ᴋᴜɴᴊᴜɴɢᴀɴ

431 66 4
                                    

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

Langit senja yang terlihat kala
Y/n melangkahkan kedua tungkai kakinya ke luar halaman sekolah, nampak begitu jelas. Setelah menghabiskan beberapa jam untuk belajar, para guru mata pelajaran terakhir memutuskan untuk mengakhiri pembelajaran mereka.

Begitu ia akan melangkah mendekati sepeda yang terparkir rapi di salah satu sudut halaman sekolah, seseorang yang dikenalinya sebagai Arlen berteriak memanggil namanya.

Y/n pun menoleh dan bertemu tatap dengan manik kebiruan milik sang sahabat.

“Ada apa?”

Pertanyaan singkat itu tidak langsung dijawab oleh Arlen, dia malahan pergi mengambil sepedanya terlebih dahulu sebelum kembali menatapnya.

“Aku akan pulang bersamamu, bukankah rumah kita searah? Kenapa masih bertanya?”

Apa yang dikatakan sahabatnya memang benar, mungkin karena pikirannya yang tertuju pada tugas sejarah Ibu Moura, sebagian fungsi otaknya jadi tidak bekerja dengan baik. Nanti saat pulang, atau lebih tepatnya setelah ia selesai latihan beladiri bersama kakeknya, Y/n akan berkutat dengan tugas tersebut.

Ia pun duduk di atas sepeda dan mulai menjalankan benda itu diikuti Arlen dari belakang. Jujur saja, meskipun dia di cap sebagai murid terbodoh di mata pelajaran sejarah, tapi percayalah, dia sebenarnya bisa mendapatkan nilai terbaik, hanya saja Y/n terlalu malas untuk menghafal semua sejarah masalalu yang ada di pulau Paradise.

Lagi pula, tidak ada untung baginya jika mendapat seratus di mata pelajaran sejarah. Memangnya saat interview kerja nanti, atasanmu akan memberikan pertanyaan berupa sebutan nama dari 9 Titan shifter? Hahaha tentu saja tidak. Orang bodoh mana yang akan menanyakan hal konyol seperti itu.

Intinya, Y/n lebih menyukai hal-hal yang bermanfaat bagi masa depannya. Untuk apa belajar sesuatu jika itu tidak bermanfaat? Bukankah sama saja dengan buang-buang waktu? Meskipun itu dapat menambah ilmu yang ada di otaknya, tapi ia lebih menyukai sesuatu yang berguna atau bermanfaat untuk kehidupan kedepannya.

“Y/n, soal tugas yang diberikan ibu Moura padamu, aku dengan senang hati akan membantumu jika kau mau.”

Setelah hening beberapa saat dalam perjalanan mereka, akhirnya Arlen angkat bicara. Tentu saja jawaban tersebut begitu menggiurkan bagi Y/n. Siapa yang tidak mau dibantu? Apalagi dengan tugas mencatat.

Tapi melihat perbedaan tulisan tangan Arlen dan Y/n, membuat gadis itu harus menolak tawaran tersebut. Takutnya ibu Moura dapat mengetahui tulisan tangan yang berbeda itu.

“Terimakasih karena sudah menawarkan diri Arlen, tapi aku bisa melakukannya kok! Tenang saja.”

Y/n mengangkat salah satu tangannya sambil menepuk pelan puncak kepala Arlen, dia juga berusaha menyeimbangkan sepedanya karna melakukan gerakan tersebut.

Sebaliknya, lelaki yang ditepuk kepalanya oleh Y/n malah menunjukkan reaksi lucu. Kedua pipi berserta telinganya berubah menjadi merah padam, membuat gadis itu terkekeh pelan.

“Apakah kau sudah punya pacar, Arlen?”

Pertanyaan absurd yang begitu tiba-tiba membuat lelaki itu jadi salah tingkah. Dia segera menggeleng keras dengan seluruh wajah yang kian memerah. Bahkan Y/n bisa melihat asap imajiner yang muncul di atas kepalanya.

“Ke-kenapa kamu bertanya seperti itu?”

Arlen dengan nada malu-malunya berucap pelan namun masih bisa didengar oleh sang puan karena jalan yang mereka tempuh cukup sunyi.

Purpose To Live || Aot x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang