"Kak, bisa bicara berdua aja gak? ada hal penting yang mau aku omongin," ucap Bagas menatap Tian. Dan Haris
seakan paham, Haris pun beranjak dari kursinya "Hm, gue keluar dulu gapapa? kalian bisa bicara berdua di sini." ucap Haris di angguki Bagas dan Tian.Setelah kepergian Haris dari kelas, Bagas maupun Tian tak ada yang mengeluarkan suara.
"Lu mau ngmong apa? dari tadi diem aja, jadi ngmong gak. keburu abis jam istirahatnya," Tian merasa jengah dengan Bagas. Pasalnya hampir lima menit Bagas hanya diam menatap Tian dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Yaudah! Kalo gak mau ngmong balik sono ke kelas lu. Gue mau tidur lagi," ujar Tian lalu kembali merebahkan kepalanya ke atas meja.
"Kak Tian kenal sama daddy aku kan? kenapa kak Tian bohong waktu ketemu daddy," Bagas menjeda ucapnya menghela napasnya. "Aku sudah tau semuanya kak. Kakak anak daddy aku kan, jawab aku kak! jangan diem aja."
Bastian masih di posisi yang sama, seolah ucapan Bagas hanya angin lalu. Tapi tidak dengan hatinya, Tian menegakan tubuhnya menatap Bagas yang sudah menangis.
"Maksut lu apaan! gue gak kenal sama daddy lu itu ya! dan apa yang lu bilang tadi ? gue anak daddy lu ! asal lu tau ! Ayah gue udah gak ada! ayah gue udah mati sama kek bunda gue." ucap Tian menahan emosi yang sudah ia tahan. tampa sadar air matanya jatuh begitu saja lalu pergi meninggalkan Bagas yang masih terisak.
Tian, lu mau kemana? woy....Tian..!" namun Tian tak mendengaarkan panggilan Haris, membuat Haris khawatir. Apalagi tadi ia sempat melihat Tian sedang menangis. "Tian kenapa? Tadi dia nangis, nangis gara gara apa?" batin Haris menatap punggung Tian yang semakin menjauh.
"Lho! masih disini lu, tadi Tian kenapa? kok dia kek nangis?" tanya Haris pada Bagas yang masih duduk di bangkunya.
"Ehh! lu napa nangis," ujar Haris
saat duduk di samping Bagas."Eh, gak nangis kok kak, ini tadi kelilipan, "Yaudah kak, aku balik ke kelas dulu." ucap Bagas setelah itu ia segera pergi menuju kelasnya.
"Aneh banget, Tian juga tadi kenapa? Bagas juga aneh. tadi bilangnya kelilipan, tapi kayak abis nangis." Bingung Haris
Tak lama bel masuk berbunyi, murid murid pun sudah masuk ke kelas masing masing. begitu juga Tian, selama pelajaran berlangsung Haris melirik Tian yang tidak fokus. terbukti saat sang guru memangil namanya tapi Tian tak mendengar.
"Yan, hehh," bisik Haris. masih tak ada respon Haris pun menyenggol lengan Tian.
"Apaan!" ujar Tian kaget. Haris hanya mengedipkan matanya. Tian yang tak paham dengan kode dari Haris mendengus kesal.
"Bastian..! cepat ke depan. dan kerjakakan soal yang ada di papan tulis.!" Teriakan dari sang guru pun membuat Tian meringis, "i-iya.. Bu. gak usah teriak juga kali bu.?! nanti keselek lo," ujar Tian melangkah maju ke depan dan mengerjakan soal di papan tulis.
"Udah bu." ucap Tian menatap gurunya yang masih cengo.
"Gimana bu? bener gak," ucap Tian.
"Hah, iya.. bener semua. yasudah kamu bisa kembali duduk."
"Nah, gitu dongg bu, dari tadi. sudah pegel ni bu, kaki saya." ucap Tian lalu kembali duduk.
"Ris, gue duluan yaa? gue mau ke cafe bang Rendi. gue gak enak udah dua hari gak kerja."
Lha, emang lu udah sembuh? Mending lu pulang istirahat, bang Rendi pasti ngerti kok, kalo lagi-"
"Lagi sakit maksut lu!" Potong Tian.
"Ris, lu tau kan, gimana kondisi gue sekarang?"
"Dengan kondisi gue sekarang, gue cuma mau lakuin seseatu yang masih manpu gue lakukan. ternasuk kerja. gue harus kerja Ris? Gue udah gak punya -"
"Iya, gue tau." ujar Haris memotong ucapan Tian, Haris tau apa yang akan di katakan Tian.
"Kalo gitu lu hati hati ya? Soryy.. gue gak bisa anter lu soalnya mama gue nungguin gue."
Ya, gapapa? Nanti kalo gue udah nyampek cafe, gue kabari dehh? biar lu gak khawatir."
"Janji mau ngabarin," ucap Haris seraya mengaitkan jari kelingkingnya ke jari Tian.
" Iya janji.. dasar lebay lu.." ujar Tian terkekeh melihat tingkah lebay Haris. Tian tersenyum tipis ia merasa beruntung mempunyai sahabat seperti Haris.
"Ris, gue gak tau, gue bisa bertahan berapa lama lagi buat hidup Ris, Makasih udah jadi sahabat gue selama ini. Gue harap lu selalu bahagia suatu hari nanti meskipun tampa gue."
Saat hendak menghidupkan motornya, Tian mendengar teriakan Bagas memangil namanya. Tapi Tian tetap abai.
"Yan, tu Bagas manggil lu ada apa?" ujar Haris melihat Bagas hendak menghampri dirinya dan Tian.
"Yaudah, gue duluan! "Ehhh yan... tunggu itu -" ucapan Haris terhenti saat Tian sudah lebih dulu pergi.
"Aelaahh! tu anak kenapa? kayak di kejar setan aja."
Bagas yang melihat kepergian Tian hanya bisa menghela napas lelah.
"kak, kenapa Kakak menghindar dari aku sihh kak?!
"Bagas, Maafin gue. gue terpaksa menghindar dari lu. Gue belum bisa nerima kalo lu anak Ayah."
Hallo semua aku up lagi 😊
Akhirnya bab ini selesei Juga?
Kemarin mau up tp gk jadi.
Masih mau lanjut gimana kisah bastian setelah tau bagas adalah Anak Ayahnya?Vote and komen yaa?
Tandai kalo ada typo
Next
See you ❤️❤️🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Anak Haram
Teen FictionAKU BUKAN ANAK HARAM..... Teriak seorang anak kecil berusia 6 tahun sambil menangis terduduk di sebuah bangku taman sehingga semua orang orang yang ada di sekitar melihatnya dengan berbagai macam ekspresi. Mengapa dunia begitu kejam padanya, takdir...