Bagian 8 : Satu Langkah

116 17 0
                                    















Tiga hari, bagaimana rasanya baru saja bekerja namun alasannya melakukan itu sudah tak ia lihat selama tiga hari lamanya, lebih parah lagi bahkan pesan singkat basa-basi yang ia kirim kepada sosok itu tak pernah sampai. Mengapa seolah Juan menghindarinya, katakan saja Niana geer tapi menghilang selama tiga hari di saat ialah satu-satunya motivasi yang Niana miliki untuk bekerja di sana sedikit berlebihan.

Perempuan itu tengah berjalan menyusuri koridor menuju lift, ia menunduk memainkan ponselnya menunggu pintu lift terbuka dan ketika ia mendengar bunyi dentingan matanya sontak menoleh, pemandangan yang pertama Niana lihat sungguh membuat jantungnya seperti akan merosot hingga ke ujung kaki.

Di sana berdiri Juan tengah menggenggam tangan sosok perempuan, perempuan dengan gaya sederhana mengenakan pakaian semi formal, dengan rambut di cepol rapih dan keduanya tengah tersenyum ke arah satu sama lain.

"Oh, Niana," Ujar Juan ketika melihat sosok perempuan yang tengah mengenakan kacamata dan berpakaian casual itu.

Niana terdiam seperti batu, berkedip dua kali sebelum akhirnya kembali menarik diri pada kenyataan pahit, Juan adalah pria beristrikan perempuan cantik, berpendidikan tinggi juga seorang putri dari orang kaya terpandang. Sangat serasi bersanding dengan seorang Juandanu Mahatma.

"Pagi, Pak," Ujar Niana menyapa, sejamang ia tersenyum ke arah Rissa yang juga tengah melempar senyum ke arahnya.

Juan dan Rissa kemudian keluar dari dalam lift berganti Niana yang masuk, Juan dan Niana sempat bertukar pandang lalu Juan melempar senyum ke arahnya, sementara Rissa terus menggenggam erat genggaman tangannya terhadap sang suami. Pemandangan itu membuat Niana kian merasa iri.

"Siapa dia, model baru?" Samar-samar Niana mendengar pertanyaan Rissa sebelum pintu lift tertutup. Niana hanya bisa meremat kuat jemarinya sendiri, Rissa, ia ingin berada di posisi perempuan itu, Niana menginginkan Juan, sangat.





***












Yumi dan Niana tengah memakan makan siang mereka di kantin kantor, hanya salad dan beberapa potong apel yang menjadi menu mereka, juga sebotol minuman isotonik sebagai pelepas dahaga.

"Muka lo kenapa, kecut amat," Tanya Yumi yang melihat ekspresi sahabatnya begitu suram.

"Udah lo gak usah kepo," Jawaban singkat dan menyebalkan dari Niana malah membuat Yumi kian penasaran.

"Kenapa anji--anjir Pak Juan ke sini."

Perkataan Yumi yang tiba-tiba membuat Niana segera menoleh, benar saja, Juan terlihat berjalan menghampiri meja mereka dengan membawa sebuah paper bag di tangannya. Melihat itu Niana yang tengah dalam mood yang buruk sebenarnya tak ingin melihat wajah bosnya itu.

"Siang," Ujar Juan, "saya boleh join di sini, gak?"

"Boleh, Pak, duduk aja," Kata Yumi ramah sementara Niana hanya menyunggingkan sedikit senyum tanpa berkata. Juan duduk tepat di hadapannya yang tentu saja membuat Niana dapat melihat dengan jelas wajah lelaki itu.

"Saya bawain Macaron buat kalian, kebetulan saya lewat toko kue kesukaan saya. Kalian suka macaron, kan?" Tanya Juan yang tentu saja di iyakan oleh kedua perempuan itu. Tak mungkin juga mereka menolak, kan?

"Niana, gimana kerja di sini?" Pertanyaan random yang tiba-tiba membuat Niana sedikit tersentak.

"Seru kok, orang-orangnya baik," Jawab Niana sekenanya.

"Permisi, saya boleh ke toilet sebentar, gak?" Tetiba saja Yumi berkata, Niana melirik ke arah sahabatnya itu yang tengah tersenyum bodoh.

"Silahkan," Jawab Juan yang otomatis akan meninggalkan Niana dan Juan berdua saja di sana.

"Kamu udah makan siang?" Tanya Juan padahal tentu saja lelaki itu tahu dengan adanya piring bekas salad di sana.

"Sudah, Bapak sudah?" Tanya Niana berbasa-basi.

"Saya belum, tadinya saya mau ngajak kamu makan siang bareng, tapi ternyata kamu udah makan, yah?"

Niana cukup terkejut dengan ajakan Juan yang tak pernah ia bayangkan lelaki itu akan melakukan hal tersebut.

"Gimana kalo makan malam, Pak?" Oke, anggap saja Niana gila, tapi kesempatan sekecil apapun tak boleh di lewatkan jika itu tentang Juan.

"Kalo gitu, saya jemput kamu jam delapan malem ini. "

Jawaban tak terduga Juan membuat Niana ingin berteriak kegirangan, bahkan jika tak malu ia akan melompat-lompat seperti orang bodoh saat itu juga.




















Tbc ...

Jgn lupa vote!

BACKBURNER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang