Bab. 29 Kenangan Terakhir

189 6 0
                                    


"Kak Tian.! Bagas langsung memeluk erat tubuh kakaknya itu, "aku kangen sama Kak Tian" ucapnya sambil menangis di pelukan Tian.

"Kakak juga kangen sama adek" ucap Tian melepas pelukannya kemudian menghapus air mata Bagas dengan lembut.

" Kenapa nangis, hem" katanya kangen, sekarang kakak di sini. Tapi, Kamu malah nangis gini, jelek tau muka kamu kalo nangis" ujarnya dengan nada mengejek membuat semuanya sontak tertawa.

" Kakak..!! Gerutu Bagas sambil menghapus air matanya. Sedangkan Tian tersenyum melihat Adeknya kesal.

"Kak Tian kapan sadarnya?" Terus, kita semua di sini mau ngapain?" Tanya Bagas heran, kenapa mereka semua harus datang ke tempat ini, di tambah memakai pakaian yang sama dan rapi.

"Kemarin " jawab Tian dengan nada santainya.

"Kemarin! Terus kenapa kamu ada di sini? Ini sebenarnya ada apa?" tanya Andra karena jujur, ia belum mengerti kenapa semua di suruh datang ke sini.

"Kek, ini semua Bastian yang minta" Bastian pengen foto bareng sama semuanya, Tian pengen punya foto keluarga" ucapnya dengan mata berkaca-kaca

"Tapi kamu -

" Udahlah pah," ini keinginannya Bastian, kita turut saja. Nanti kalau sudah selesai, kita kembali ke rumah sakit lagi. Iya kan, Tian" ucap Adam menatap sendu putranya.

" Iya kek, lagi pula fotonya gak lama"

"Baiklah, tapi setelah semua selesai! kita kembali ke rumah sakit, kamu harus banyak istirahat" mengerti.

"Siap kakek" jawab Tian dengan tangan membentuk hormat.

"Bunda, sekarang Tian bahagia banget.. Tian berkumpul dengan keluarga Tian. Tapi bun, andai bunda ada di sini, Tian bakal lebih bahagia lagi bun"

"Tapi sebentar lagi Tian bakalan bersama bunda kok!" Tian udah tau, kalo penyakit ginjal Tian udah gak bisa di sembuhin. Bahkan dengan donor ginjal sekalipun itu sangatlah tipis untuk kemungkinan bisa sembuh" batinnya dengan menatap satu persatu keluarganya dan terakhir pandangannya beralih ke arah Haris dan Rendi yang juga menatapnya dengan tatapan sulit di artikan.

"Apa semua sudah siap?" ucap dokter Raka, karena semua persiapan sudah selesai.

"Sudah! Semua sudah siap" ucap Adam yang melihat yang mana semua sudah datang.

Tian terus menerus menampilkan senyum manisnya sesekali ia memandangi satu persatu anggota keluarganya, "Terima kasih Tuhan, karena sudah mengabulkan semua permintaan Tian. Sekarang Tian sudah bahagia bisa bertemu dengan Ayah, punya saudara, sahabat yang baik." Batinnya Tian sangat bersyukur dengan apa yang sudah ia lalui hingga sekarang. Meskipun ia sempat merasa sedih, Sedih karena penyakitnya itu yang membuatnya tidak bisa melakukan banyak hal seperti dulu sebelum dokter memvonisnya.

Saat ini posisi mereka dengan Bastian duduk di kursi rodanya, di sebelah kanan dan kiri ada Adam dan Shinta. Sedangkan Bagas di sebelah Mommynya, Haris di sebelah Adam.

Untuk kakek nenek ada di tempat belakang Bastian, kenapa tidak di sebelahnya Bastian saja? Jawabannya adalah mereka tidak mau, Bukan tidak mau ada di sebelah cucunya itu. Tapi, mereka ingin memberi kesempatan pada Adam untuk lebih dekat dengan putranya. Karena jujur, mereka masih merasa bersalah atas apa yang di Alami oleh anak dan cucunya itu.

Masa lalu memang tidak bisa di ulangi kembali, namun mereka berharap di masa sekarang bisa memperbaiki semuanya meskipun sudah terlambat.

Sesi acara foto pun sudah selesai, dan mereka semua sekarang ada di sebuah restoran yang terletak tidak jauh dari tempat mereka sebelumnya atas permintaan Bastian. Bastian ingin makan bersama dengan mereka, dan inilah saat yang tepat selagi dirinya masih bisa, sebelum.. hal buruk terjadi padanya nanti.

Bukan Anak HaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang