11

1.8K 204 31
                                    

Sudah berapa lama gue gak up yak
Vote dong jomplang banget vote ama readers nya

***

"Bawa anakmu pulang."

Jean dapat merasakan tubuhnya terpaku di tempatnya. Pernyataan tanpa rasa itu berhasil membuatnya tergugu. Di balik pernyataan itu, artinya Jean harus pergi, kan?

"Yuselㅡ"

"Tyan, aku masih meminta hal ini secara baik-baik. Masih untung hal ini aku putuskan secara kekeluargaan dengan mengirim kembali Jean padamu, daripada aku bawa masalah ini ke meja hijau karena kasus KDRT yang dilakukan anakmu."

Jaezel yang melihat anaknya diam saja langsung menarik tangan Jean untuk berdiri, "Kamu tidak dengar? Telingamu sudah tuli? Kamu diusir, segera bereskan bajumu dan pulang bersama Papa dan Bubu."

"Tidak! Istri Jean di sini! Jean tidak akan pergi ke manapun jika Nanda tidak ikut!" Jean memberontak saat Jaezel dengan paksa menarik tangannya, "Jean ingin memperbaiki semuanya!! Mengapa kalian sulit sekali!! Jean tahu, Jean salah!! Tapi bisakah kalian memberikan Jean kesempatan untuk berubah!!"

Tatapan mata Jean mengarah pada Yusel yang juga menatapnya sambil bersedekap, raut mukanya terlalu muak melihat tingkah Jean yang layaknya bocah tantrum.

"Ayah," Jean bersimpuh di hadapan Yusel yang hanya menatap malas dirinya, "berikan Jean kesempatan. Jean sedang memperbaiki semuanya bersama Nanda."

"Jika kamu ada di posisiku, apakah kamu akan memaafkannya dengan mudah, Jean? Putra sulungku, yang kubesarkan dengan semua yang kupunya. Aku pastikan dia selalu aman dan nyaman di kehidupannya yang sementara ini, tapi dengan mudahnya kamu merusak semua kerja kerasku?" Yusel membungkuk untuk meremas kerah baju Jean, "aku ... bukan seorang yang lemah lembut, Jean. Aku tidak menghajarmu lebih jauh karena masih menghormati Papamu sebagai temanku."

Semua terasa semakin rumit untuk Jean, keadaan seakan tidak mendukungnya kembali bersama dengan Nanda. Lalu untuk apa ia kembali ke masa lalu jika untuk dekat saja dengan Nanda begitu sulit?

"Ayah, Jean mohon ... beri Jean kesempatan, Jean janji akan berubahㅡ"

"Kemasi saja barangmu, Jean, atau tidak perlu kau bawa sedikitpun. Pulang sekarang!"

"PAPA!! PAPA, KENAPA TIDAK MENGERTI?! JEAN BERUSAHA MEMPERTAHANKAN PERNIKAHAN JEAN!!"

Amarah Jean meledak, ia sudah cukup tertekan oleh Yusel, sekarang orang tuanya juga menekannya. Sebenarnya dia ini anak Jaezel bukan sih?

"Kurang ajarㅡ"

"Jae, ini bukan ranah kita. Biarkan anakmu menyelesaikannya sendiri bersama mertuanya. Ingat ini rumah tangga Jean, bukan kita." Tyan menatap memohon ke arah Jaezel, ia tahu anaknya memang salah tapi Jaezel dan dirinya tidak berhak ikut campur.

"Jean ..."

Jean menoleh saat suara lembut itu terdengar di tengah ketegangan yang terjadi. Di sana ada Nanda dituntun ibunya menuruni tangga. Wajahnya tampak lebih segar setelah beberapa hari tinggal di sini. Mungkin lingkungan sangat memengaruhinya.

Jean semakin merasa bersalah tidak bisa memberikan tempat ternyaman untuk Nanda.

"Sayang ..."

"Kemasi barang-barangmuㅡ"

"Sayangㅡ" Harapan Jean seakan pupus saat Nanda-nya kini memintanya sendiri untuk berkemas.

Nanda menatap ibunya sebelum menghampiri Jean yang terdiam membisu, "Ayo, kemasi barang kita dan pulang. Pulang ke rumah kita."

Again [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang