23. Mulai dari awal

190 8 2
                                    

Adam menatap sendu putranya itu,  adam mengingat saat dirinya membawa Bastian kecil ke panti asuhan.

Flashback

"Ayah, kita mau kemana? tanya Tian kecil  ,  saat ini tian berada di dalam mobil bersama adam yang duduk di samping tian .

"Kita ke panti asuhan! ucapnya pada sopir ,  " baik Tuan. Balas sang sopir.

Setelah beberapa menit mereka sudah sampai di sebuah rumah panti asuhan  ( Kasih bunda )  Tian anak itu terbangun saat mobil yang ia tumpangi berhenti.

"Cepat turun! Ucapnya dingin.

"Iya, Ayah. Tian menatap takut ke arah Adam yang menatapnya dengan tatapan tajam.

Perlahan Tian keluar dari mobil melihat di mana ia sekarang.

"Ayah, kenapa kita ke panti asuhan?" tanya Tian pada Adam

"Jangan panggil saya Ayah! Kamu paham . Dan satu lagi, saya bukan Ayah Kamu, dan mulai sekarang kamu tinggal di sini ."  Ucap Adam dengan nada tegas dan dingin .

Bastian , anak itu terdiam menatap ayahnya dengan mata berkaca-kaca.

"Ke-napa.. ay-"    "jangan panggil saya Ayah, saya bukan Ayah Kamu! Mengerti.....!"  Adam memotong ucapan Tian dengan marah.

"Hiks hiks me- ngerti a- om." ucap Tian sambil terisak.

"Permisi Tuan, ada yang bisa saya bantu,"  Ucap seorang wanita paruh baya menghampiri Adam dan Tian.

"Saya ingin menitipkan anak ini di Sini, dan  ini." Adam memberikan sebuah amplop coklat kepada wanita paruh baya tersebut yang tak lain adalah pengurus panti asuhan ini.

"Karena dia yatim piatu maka dari itu saya membawa dia ke panti asuhan ini."

"Iya tuan."

"Maafkan Ayah Nak, semua ini karena kesalahan ayah."

####

Bagas, Haris dan Rendi.  mereka bertiga  sedang menemani Tian di taman rumah sakit, sejak bangun sampai sekarang sudah seminggu Tian tetap diam tidak berkata apapun. Meski Bagas Haris dan Rendi maupun Adam mengajak tian bicara. namun Tian tetap tak merespon, entah apa yang Tian pikirkan sehingga ia tak memperdulikan orang orang yang ada di dekatnya. Dan Tian juga sudah menjalani cuci darah untuk pertama kalinya. Tian memang secara fisik keadaannya sekarang sudah jauh lebih baik setelah cuci darah kemarin, namun tidak dengan mentalnya.
Mungkin trauma masa kecil yang Tian alami sehingga membuat Tian seperti saat ini.

"Kak, kakak makan dulu ya,"  Ucap Bagas dengan semangkok bubur di tangannya.

"Hm,"  Tian menatap Bagas dengan tatapan kosong, Bagas yang di tatap seperti itu merasakan sakit di hatinya. kenapa kakaknya yang dulu ceria semangat dan selalu peduli dengan orang lain sekarang menjadi seperti ini, seperti tubuh Tampa nyawa.

"Kakak makan dulu ya?  Ahh... Buka mulutnya," ucap Bagas mendekatkan sendok yang berisi bubur itu ke mulut Tian.

Dengan perlahan Tian membuka mulutnya dan menerima suapan Bagas.  Satu suapan itu membuat Bagas menghela napasnya lega. akhirnya kakaknya mau makan karena dari kemarin Tian menolak untuk makan sehingga dengan terpaksa dokter Raka harus memberikan makanan melalui selang .

"Kamu tidak masuk sekolah?" tanya Tian saat melihat Bagas memakai seragam sekolah .

Bagas yang mendengar pertanyaan dari kakaknya untuk pertama kalinya, setelah lebih dari seminggu tak mendengar kakaknya berbicara.  membuat Bagas senang begitu juga dengan Haris dan Rendi mereka merasa lega akhirnya Tian mau bicara lagi.

Bukan Anak HaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang