Bastian sekarang berada di taman rumah sakit, sudah hampir satu jam ia duduk menyendiri di sana. Tatapan matanya terlihat kosong, apakah Tuhan begitu menyanyanginya sehingga ia di beri begitu banyak cobaan. dari ia harus kehilangan bundanya, mengetahui bahwa ia masih mempunyai Ayah, namun kenyataanya ayahnya tak mau mengakui dirinya sebagai anaknya, dan sekarang ia harus menerima kenyataan.... salah satu ginjalnya bermasalah."Apa ini, cara Tuhan nujukin rasa sayangnya pada hambanya," ucapnya pelan mendongakan kepalanya ke atas menatap langit yang sayangnya saat ini sedang mendung, seakan langit pun tau tentang perasaanya saat ini.
Sibuk dengan lamunanya, Bastian merasakan ada seseorang yang duduk di sebelahnya. sontak ia menoleh menatap siapa yang ada di sampingnya.
"Bagas,"ucapnya setelan tau kalo ternyata temanya, lebih tepatnya adik kelasnya itu.
"Hm, kak Tian kok ada di sini, kak Tian sakitnya?" tanya Bagas khawatir saat baru menyadari wajah Bastian terlihat sedikit pucat.
"Aahh, iya. kakak cuma gak enak badan aja kok! tadi udah periksa. kata Dokter cuma kecapekan aja." di balas anggukan oleh Bagas. Bagas pun mengerti dan tau bagaimana kehidupan bastian selama ini. Hidup sebatang kara, harus kerja keras agar bisa memenuhi kebutuhanya sendiri. Seharunya anak se usia bastian masih butuh sosok orang tua tapi takdir berkehendak lain, kalau di pikir pikir" hidupnya jauh lebih baik dari pada bastian, pikiranya.
"Kamu sendiri, ngapain ada di sini?" tanya Tian menatap Bagas yang sedang sibuk dengan ponselnya.
"Ohh, aku tadi jenguk teman aku yang lagi sakit, sekalian ketemu daddy." jawab bagas memasukan ponselnya ke saku celananya.
Tian mengangguk, "andai kamu tau daddy lu itu....juga ayah gue." batin Tian tersenyum tipis.
"Kakak kesini sama siapa?" tanya Bagas lagi. Karena hanya ada Bastian di sini sendirian.
"Sendirian."
"Kakak bawa motor kan?" Dan balas anggukan oleh tian .
"Kalau gitu, biar aku antar kakak pulang ya? lagi pula kakak lagi sakit. mana bawa motor sendiri kan bahaya, ntar ada apa apa di jalan gimana? Mau ya kak."
Tampa pikir panjang, Tian mengiyakan tawaran bagas. sekali kali ngerepotin orang lain gapapa kali yaa? Apa lagi, tubuhnya sekarang benar benar lelah dan lemas. Apa mungkin akhir akhir ini nafsu makanya menurun karena jujur sejak tadi pagi ia belum makan apa apa.
"Yaudah, yukk kak ! Nanti keburu hujan," ajak bagas. Tian hanya berdehem lalu berdiri. Namun baru selangkah, kepalanya mendadak pusing membuat Tian meringis pelan lalu memijat pelipisnya.
"Argh...! "kak! Kak Tian gapapa? kita masuk dulu ya, kita periksa," ucap Bagas panik.
"Udah, gapapa? anterin gue pulang aja," tolak Tan.
"Tap-"
"Gapapa? anterin gue pulang sekarang, gue capek. ngantuk juga gue mau istirahat."
"Ehhh.. ya-iya. Ayo."
Hay semua aku up lg .
"Hahh, kasian banget sihh bastian. Happy or sad?
untuk bastian.Next
See you ❤️❤️🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Anak Haram
TienerfictieAKU BUKAN ANAK HARAM..... Teriak seorang anak kecil berusia 6 tahun sambil menangis terduduk di sebuah bangku taman sehingga semua orang orang yang ada di sekitar melihatnya dengan berbagai macam ekspresi. Mengapa dunia begitu kejam padanya, takdir...