Bagian 9 : Kehilangan akal sehat

172 18 0
                                    















Katakan saja Niana gila, katakan dia bodoh atau apapun yang mendefinisikan sebuah kata buruk terhadap seorang wanita yang mengiyakan ajakan seorang lelaki beristri makan malam dan perlu di garis bawahi hanya berdua, Niana dan sang lelaki yang notabenenya merupakan seorang bos dari perusahaan di mana ia bekerja. Niana sudah benar-benar kehilangan akal sehatnya.

Berpakaian penuh manipulasi, dress berwarna hitam dengan bahu terekspos, beberapa aksesoris juga sepatu dengan heels yang tak terlalu tinggi, tas tangan yang merupakan keluaran brand ternama membuat penampilan Niana seolah ingin menunjukan kelasnya, tentu saja ia tak ingin kalah dari seorang dokter. Niana memiliki harga diri setinggi langit lapisan ke tujuh.

Denting ponsel Niana dengar, lalu ia mendapati sebuah pesan singkat mengabari jika sang lelaki yang hendak ia temui telah berada di halaman tower apartmennya. Niana dengan langkah seribu penuh semangat segera menghampiri Juan, Juan menaiki mobil BMW keluaran terbaru Niana tak heran dengan lelaki kaya raya itu, tentu saja.

Niana melihat sosok lelaki bertubuh tinggi itu tengah menatapi ponselnya sembari bersandar pada pintu mobilnya, Juan mengenakan pakaian casual dengan celana sejenis kulot, kaos berwarna putih polos yang di balut dengan blazer berwarna hitam senada dengan celananya. Sangat fashionable dan cocok dengan postur tubuhnya. Intinya Juan terlihat sangat tampan.

"Pak ... " Sapa Niana dan segera membuat Juan menoleh. Sedikit tercekat Juan melihat penampilan modelnya yang tentu saja begitu memikat mata itu. Juan akui, pesona Niana memang berbeda dari banyaknya model perempuan yang ia temui selama karirnya di dunia hiburan.

"Niana, ayo masuk," Juan lalu membukakan pintu mobil, mempersilahkan puan itu masuk. Niana tersipu namun terus mencoba menutupinya.

Ketika Juan masuk ke kursi kemudi, Niana akhirnya dapat melihat dengan begitu dekat dan jelas, paras lelaki itu, aroma parfum maskulin yang ia pakai, lalu helaian rambut yang terlihat sedikit menutupi mata sipitnya juga kulit Juan yang berwarna begitu putih layaknya susu. Juan jauh lebih tampan di lihat dari jarak hanya beberapa senti saja.

"Kita berangkat sekarang?" Tanya Juan yang tentu saja Niana setujui.

"Okay ... " Ujar Niana.




















***



















Juan memarkirkan kendaraannya di sebuah restoran fine dining ternama yang berada di ibu kota, lebih spesifiknya Juan membawanya ke sebuah restoran Italia yang begitu mewah. Bagaimana perasaan Niana, tentu saja ia merasa begitu spesial karena perlakuan Juan tersebut. Bolehkah ia memupuk rasa percaya diri lebih lagi?

Mereka duduk di sebuah meja yang berada tepat di samping jendela, mempertontonkan pemendangan city light yang begitu memikat mata, mereka memesan beberapa makanan juga minuman beralkohol, Juan ternyata menyukai Wine dan begitupun Niana yang bahkan mengetahui banyak jenis Wine.

"Kamu suka Wine?" Tanya Juan memulai percakapan.

"Iyah, saya udah minum Wine mungkin waktu saya masih minor."

Juan lalu tertawa, "beda banget sama saya, yah, saya itu waktu masih minor cupu banget."

Mendengar pengakuan Juan Niana sedikit terkejut, bagaimana kini Juan sangat tampan dan melek fashion sama tak terlihat jika lelaki itu pernah menjadi sosok yang nerd.

"Saya kaget, lho, saya mikir gak mungkin Bapak pernah cupu--"

"Ah Niana," Juan memotong ucapan Niana, "kalo di luar kantor, kamu panggil saya Kakak, aja. Saya ngerasa tua banget di panggil Pak," Ujar Juan dengan sedikit selipan tawa.

Mendengar itu tentu saja Niana tersipu, bagaimanapun sapaan Kakak terasa begitu akrab dan spesial, mungkin, "baik, Kak."

"Dan satu lagi, aku gak mau terlalu formal di luar kantor."

Haruskah Niana pingsan saja, bagaimana mungkin Juan begitu terus terang seperti itu, Juan tak terlihat sebagai sosok yang santai namun malam itu Juan seakan merobohkan segala batasan-batasan di antara mereka.

"I-iya, Pak--maksud saya Kak," Niana lalu melirik ke arah Juan dengan sedikit malu-malu.

Tanpa di duga Juan tengah memperhatikannya sembari tersenyum tipis, atau haruskah Niana sebut Juan tengah menunjukan wajah angkuh dengan Smirknya yang sialnya membuat Juan terlihat semakin tampan.






















Tbc ...

AYO VOTE READERSNIM!


BACKBURNER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang