"Tian.."
Saat ingin melangkahkan kakinya pergi Tian mendengar seseorang memanggil namanya, Ia segera berhenti kepalanya masih menunduk.
"Iya Tuan, ada yang bisa saya ban--" Tian tak bisa melanjutkan ucapanya di kala ia menatap seseorang yang kini ada di hadapanya sekarang.
Deg
Betapa terkejutnya saat ia melihat siapa Pria yang sekarang berdiri tepat di depanya saat ini, Tanganya yang masih membawa nampan tampak bergetar. matanya memanas menahan air matanya agar tak keluar, perasaan rindu, senang, marah pun menjadi satu. Sosok yang selama hampir enam tahun ini beruasaha ia lupakan tapi kenapa? Takdir malah mempertemukan mereka kembali, untuk apa?
"Tian, Aya- -" ucapan Adam terhenti saat seseorang yang sejak tadi hanya diam menyimamak. "Daddy kenal kak Tian?" Tanya Bagas heran. pasalnya dari mana Daddy nya itu tau nama kakak kelasnya sekaligus Chef di cafe ini, dia kan belum perkenalkan mereka pikirnya.
Tian maupun Adam saling tatap tak menjawab, setelah beberapa saat Tian membuka suara guna memecah keheningan di antara mereka.
"Maaf Tuan, apa Tuan mengenal saya," Ucap Tian sopan. Ia terpaksa berpura pura tak mengenal Ayahnya itu, terlebih saat ini ada Bagas teman sekaligus adik kelasnya itu. Padahal jauh di dalam lubuk hatinya ia merasakan sesak, marah, benci namun ia juga ingin merasakan kerinduan pada Ayahnya, tapi rasa bencinya itu lebih besar dari pada rasa sayang.
Bahkan ia masih ingat dengan jelas saat dulu Ayahnya itu tak mau mengakui dirinya sebagai anaknya. Padahal bundanya sudah mengatakanya di saat saat terakhirnya. tapi kenapa? Ayahnya dengan teganya tak mau mengakui ia anak.
Hingga tepat satu minggu setelah kematian bundanya, Ayahnya membawanya ke panti asuhan dengan alasan bahwa ia yatim piatu tak ada keluarga.! Lalu dirinya siapa? Sibuk dengan fikiranya sendiri, seseorang menepuk pelan bahunya membuat Tian tersadar akan lamunanya.,
" Kak!! Kak Tian..." Ucap Bagas sedikit keras, kakak baik baik aja kan?" Tanyanya khawatir.
"Hah! Iya, gu-gue gapapa kok!"
Jawab Tian gagap."Oww.. oiya, kak! nihh? Kenalin Daddy gue," Ucap Bagas memperkenalkan Daddy pada Tian.
Dad, ini kak Tian, kakak kelas aku di sekolah, dia juga chef di cafe ini lo Dad."
Sedangkan Adam yang tadinya diam lantas tersenyum Mengulurkan tanganya pada Tian, Tian pun membalas lalu tersenyum. "Adam, Daddynya Bagas." Tian mengangguk "BASTIAN."
"Hm, kalo begitu saya permisi kebelakang dulu Tu-"
"Panggil Om saja, kamu temanya Bagas kan? Jadi panggil Om." Tian menatap Adam dan Bagas bergantian dan di balas anggukan oleh Bagas seolah berkata (Iya)
"Baiklah, kalo begitu saya permisi ya om, Bagas," Ucap Tian lalu segera pergi dari sana ia tak mau berlama lama menahan emosi yang sedari tadi ia tahan.
****
Sedangkan di sisi lain seorang wanita yang sudah tak muda lagi tapi masih cantik, ia sedang duduk di sofa ruang keluarga menatap tajam sebuah amplop yang sedari tadi ia pegang.
Ia tak sengaja menumukan amplop tersebut di gudang,karena penasaran ia mengambilnya. Setelah berpikir panjang akhirnya ia membuka amplop tersebut. Tapi saat membaca kertas itu, ia terkejut sekaligus marah! Bagaimana tidak. ia menemukan sebuah foto suaminya dengan seorang wanita terlihat sangat romantis . Apakah dia teman atau kekasih suaminya? Itulah pikiranya sekarang.Bahkan satu hal lagi yang membuat ia tak mampu lagi menahan tangis, sebuah kertas hasil tes pemeriksaan yang menyatakan kehamilan.
Begitu banyak pertanyaan yang harus ia temukan jawabannya.
Ada hubungan apa suaminya dengan wanita di foto itu?
Lalu hasil tes pemeriksaan itu! Rahasia Apa yang telah suaminya itu sembunyikan darinya.•••
Tian , setelah pertemuan tak terduga dengan Ayahnya. ahh! Bukan, dengan Om Adam. ya? Mulai sekarang ia harus memangil dengan sebutan Om, bukan Ayah.
Sosok Ayah yang dulu bundanya ceritakan sudah tak ada! Ayahnya pergi bersama bundanya, dan yang tadi ia temui hanyalah seseorang yang mirip Ayahnya saja. Itu yang lebih baik kan.? ia tak mau lagi kembali ke masa lalu, ia hanya ingin hidup tenang di sisa hidupnya.
"Aaisshh... Kenapa sakit lagi sih pinggang gue.. sstt..." Tian meringis menahan sakit di pinggangnya yang akhir akhir ini ia rasakan. "Besok gue periksa deh? Ke Rumah sakit."
Kini hari sudah malam pukul 11 malam, namun Tian masih di cafe, semua pelayan sudah pulang dari setengah jam lalu setelah cafe tutup. Sekarang hanya ada ia dan Bang Rendi saja yang ada di cafe.
"Bang, gue boleh gak nginep di sini? Gue capek banget, males pulang ke kosan. Boleh ya Bang?"
"Iya, gapapa! Lu sih, kalo masih gak enak badan tu istirahat dulu.. malah kerja. Lagian lu izin gue gak masalah gue ngerti., jangan sok kuat yan! Kalo capek istirahat, jangan maksain diri! Ntar lu kenapa napa,sakit gimna? Lu itu--"
"Udah Bang. Gue gapapa kok! Maaf deh? Lain kali kalo gue capek atau sakit bilang dehh ke Abang..." ucap Tian memotong ucapan Rendi.
"Yaudah, Abang pulang dulu. Ini kunci cafe, jangan lupa kunci pintunya terus langsung tidur istirahat! Ehh, jangan lupa makan. Dah, Abang pulang kalo ada apa apa telefon Abang."
"Iya Bang."
Hay semua . Vote and komen ya?🤗
See you ❤️❤️🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Anak Haram
Teen FictionAKU BUKAN ANAK HARAM..... Teriak seorang anak kecil berusia 6 tahun sambil menangis terduduk di sebuah bangku taman sehingga semua orang orang yang ada di sekitar melihatnya dengan berbagai macam ekspresi. Mengapa dunia begitu kejam padanya, takdir...