"the baby has been born, but can you take it when it is two months old?"
Marissa hampir saja menjatuhkan ponsel di genggamannya ketika membaca pesan singkat tersebut. Setelah di nantikan untuk waktu yang tak singkat hingga kabar yang membawa rasa syukur serta debaran khawatir berjalan bersamaan. Bayi itu, bayi yang telah ia berikan banyak perhatian selama sembilan bulan terakhir bak janin yang Marissa kandung dalam perutnya sendiri akhirnya telah lahir ke dunia.
Marissa tak bisa menahan air matanya apalagi ketika Niana mengirim sebuah foto bayi merah dengan hidung mancung persis seperti milik Juan.
"Kenapa, Sayang?" Juan yang saat itu tengah sibuk dengan ipadnya sedikit merasa heran lantaran Marissa tiba-tiba meneteskan air mata.
Buru-buru Marissa menggelengkan kepala, "nothing, Mas, gimana .... "
Ya, pertanyaan yang selama tiga bulan terakhir terus Marissa ajukan, perempuan itu selalu menanyakan bagaimana pendapat Juan tentang sosok buah hati dan kerap kali Juan menghindar. Ia hanya takut akan menyinggung Marissa dengan jawabannya.
"Sayang aku ... " Juan menghela napasnya, "so, yang mau kamu bilang selama dua bulan ini, what is the conclusion?"
"Aku mau adopsi bayi, Mas."
Mendadak suasana menjadi hening, walaupun pada dasarnya Juan tahu apa yanh sebenarnya Marissa inginkan Juan hanya tak ingin mengatakan duluan karena mengerti bagaimana kondisi Marissa serta kekurangannya. Apalagi saat ia mengingat bagaimana saat Marissa menangis berminggu-minggu bahkan tak ingin bicara padanya lantaran merasa tak pantas menjadi seorang istri dan tak sempurna menjadi seorang perempuan.
"Are you sure?" Tanya Juan mengamati wajah Marissa lekat.
"Kenapa enggak, bukannya lebih baik kalo kita nyoba rawat anak, aku kesepian di rumah sendirian, apalagi sejak aku berhenti kerja."
Juan lalu meraih Marissa ke dalam dekapannya, memeluk tubuh perempuan tersayangnya itu dengan erat, "aku gak keberatan kalo itu bikin kamu bahagia, apapun itu Sayang."
"Bayi itu, aku gak mau hadirnya seorang anak bukan cuma bikin aku bahagia, tapi kamu juga."
"Ofcourse, Love," Juan semakin erat memeluk belahan jiwanya itu.
Semantara di belakang punggungnya Marissa tengah menatap foto pernikahan mereka yang tergantung di dinding, air matanya meleleh begitu saja saat mengingat sesungguhnya ia tengah bersikap begitu egois, berbohong, menyimpan rahasianya sendiri hanya karena tak ingin kehilangan apapun. Mungkin jika Juan tahu ialah yang akan paling Juan benci karena telah berbuat setega itu.
***
Niana tak berhenti menangis sejak semalam jujur saja ia tak bisa berhenti memikirkan apa yang akan terjadi padanya setelah kepergian sosok makhluk kecil yang dua bulan terakhir selalu bersamanya. Marissa melarang keras Niana untuk menyusui bayi perempuan itu secara langsung, ikatan ibu dan anak konon akan terjalin semakin dalam dan Marissa sangat ketakutan akan hal itu.
Bahkan Marissa menyuruh seseorang berada di sisinya untuk menemani, namun bahasa kasarnya mengawasi Niana duapuluh empat jam.
"Stop crying, Niana. Apapun keputusan kamu sekarang gak akan ngerubah apapun."
Ujar seorang perempuan paruh baya, sosok berkewarganegaraan Indonesia itu Niana sebut sebagai Jolie, perempuan suruhan Marissa yang memang pada dasarnya telah tinggal di Belanda sejak lama.
"Apa salah, kalo aku nangisin anakku sendiri-"
"She is not yours, dari awal."
Perangai Jolie sedikit sinis dan tegas dan Niana duga itu penyebab mengapa perempuan lima puluh tahunan itu di mintai untuk menjaganya. Tapi selain itu Jolie juga cakap dalam mengurusi bayinya, nilai plus yang sangat bermanfaat bagi Niana.
"Cek lagi apa yang harus di bawa, kita flight pagi jadi make sure kalo semuanya udah lengkap," Ujar Jolie meminta Niana memeriksa koper yang telah perempuan itu siapkan, sementara bayi perempuan yang tengah menyusu dengan susu formula itu beralih ke tangannya.
Tak bisa, sungguh Niana tak sanggup menahan lelehan air matanya kala melihat perlengkapan bayi yang begitu cantik, yang sempat ia beli dengan tangannya sendiri semuanya akan hilang dalam sekejap mata hanya dalam beberapa jam kedepan.
Niana tergugu, menangis tersedu-sedu tanpa pedulu bagaimana tanggapan Jolie dengan hal itu. Namun pada dasarnya Jolie juga mengerti jiwa keibuan akan muncul begitu saja pada diri setiap wanita dan Niana akan menyesali keputusannya suatu hari nanti. Pasti.
Tbc ...
Jgn lupa vote dan komen!
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKBURNER [END]
Fiksi PenggemarIni tentang Niana yang jatuh hati kepada seorang lelaki hingga rela memberikan segalanya, cintanya, jiwanya hingga dunianya kepada sosok yang tak seharusnya. anakayambiru 2023 18+ mature