Pagi ini alleta terbangun diatas tempat tidurnya. Ralat. Tempat tidur barunya. Karena semalam dia sudah tidur dirumah baru bukan dirumah nya yang lama.
Gadis itu tidak berniat untuk duduk, dia masih setia berbaring diatas kasur empuk itu. Sambil pikirannya menerawang, jawaban apa yang akan dia berikan jika teman-teman sekolahnya tahu soal pernikahan nya ini. Alleta berguling-guling diatas kasurnya sembari meregangkan tubuhnya. Baru bangun tidur saja dia sudah disuruh berfikir.
Alleta beralih menjadi duduk dan menatap lurus pada jendela kamar yang masih tertutup tirai. Gadis itu menghela napasnya panjang, kenapa dia harus dinikahkan dengan orang seperti Arka. Kenapa tidak dengan Lee Minho atau Song Jong Ki mungkin.
Itu jauh lebih baik dan dia juga bisa memperbaiki keturunan kan. Jika dengan Arka? ah tidak-tidak, dia dan Arka tidak akan pernah memiliki anak. Karena dia dan Arka hanya status saja yang menikah. Selebihnya tidak ada yang bisa mereka lakukan.
Setelah dirasa cukup lama dia duduk, dia memutuskan untuk mandi. Karena hari ini Alleta harus kesekolah untuk menerima materi dari para guru.
Ditambah hari ini ada pelajaran yang sangat Alleta tidak dia suka. Pelajaran yang selalu menguras emosinya karena gurunya yang cukup killer.
Dia pernah berfikir dengan masuk SMK pembelajaran yang akan didapatkan lebih gampang. Tapi semua tidak sesuai dengan ekspektasi nya. Karena materi di SMK juga sangat sulit. Kalau ditanya apakah dia menyesalinya? Jawaban nya tentu saja dia SANGAT MENYESAL. Tapi tetap harus dijalani karena itu sudah pilihannya dari awal.
.
.
.
.
.
Alleta turun kebawah dan berjalan menuju dapur, setelah dia siap dengan seragam sekolah nya. Berharap ada sesuatu yang bisa dimasak atau mungkin langsung dimakan untuk sarapan. Tapi ternyata tidak ada satupun sesuatu yang bisa dimakan pagi ini. Percuma saja rumah bagus kalau stok makanan saja tidak ada.
Gadis itu mendengus kesal karena tidak mendapatkan apa yang dia cari. Dia memutuskan untuk berangkat ke sekolah lebih awal agar bisa sarapan sebelum jam pelajaran dimulai. Alleta membalikkan badannya dan hendak berjalan menuju pintu utama.
"ASTAGA! Arka... ngagetin gue aja lo pagi-pagi"
"hehe... sorry! lagian lo ngapain pagi-pagi begini udah ada didapur aja?" tanya Arka
"bukan urusan lo, bye" Alleta menjawab seadanya dan berjalan meninggalkan Arka yang kesal karena kelakuan Alleta
Tapi belum sampai menuju pintu, Alleta ingat kalau mobilnya ada dirumah orang tuanya. Semalam dia kesini dengan mobil papa nya Arka yang dibawa oleh sopir pribadi mereka. Gadis itu mencoba mencari kartu ATM nya tapi ternyata benda itu tertinggal bersama dompet nya dirumah.
ah, setidaknya dia masih memiliki ponsel jadi dia bisa meminta bundanya mengirimkan mobilnya. Tapi gadis itu ingat kalau benda pipih itu tidak di charge dari semalam, dan saat ini hanya meniggalkan 3 persen bateri. Yang entah cukup atau tidak untuk menelepon bundanya.
Tapi gadis itu memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Jadi dia memutuskan untuk tetap menelepon bundanya.
Beruntung ponsel bundanya aktif dan dia hanya tinggal menunggu bunda menganggkat. Tapi baru saja Kanaya mengucapkan kata 'halo' ponsel itu langsung mati tak berdaya. Itu sukses membuat Alleta semakin kesal pagi ini.'tuk tuk tuk'
"astaghfirullah! dua kali lo ngagetin gue pagi ini" kesal Alleta saat bahunya diketuk Arka
"gue pikir lo udah jalan duluan ke sekolah, ternyata masih disini" ucap Arka setelah mengeluarkan sengiran khas nya
Sebenarnya enggan rasanya Alleta untuk meminjam. Tapi saat ini dia sedang dalam keadaan terdesak. jadi mau tidak mau dia harus membuang jauh-jauh rasa malunya itu, Dan merendahkan sedikit harga dirinya didepan Arka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKA
Teen Fiction"kita cuma status jadi jangan berharap lebih" Menikah di usia muda bukan lah keinginannya. Tapi garis takdirnya berkata lain. Dia terpaksa harus mau menikah di usia yang masih sangat muda. Akankah kehidupan rumah tangganya berjalan dengan baik? Atau...