14. Haris Khawatir

230 16 0
                                    


Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam,  Bastian dan Bagas sampai di tempat kosan .

Bastian turun dari motor dan melepas helmnya. lalu mengambil kunci di dalam tasnya setelah itu membuka pintu.

"Yuk masuk,"  ajak Tian pada Bagas. "Iya... "  Bagas mengikuti tian masuk ke dalam.

"Kak Tian tinggal sendiri,di sini?" tanya Bagas yang sudah duduk di kursi sambil memperhatikan sekitar kamar Tian.

"Gak!  ada tu banyak anak anak yang ngekos di sini."  ucap Tian membawa dua gelas minuman.

"Nihh? Minum dulu."

"Hm,    iya sih?" Balas Bagas menerima minuman dari Tian lalu meminumnya hingga habis.   kjujur saja saat ini bagas sangat haus.

"Gas,   makasih yaa? udah nganter gue pulang,   oiya.  lu pulangnya gimana?"

"Gampang, gue udah telepon supir gue kok, buat jemput ke sini."  di balas anggukan oleh Tian.

"Hm, kak.  aku boleh tanya sesuatu sama kakak?"  tanya bagas

"Boleh, tanya apa emang."

"Kakak kenal ya? sama Daddy aku."  ucapan Bagas seketika membuat Tian terdiam kaku, ia harus apa? apa harus jujur, gak! itu bukan ide yang bagus.  Ia sudah bertekad untuk tak mau berurusan lagi dengan Ayahnya itu.  lalu bagaimana dengan Bagas, yang nyatanya bagas adalah adiknya.

"Kakak itu-...

belum selesei bicara suara telepon berbunyi.

Kring~ kring...

Telepon milik Tian berbunyi, Tian segera menerima panggilan tersebut.

"Hal..."  ucapan tian terpontong saat suara di sebrang telepon itu berucap.

"Halo Tian... akhirnya lu angkat juga telepon gue, lu sekarang dimana? Tadi pagi gue ke kosan lu gak ada, lu ke mana,? lu gapapa kan! lu baik baik aja kan?ucap Haris panjang lebar membuat tian mengeryit dan memjaukan teleponya dari telinganya, bisa budek nanti.

"Stop!!

Tian menghetikan ucapan Haris dengan cepat, kalo gak bisa satu jam haris bakalan bicara panjang lebar pikirnya.

"Gue baik baik aja, gue tadi ada urusan bentar sekarang gue udah pul-..."

Tut,tut,tut....  pangilan di putus sepihak oleh Haris membuat Tian menghela napasnya lelah.  pasti sebentar lagi haris kesini.

"Ada apa kak?" tanya bagas

"Gapapa? tadi temen gue Haris, pasti bentar lagi dia kesini."

"Kak, kalo gitu aku pamit pulang ya?" Pamit Bagas saat melihat mobil jemputanya datang.

"Iya,   sekali lagi Makasih udah nganterin gue pulang."

"Ya, sama sama kak? Aku pulang dulu kak,"  ucap Bagas lalu masuk mobil setelah itu meninggalkan kosan Tian.

Di dalam mobil Bagas masih penasaran  karena pertanyaan tadi belum di jawab oleh tian.  " Besok kalo ketemu di sekolah aku tanya kak Tian lagi dehh,"  gumam Bagas.

*
*
*
*

Haris menatap tajam Tian, hampir sepuluh menit hanya ada keheningan antara mereka berdua,  Tian yang di tatap seperti itu mulai jengah" tian menghela napas kasar.

"sampai kapan lu natap gue kek gitu terus..! gak capek lu."

"Haah..!   Haris menghela napasnya pelan,  "lu bohong,"  ucap Haris yang masih menatap tajam Tian.

"Bohong, gue bohong apaan? gue gak ngerti maksut lu Ris..?"

"Lu sakit kan! lu gak baik baik aja kan. liat muka lu pucat gitu.
terus lu tadi ngapain di rumah sakit Bastian..?"

Tian tak menjawab pertanyaan Haris. ia bingung harus apa?  Ia tak ingin membuat Haris khawatir.  tapi kalo jujur,  ia tak mau merepotkan orang lain kalau ia sedang sakit.

"Ehh !  jadi haris tau gue ke rumah sakit ? dia tau dari mana?"

"Ris, lu tau dari mana gue ke rumah sakit?"

"Gue tadi ke rumah sakit jenguk saudara gue. dan gue liat lu keluar dari salah satu ruangan dokter.  jadi, jawab pertanyaan gue!  lu ngapain ke rumah sakit, lu sakit."

Melihat Tian diam tak menjawab, membuat Haris semakin kesal apa Tian tak tau bahwa dirinya sangat khawatir padanya.

"Jawab gue Tian!"

"Gu-gue  sa-sakit Ris.." ucap Tian terbata bata.  "salah satu ginjal gue bermasalah Ris, gue harus gimana sekarang gue takut Ris.. gue takut Ris..." pecah sudah pertahanan Tian ia tak mampu lagi menahan tangisnya lagi.

Hanya di depan Haris lah tian menunjukan titik kelemahanya.

"Gue harus gimana Ris."

Haris segera memeluk Tian yang sudah menangis,  "Tenang Tian, ada gue di sini sama lu," ucap Haris menenangkan Tian.

"Tian, heh!  dengerin gue," ucap  Haris melepas pelukanya dan menatap Tian.  "lu gak sendiri. ada gue yang akan bantu lu, selalu ada di samping lu Tian."

"Gue yakin, lu pasti sembuh! kita cari solusinya sama sama ya? gue bakal bantu lu!  jadi... lu semangat jangan nyerah, ya,"

"Hm,  makasih ya Ris."






Hay semua aku up lagi 😊

Vote and komen yaa kalo suka!!

Tandai kalo ada typo

Next

See you ❤️❤️🙏🙏

Bukan Anak HaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang