Epilog

241 6 0
                                    

Tak terasa Sudah satu bulan sejak kepergian almarhum Bastian Putra Sanjaya, dan sejak itu kehidupan keluarganya benar benar berubah.

Seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan di rumah itu, bahkan penghuninya jarang menginjakkan kaki di rumahnya sendiri.

Adam, Shinta maupun Bagas, mereka selalu sibuk dengan urusan masing-masing. Tak pernah lagi yang namanya berkumpul bersama, bahkan makan bersama sudah tak pernah mereka lakukan.

Tak jauh berbeda dengan keluarga Bastian, Haris pemuda itu kini berubah menjadi sosok yang dingin, jarang berbicara dan yang paling parah? Sekarang dia sering ikut balapan. Karena dengan balapan, ia bisa melupakan semua tentang Bastian. Tapi nyatanya? Bayang bayang wajah Bastian selalu muncul kembali di pikirannya.

Seperti hari ini, Haris seakan melihat Bastian tengah marah padanya.

Marah! Bastian marah kenapa?

Seingatnya ia tak pernah melakukan kesalahan apapun, lalu kenapa Bastian marah padanya?

"Kak Haris..! Panggilan seseorang membuat Haris menoleh untuk melihat siapa yang tengah memanggilnya.

"Kakak minum lagi! Udah kak, STOP!!

Orang itu tanpa sadar meninggikan nada bicaranya, sehingga orang orang yang ada di sana menatap ke arahnya.

Tapi, ia tak memperdulikannya, ia hanya fokus pada Haris yang saat ini tak berhenti meminum minumannya.

"Aku bilang udah stop Kak!" Ucapnya lagi namun dengan nada sedikit lembut.

"Iya .. ini Kakak berhenti, gak minum lagi" ucap Haris meletakkan botol minum itu ke atas meja.

"Sampai kapan Kakak seperti ini? Apa Kak Haris gak mikirin orang orang yang sayang sama Kak Haris"

"Kita semua sama Kak, sama sama kehilangan Kak Tian. Tapi bukan kayak gini caranya kak!"

Bagas sudah tidak bisa lagi menahan diri, ia ingin sekali menghajar pemuda yang ada di hadapannya sekarang.

Mendengar itu, Haris menundukkan kepalanya. "Hehehe.. gue gagal, gue udah gagal jagain sahabat gue.. gak guna...! Haris terkekeh menertawakan dirinya sendiri. "Kenapa, kenapa harus Bastian.. Bagas, dia udah menderita sejak kecil"

"Tapi kenapa? Tuhan masih kasih dia penyakit itu..! Ujarnya dengan tatapan kosong, hingga suara isakan terdengar dari mulut Haris.

"Jangan nyalahin Tuhan Kak, ini semua sudah tadir Kak."

"Apa lu bilang! Takdir. Ya... Takdir. Tapi kalau aja, bokap lu itu gak ngelentarin Bastian! Pasti dia gak akan menderita dari dulu.!"

Prangg!!

Haris yang sudah tak terkendali sontak membanting botol minumnya tadi, untung saja tak sampai melukai dirinya dan juga orang lain yang kebetulan lewat di depannya.

"Lhoo gila.. Hah..! Untung gak kena gue!" maki seseorang yang hampir saja terkena botol yang di banting Haris.

"Maaf bang, temen gue lagi mabuk bang." Ucap Bagas meminta maaf pada pemuda itu.

"Bawa temen lu itu pulang sana! Untung lagi mabuk, kalo gak' udah gue hajar temen lu itu." Ujarnya menatap sinis Haris yang sudah pingsan.

"Iya bang, sekali lagi minta maaf ya.. atas perbuatan temen gue" dan hanya di balas deheman pemuda tersebut.

"Hem.." setelahnya pergi meninggalkan Bagas dan Haris.

"Kak, Kak Haris... Bangun Kak" Bagas mencoba membangunkan laki laki itu, tapi percuma saja Haris sudah tak sadarkan diri karena terlalu banyak minum.

Bukan Anak HaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang