya mengerut. "Tapikan..niat saya belajar bukan untuk itu Gus" protesnya. "Tapi saya su...