Berbeda dengan Amsterdam yang masih terasa dingin di bulan Januari, Jakarta terasa begitu hangat, kota yang nyaris setahun belakang Niana tinggalkan. Rasanya sama ketika pertama kali meninggalkan Jakarta begitu menyedihkan bahkan yang satu itu lebih menyakitkan dan menyedihkan. Entah berapa lembar tissu yang habis menjadi penghapus kesedihannya, Niana mencoba untuk tetap tegar.
Demi putrinya, demi kebahagiaan sosok yang hadir atas kebodohannya sendiri namun, bukanlah sebuah kesalahan yang harus Niana sesali kecuali rasa kehilangan yang begitu menyiksanya.
Tubuh semampai seorang perempuan Niana lihat tengah berjalan menghampirinya, Marissa menjemputnya, Jolie dan bayi perempuannya di bandara yang tentu saja tanpa sepengetahuan Juan. Marissa kali itu terlihat begitu anggun dengan pakaian semi formal berwarna perpaduan cokelat serta putih yang begitu hangat.
"Where's the baby?" Tanya Marissa untuk pertama kali ketika melihat Niana di sana. Ya, Niana memang mengenakan pakaian cukup tertutup bahkan kacamata hitam dan masker tak luput di kenakannya. Namun Marissa entah mengapa dapat dengan mudah mengenalinya.
"Di sini Bayinya, Bu," Jolie menyahut sembari menggeser stroller berisi bayi yang tengah terlelap.
Niana terus menatap ekspresi Marissa yang bahkan belum menyapanya dan terlihat khawatir juga ketakutan, mungkin Marissa berpikir Niana tak akan menepati janjinya.
"Ya Tuhan," Marissa menutup mulutnya matanya berkaca-kaca bahkan bagaimana suaranya berubah menjadi terharu sangat menunjukan betapa bahagianya perempuan itu, "she's sleeping Jolie," Ujar Rissa.
"Yes Ma'am," Ujar Jolie.
"Niana, terimakasih."
Niana tercekat dengan ucapan Marissa yang tiba-tiba. Marissa bahkan masih begitu fokus kepada sang bayi, sesekali mengusapi pipi merah bayi tersebut.
Niana tak menjawab, hanya sesekali mengusap pipinya yang basah karena sesungguhnya ia bahkan tak berhenti menangis selama perjalanan.
"Bisa kita bawa baby sekarang?"
Tiba-tiba mendengar ucapan Marissa ketakutan besar Niana rasakan, hingga tanpa berpikir Niana buru-buru menghampiri Marissa dengan tangis yang akhirnya bersuara, "B-bu tunggu," Ujar Niana menahan stroller yang hendak di dorong oleh Jolie, "please kasih aku waktu buat say goodbye, please ... " Niana bahkan memohon.
Melihat itu Marissa terdiam untuk beberapa saat, hingga kemudian ia mengangguk, "ayo kita ke hotel dulu. Gak baik ngomong di sini."
***
Mereka tiba di sebuah hotel bintang lima yang memang Marissa sewa untuk Jolie bahkan untuk Niana bermalam. Niana masih belum paham bagaimana cara Marissa menjelaskan pada Juan tentang bayi mereka namun tentu saja dengan kepala pintarnya Niana yakin Marissa telah menyiapkan sesuatu yang bagus untuk di sampaikan sebuah alasan.
Marissa membawa ketiganya menuju sebuah kamar dan memastikan privasi yang terjaga di antara mereka, Niana terus memperhatikan bayi yang baru dua bulan lalu ia lahirkan dengan penuh perjuangan itu.
"Ayo Na, lo kuat, ini sebuah keputusan yang hebat." Gumam Niana pada dirinya sendiri.
Jolie telah di Minta Marissa menunggu di luar kamar sementara ia akan membicarakan sebuah perjanjian dengan Niana.
"Gimanapun aku bakal bawa pulang bayi ini hari ini, " Ujar Marissa dengan nada bicara sedikit dingin, "itu kesepakatan kitakan Niana?"
Niana mengangguk lemah, "iyah, saya paham." Jawabnya.
"Dan juga," Marissa mengeluarkan sebuah amplop dari dalam tas yang ia bawa.
Melihat hal tersebut entah mengapa hati Niana semakin sakit, kini ia akan benar-benar pergi meninggalkan putrinya, bukan?
"Kamu cukup tanda tangani ini, Niana. Saya pastikan hitam di atas putih demi kebaikan kita berdua."
Niana membaca isi surat yang berisi berbagai aturan juga ancaman jika ia melanggar, garis besarnya ia di larang muncul di hadapan Marissa dan keluarganya termasuk bayinya selama lima tahun ke depan.
Memang begitu berat namun bagaimanapun Niana cukup sadar diri akan hal tersebut, "baik, saya gak keberatan. Tapi apa saya boleh minta satu hal, hal terakhir yang mau saya lakuin buat anak ini?" Tanya Niana dengan penuh permohonan.
"Silahkan."
"Can you name her Aleysia?"
"Aleysia?" Tanya Marissa heran.
"Yes ... the name means a gift from God"
Marissa tersenyum sendu, sebelum tanpa Niana sangka perempuan yang sedari tadi seakan memusuhi serta bersikap awas terhadapnya itu menariknya ke dalam pelukan.
"Tentu Niana. That's a really good name."
Dan pecahlah tangisan keras Niana, begitu kencang dan lirih dalam pelukan wanita yang begitu baik hati seperti malaikat itu.
Tbc ...
Dont forget to vote & comment ...
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKBURNER [END]
FanfictionIni tentang Niana yang jatuh hati kepada seorang lelaki hingga rela memberikan segalanya, cintanya, jiwanya hingga dunianya kepada sosok yang tak seharusnya. anakayambiru 2023 18+ mature