10. Bertemu Ayah

311 14 0
                                    

"lu yakin,  mau masuk sekolah mending lu libur dulu biar gue izinin, lagian lu masih anget gini." ucap Haris menempelkan tanganya ke dahi Tian.

"Hm,  gue gapapa kok? Cuma demam doang!!   Mimum obat ntar juga sembuh. Oiya? Ntar anter ke kosan gue dulu yee,   ambil buku sebelum berangkat,"   dibalas anggukan oleh Haris yang masih memakan makananya.

"Kabar bunda gimna? Sehat kan. Klo lu ngekos, Bunda tinggal sendiri dongg?  Tanya Haris mengambil air minum.

"Bunda gue-   Tian menjeda ucapanya untuk menghela napas pelan,   "Bunda gue udah meninggal Ris? lima tahun lalu, tempatnya seminggu setelah lu ikut ortu lu pindah."  sambungnya  membuat Haris yang sedang mimum pun tersedak.

"Uhhuk-uuhuk...."  Tian pun berdiri menghampiri Haris menepuk pelan punggung haris.

"Ckk..,  kalo minum itu pelan-pelan. nyembur kan! Untung kaga kena muka ganteng gue,"  katanya pede. membuat Haris mengelus dada, "sabar ris,  sabar.. orang sabar di sayang Allah,"  batinya kesal.

"Ganteng dari hongkong! " Iya ganteng kalo di liat dari sedotan." Ucapnya kesal.

"Hmm, Tian gue mau nanya seseuatu sama lu?"  Sebenarnya ia  sedikit ragu untuk bertanya   soal semalam ia mendengar Tian mengigau, menyebut kata Ayah. Apa yang sebenarnya terjadi pada sahabatnya itu. Terus kata benci maksutnya apa?

Tian yang melihat haris diam merasa aneh dengan sahabatnya,  ia menepuk pelan tangan haris.

"Lu mau nanya apa? Malah bengong."

"Ehh ya kenapa?"  Ucap Haris kaget.

"Lu yang kenapa? Tadi lu mau nanya apaan !  malah bengong aja lu."  ketus Tian.

"Hehehe...  ya maaf.  Hmm, semalam lu pas tidur gue denger lu nyebut Ayah, emang lu udah ketemu ya sama ayah lu?"

"Hm,  udah. tapi itu dulu."

"Terus sekarang Ayah lu dimana?"

"Gak tau!!    lu udah kan makanya, Ayo berangkat entar telat lagi." Ucapnya  membereskan bekas makanan tadi.

"Haa, ehhh iya..   Ayo.!

"Salah lagi gue.. "  haahhh!! 

"Ayo! Buruan malah bengong aja lu!" Ucap Tian sambil menarik tangan haris keluar rumah.

Sebenarnya Haris masih peanasaran kenapa Tian keliatan seperti marah saat membahas tentang Ayahnya, karena yang haris tau dari kecil Tian tinggal berdua dengan ibunya dan tak punya   Ayah.  Sehingga Tian selalu di ejek teman temannya kalo dia itu anak haram.  Haris masih ingat saat pertama kali ia bertemu dengan Tian.  Saat itu mereka bersuaia 6 tahun, ya? Ia sedang bermain di taman bersama kedua orang tuanya, hingga ia melihat anak kecil yang sedang duduk di bangku taman . 

"Dia kok nangis,"  gumamnya, karena penasaran ia menghampir anak kecil itu lalu duduk di samping anak itu.

"Hay,  Nama aku Haris.  Nama kamu siapa? Kamu kok nangis."

"Haah,   A-aku gapapa kok."  Ucap anak itu sambil menghapus pipinya yang basah karena menangis.

"Na-namaku Bastian,"  jawabanya sambil tersenyum,  "kamu mau gak! Jadi temen aku."  ucap Haris dan di balas anggukan oleh Tian.

"Mau... Mau..."ucap Tian senang. Ia senang karena baru kali ini ada yang mau berteman denganya. 

" Oke! Mulai sekarang kita temanan,"  Haris mengulurkan tanganya  di balas oleh Tian.

"Hmm."

Kring kring..

Telepon milik Haris berbunyi nembuyarkan lamunanya.  lalu segera mengambil Hpnya yang di saku celananya,melihat siapa yang menghubunginya ia segera mengangkatnya.

Bukan Anak HaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang