ʙᴇʀᴛᴀʀᴜɴɢ

715 119 4
                                    

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

Awan gelap terlihat menutupi langit biru. Perlahan-lahan, rintik hujan jatuh membasahi tanah bersamaan dengan menguapnya mayat Titan yang sebelumnya dipotong oleh Mikasa.

Kini, mereka berada di atas atap bersama dengan seorang senior yang menatap Mikasa dan Y/n secara bergantian.

"Kerja bagus, Y/n! Ackerman!" ucapnya memberikan pujian.

"Terimakasih pujiannya." balas Mikasa.

Y/n sendiri hanya menatapnya dengan wajah datar, sebelum kemudian mendengar penjelasan Mikasa yang mengatakan bahwa dia melakukan sebuah kesalahan karna tergesa-gesa dan membuat pedangnya tumpul.

"Lain kali aku tidak akan melakukannya lagi," gumamnya pelan sambil membuang bilah pedangnya yang membuat senior itu menatap ngeri kearah Mikasa.

"Kehidupan seperti apa yang sebenarnya kamu jalani dulu..."

Mikasa menoleh kearahnya dengan raut datar, tapi senior itu hanya menggeleng pelan sambil mengatakan tidak. Ia lantas melirik Y/n yang sejak tadi tidak berbicara dan hanya menatap ke arah langit dengan pandangan kosong.

"Aku benci hujan," ucapnya nyaris tak terdengar karena terhalang suara rintikan yang perlahan-lahan berubah semakin deras dari waktu ke waktu.

Dia berkata seperti itu karna hujan akan membawa kenangan buruk yang terjadi saat di medan perang. Meskipun dia sering melihatnya lewat mimpi, tetapi ketika hujan datang, kenangan itu akan semakin jelas dalam benaknya hingga membuatnya tersiksa.

"Sikapmu sesuai dengan yang dikatakan Instruktur Sadies, ya."

Y/n hanya meliriknya sebentar sebelum kemudian menghadapkan tubuhnya ke samping, menatap Mikasa yang sekarang menunduk sambil memegangi syal merah pemberian Eren.

Ia mengetahuinya karena saat Y/n menanyakan kenapa Mikasa begitu menjaga syal itu, Eren menjelaskan tentang masa lalunya bersama gadis itu.

Ketika mendengarnya, ia begitu terkejut. Pasti sangat sulit bagi Mikasa untuk melewatinya, beruntunglah Eren ada di sana dan membantunya dalam masa terpuruk.

"Mikasa ... Aku akan menghabisi Titan di sekitar sini."

Tanpa aba-aba, ia segera pergi dari sana yang mana membuat senior itu terkejut. Dia mencoba memanggil Y/n untuk kembali, tetapi apa yang dikatakannya hanya terdengar seperti angin lewat.

Pria itupun segera menoleh kearah Mikasa yang menatap lurus ke depan, tepatnya pada Y/n yang perlahan-lahan menghilang dari pandangan.

"Aku sering merinding jika bersama
Y/n. Seperti ada sesuatu yang mengerikan melekat pada dirinya. Apakah kau merasakan hal yang sama?"

Mikasa menggeleng pelan sebagai jawaban, dan segera melakukan salam hormat pada seniornya sebelum kemudian menyusul Y/n yang sudah berada jauh di depan.

"Entah kenapa aku merasa sifat mereka berdua begitu mirip? Ah tidak, Ackerman masih bisa diajak bicara, tapi Y/n malah sebaliknya."


»»----><----««

Y/n menatap datar bangkai Titan yang telah ia bunuh beberapa saat lalu. Ia lantas melirik Mikasa yang sedang mengiris tengkuk Titan terakhir hingga membuatnya roboh dan jatuh ke atas jalan setapak.

Purpose To Live || Aot x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang