Bagian 12 : Gila

156 17 2
                                    




















"Kamu ninggalin aku gitu aja, pagi itu," Ujar Juan sembari mengusap sisian wajah rupawan Niana.

"Sorry, aku bingung, that's my first time .... " Cicitan lirih Niana yang masih mampu Juan dengar dengan jelas membuat lelaki itu gantian terkejut. Malam itu ia cukup mabuk untuk menyadari bagaimana mereka melakukannya dengan jelas.

"Serius?" Juan mengatakannya dengan nada sedikit tinggi, kali itu ia tak bohong merasa jika dirinya baru saja meniduri gadis polos. Juan sama sekali tak menduganya.

"Just forget it, aku gak keberatan. Lagipula aku udah tau kamu siapa, that's why, agensi Kak Juan satu-satunya yang aku terima tawarannya."

Juan tersenyum miring, rupanya ia berhasil membuat Niana masuk ke dalam triknya, tak akan ia sebut jebakan jika iapun sama-sama menikmatinya, satu dosa yang akan membuat Juan melakukan dosa-dosa lainnya.

"Okay ... " Juan mengecup sekilas bibir Niana sebelum keduanya kembali pada film roman yang tengah mereka tonton.

"Tapi ngomong-ngomong ... " Ucapan Niana membuat Juan yang tengah fokus menonton kembali mengalihkan atensinya pada perempuan itu, "pertemuan kita di Bali waktu itu, cuma kebetulan atau .... " Niana menggantung ucapannya dengan sengaja menunggu pengakuan langsung dari Juan.

"To be honest, aku emang udah tau itu Bar tempat kesukaan kamu."

"Dari siapa, Kak Juan stalking aku?" Tuduh Niana namun hal tersebut malah membuat Juan tertawa.

"Yumi."

Dan terjawab sudah semua rasa penasaran Niana, rupanya Yumilah penyebabnya. Haruskah Niana berterimakasih atau malah mengutuk sahabatnya yang tanpa sadar telah membuatnya berada dalam kondisi yang salah namun menyenangkan itu?




















***










Satu tahun, bukanlah waktu yang singkat untuk menjalin hubungan dengan lelaki yang memiliki istri super sempurna, latar belakang baik, pekerjaan yang sangat mapan juga tentu saja perempuan itu memiliki Juan di sisinya. Setiap saat tentu Niana merasa sangat iri. Sangat.

"Oyyy," Niana hampir saja menjatuhkan segelas lattenya jika saja ia tak cukup awas terhadap sekitar. Siapa lagi sosok jahil yang akan melakukan hal-hal tak penting padanya jika bukan Yumi.

"Apaan sih, ngagetin gue aja," Niana melotot hampir ia pukul sahabat karibnya itu.

"Lo liatin siapa-oh," Niatan Yumi bertanya telah mendapat jawaban kala melihat kedatangan Juan yang tak sendiri, lelaki itu datang ke kantor bersama sang istri, memang sudah tak heran ada hari spesial di mana Marissa akan ikut ke kantor ketika jadwalnya di rumah sakit tengah lengang.

"Udah gue bilang, pasti sakit."

Memang, Yumi telah mengetahui prihal hubungan terlarang antara sahabatnya dan juga Juan, bahkan hubungan mereka bagaikan rahasia yang di bagi bertiga saja. Bukan Yumi tak melarang, perempuan itu telah mengingatkan seperti apa luka yang akan Niana dapatkan pada akhirnya, namun layaknya perempuan yang tengah di mabuk cinta Niana tak mendengarkan dengan alasan luka itu akan ia tanggung sendiri karena telah paham apa resikonya.

"Lebih sakit lagi kalo gak sama Juan."

Jawaban yang bagi siapapun yang memahami logika adalah ketidak warasan, begitu pula menurut Yumi, "I'm not wrong, it's better to live your life as an asexual," Sarkasme Yumi bahkan tak di gubris oleh Niana, perempuan itu sungguh berniat menjadi cadangan, pikir Yumi.







Dari sekian banyak kebetulan haruskah yang seperti itu, saat menaiki lift yang sama bersama kekasih juga istri dari kekasihnya, Niana tak paham bagaimana harus menanggapi situasi tersebut. Harusnya ia sudah terbiasa karena dunia tak akan mungkin pernah mengetahui hubungannya dengan Juan, namun melihat bagaimana Juan menggenggam erat tangan Marissa di hadapannya sungguh membuat dada sesak.

"Gimana kerja kamu, Niana, senengkan di agensi Juan?" Ya, bukanlah Juan yang bertanya melainkan Marissa. Niana akui perempuan itu memiliki kepribadian baik, ramah, juga manis. Sangat sempurna, bukan?

"Saya suka, kok, kerja di sini, Bu," Jawab Niana ramah.

"Niana itu, brandnya paling banyak di agensi kita," Ujar Juan lelaki itu tersenyum ramah kepada istrinya, bahkan Juan menggenggam tangan Marissa kian erat, "agensi kita makin sukses sejak Niana masuk," Lanjut Juan dengan suara terdengar bangga.

"Oh, gak heran, Niana itu cantik banget, aku aja ngefans lho, sama kamu."

Niana hanya tersenyum canggung menanggapinya, kemudian pintu lift terbuka menyelamatkannya dari situasi mengerikan tersebut, Niana segera melangkah keluar setelah Juan dan Marissa keluar terlebih dahulu. Seakan oksigen sama sekali tak tersisa di dalam ruang lift yang sempit, namun tentu saja bukan karena hal tersebut.

Niana berdiri sejenak di depan lift, mencoba mengais sisa-sisa kewarasannya untuk beberapa saat sebelum tiba-tiba kedatangan Juan yang tergesa berjalan ke arahnya membuat Niana terkejut. Juan mendorong Niana masuk ke dalam lift yang pintunya telah Juan buka, lalu seperti kesurupan Juan memojokannya ke arah dinding lift dan mencium bibirnya dengan tak kira-kira, Niana kira ia akan kehabisan nafas di buatnya.

Namun ternyata kewarasannya telah benar-benar habis di tangan lelaki itu, Juanlah seseorang yang membuat Niana kehilangan semua kewarasannya.


















Tbc ...

Yang bingung sama alur waktunya boleh nanya aku. Jgn lupa vote dan komentari.














BACKBURNER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang