Hari pertama sekolah setelah hampir dua bulan tidak masuk sekolah karena sakit membuat Bastian merasa senang, selama ia sakit dan tidak bisa melakukan apapun membuatnya sangat frustasi. Apalagi semua pergerakannya selalu di pantau oleh keluarganya, itu sangat menyebalkan untuk Bastian yang sudah terbiasa hidup sendiri tanpa ada yang mengaturnya. Namun di balik semua itu Bastian juga merasakan hangatnya sebuah keluarga yang lengkap, rasanya seperti mimpi. Jika ini adalah sebuah mimpi Bastian tidak ingin bangun dari tidurnya ia ingin selamanya merasakan kebahagiaan bersama dengan keluarganya .Selain itu juga Bastian ingin memberikan kenangan yang indah pada keluarganya, mengingat tentang penyakitnya. Bastian merasa ragu jika dirinya bisa bertahan hidup lebih lama. Walaupun Bastian tahu hanya Tuhan yang tahu seberapa lama sisa umurnya" Tapi, Bastian tidak ingin terlalu berharap banyak karena sejatinya semua yang hidup pasti akan mati. jadi, untuk apa Kita takut pada kematian kan.
Haris melihat Bastian yang melamun seketika khawatir, "Tian... lu baik baik aja kan? lu ada yang sakit, kita ke UKS aja ya?" Tanya Haris sambil menempelkan tangannya di dahi Bastian.
"Gak panas.." ucapnya ketika tak merasakan panas di dahi sahabatnya itu.
"Emang gak demam Haris.... mana bisa panas aneh banget sih lu." balas Tian menepis tangan Haris.
"Abisnya lu dari tadi diem mulu, lagi mikirin apaan sih?" Tanya Haris menopangkan dagunya menatap Tian lebih dekat.
Bisa di lihat wajah pucat Tian bibir yang kering dan itu membuat wajahnya terlihat pucat dan badannya semakin kurus. Haris merasa sedih melihat sahabatnya yang dulu terlihat sehat tapi sekarang.. Tanpa sadar Haris menangis dalam diam.
" Lhaa.., napa lu nangis?" Ucap Tian bingung kenapa tiba tiba Haris menangis.
"Haah.. gak Kok, ini.. ow, ini gue kelilipan, ya.. gue kelilipan tadi." Ucapnya menghapus air matanya yang membasahi pipinya.
Saat ini hanya ada satu mata pelajaran saja karena semua guru sedang rapat. Jadi, sebagian murid memilih untuk pergi ke kantin ada juga pergi ke perpustakaan dan ada yang memilih untuk tidur di kelas.
Sedangkan Tian dan Haris saat ini mereka berada di Rooftop, "lu ngapain sih? dari tadi lihatin gue Mulu, iya.. gue tau. gue ganteng tapi gue masih lurus ya? Gak belok." Ucap Tian yang merasa jengah dengan Haris.
Bagaimana tidak, sudah satu jam mereka di sini tapi Haris sedari tadi menatapnya tentu saja Tian menyadarinya.
" Gue juga masih lurus, gak belok kampret....!" Ujar Haris kesal lalu memalingkan wajahnya menghapus air matanya yang tiba-tiba menetes.
Dan itu tak luput dari pandangan Tian, " gue tahu lu pasti khawatir sama keadaan gue Ris, gue sebenernya juga takut. Gue takut gak sempet kasih kenangan yang indah buat lu Ris." Batin Tian menatap Haris sesaat kemudian berdiri sambil tersenyum memandang langit yang saat ini begitu cerah.
Tian memejamkan matanya merasakan hembusan angin yang terasa sejuk dan menenangkan. Tian berharap semoga bisa hidup lebih lama lagi agar bisa berkumpul dengan orang orang yang ia cintai.
" Ris, pulang sekolah ikut gue yukk!" Ucap Tian ia ingin mengajak Haris ke suatu tempat.
"Kemana."
*
*
*Bastian menatap penuh kerinduan pada sebuah bangunan yang tidak terlalu besar namun, di tempat itulah awal dari luka di masa lalunya.
Dan di tempat inilah hidup barunya di mulai Hidup tanpa sang bunda dan juga Ayah, Tapi di Sini juga Bastian di didik menjadi anak yang mandiri belajar hidup tanpa meminta belas kasihan dari orang lain. Di ajari bagaimana cara menghargai orang lain tak memandang fisik maupun status.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Anak Haram
Teen FictionAKU BUKAN ANAK HARAM..... Teriak seorang anak kecil berusia 6 tahun sambil menangis terduduk di sebuah bangku taman sehingga semua orang orang yang ada di sekitar melihatnya dengan berbagai macam ekspresi. Mengapa dunia begitu kejam padanya, takdir...