Jean berlari menyusul Nanda yang langsung pergi ke dapur. Ia melihat sang istri yang langsung mencuci tangan dan mengambil sebuah apron yang digantung di dekat lemari. Nanda mulai mengeluarkan bahan-bahan untuk membuat kue kering. Dan inilah yang Jean baru tahu beberapa waktu setelah Nanda pergi meninggalkannya, pria manis ini adalah seorang pecinta makanan manis juga.
Dulu ia menemukan banyak toples kue. Ada yang masih penuh, sebagian hanya berkurang sedikit yang disimpan di lemari yang katanya lemari khusus milik Nanda. Jean menemukan fakta dari Bibi Ana jika memang Nanda sering membuat kue sebagai camilan.
"Ada yang bisa kubantu?"
Tubuh Nanda tersentak pelan saat mendengar suara Jean yang tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya. Ia menoleh ke arah Jean yang berdiri dengan memasukkan tangannya ke saku. Namun, setelahnya Nanda kembali mengabaikan Jean. Hari ini ia benar-benar dibuat bingung dengan tingkah Jean.
"Nanda-"
"Tidak ada, Jean, aku bisa melakukan semuanya sendiri. Kembalilah mengurus pekerjaanmu sendiri, tidak usah mencampuri urusanku." Kata Nanda, pria manis itu kembali sibuk mengeluarkan bahan-bahan untuk membuat kue.
Jean pun memilih tidak beranjak dan hanya melihat Nanda saja, melihat bagaimana pria manis itu mondar mandir mengambil alat-alat kue di ruang khusus penyimpanan.
Jean bersandar pada dinding dapur sambil bersedekap tangan. "Lucu sekali," batinnya.
Di sisi lain, Nanda kebingungan mencari di mana Bibi menyimpang gula cadangan karena gula yang diletakkan di wadah sudah hampir habis. Ia terus membuka laci-laci di dapur sampai akhirnya menemukannya di laci paling tinggi, tentu saja membuat Nanda mendegus kesal. Ia mana sampai untuk mengambilnya.
"Butuh bantuan?"
Nanda melirik sebentar ke arah Jean yang masih berada di dapur bahkan kini menatapnya seperti mengejek karena melihatnya tidak bisa menjangkau gula di atas.
"Tidak butuh, sudah pergi sana mengapa menggangguku terus!" Kesal Nanda, ia hanya tidak suka Jean memperhatikannya mengingat selama ini Jean selalu menyiksanya.
Sudah Nanda katakan jika ingin menikah lagi kan tinggal menikah, surat cerai juga akan Nanda layangkan segera setelahnya. Hubungan mereka ada karena perjodohan, dan tidak semudah itu lepas dari hubungan perjodohan ini. Entahlah Nanda baru terpikirkan sekarang untuk menceraikan Jean, padahal sudah setahun ini ia menerima KDRT dari Jean.
"Aku dari tadi diam loh, tidak mengganggumu sama sekali. Malah aku menawarkan sebuah bantuan, mengapa kamu marah?"
Nanda menghela napas pelan untuk pelampiasan rasa kesalnya pada Jean yang sekarang berpura-pura polos itu. Matanya mengedar mencari sebuah pijakan untuk mengambil gula di lemari atas. Dan beruntung ada sebuah kursi plastik di dekat kulkas, Nanda langsung pergi mengambilnya mengabaikan Jean yang sedari tadi tidak bergerak.
Nanda memposisikan kursinya tepat di depan laci. Pelan-pelan ia mulai naik untuk menggapai gula pasir, namun sayang pijakan Nanda kurang tepat membuat kakinya meleset.
Bunyi gaduh karena wadah gula yang kini isinya tercecer ke mana-mana menjadi background musiknya. Nanda masih memejamkan mata saat rasa sakit yang harusnya ia rasakan tidak kunjung datang, melainkan kini ia mendengar suara ringisan yang kini terdengar dari bawahnya.
Dan saat ia membuka mata, saat itulah manik matanya bertatapan dengan Jean dan waktu seakan berhenti untuk mereka. Mereka saling menyelami manik mata yang sangat dalam itu. Tangan Jean yang memeluk pinggang Nanda kini mengerat.
"Tuan, Nyonya, suara gaduh apa baru saja?"
Mereka tersadar setelah mendengar suara Bibi Ana yang kini menatap mereka terkejut. Bibi Ana bahkan sampai menutup mulutnya saat melihat Tuan dan Nyonya mudanya saling tindih di lantai dengan gula yang tercecer di mana-mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Again [NOMIN]
FanfictionTentang Jean Devine yang mencoba memperbaiki kesalahan besar dalam hidupnya. Kesalahannya pada Nanda dan anaknya. • BL • Bit angst