20

1.8K 193 96
                                    

Halloo penggemarku yang di sana!!

Apa kalian merindukan Jean dan Nanda
Atau kalian merindukanku?

Anjaiii jurus sepongan kalo kata ayang gue mah

Btw masih ada yang nungguinkah? Bagaimana keadaan Anda?

Berlumut? Eheheheheh

###

Keinginan Jean hari hanya satu pergi bekerja, selesai, dan pulang ke rumah. Namun, keinginan sesederhana itu tidak akan berjalan lancar saat ini karena di hadapannya berdiri orang yang paling tidak ingin ia temui.

Setelah rapat dengan klien tadi, sekretaris Jean, Robert mengatakan ada orang yang memaksa bertemu. Jean sudah mengatakan tidak ingin bertemu selain orang-orang yang sudah berjanji hari ini. Namun, belum sempat Robert selesai melapor, orang-orang itu sudah masuk ke dalam ruangan Jean. Markus yang duduk di sampingnya juga terlihat keheranan melihat orang yang memaksa masuk.

"Anda belum mendapat izin masuk, Tuan-"

"Kau terlalu lama, dan aku tidak mau menunggu." Ucapnya memotong perkataan Robert. "Asisten baru perusahaan ini sangat lamban sekali ya ..."

Dengan santainya pria paruh baya itu duduk di hadapan Jean dan Markus, melihat tidak ada kemungkinan mengusir orang ini lagi akhirnya Jean mengangguk kepada Robert, dengan begitu Robert akhirnya meninggalkan ruangan.

"Belum lama Jaezel meninggalkan perusahaannya, ternyata anaknya membuat masalah dan menyinggungku? Aku datang ke sini mempertanyakan tindakanmu, Devine Junior."

Jean tersenyum menanggapinya, "Bagaimana saya bisa menyinggung Anda? Ah, apa karena masalah kecil kemarin? Mengenai putri Anda ini?" Tatapan Jean melirik pada seorang wanita yang duduk di samping pria paruh baya itu, siapa lagi jika bukan Karen Crysellia.

Anton Cyrius, pria paruh baya berumur hampir enam puluh tahunan ini merupakan ayah kandung Karen. Sosok yang merasa superior karena dirinya adalah investor terbesar kantor Jean.

"Kau berani mendepak putriku keluar dari perusahaan ini, padahal kau tahu akulah suntikan dana terbesar untuk perusahaanmu. Apa kau bodoh?"

Wajah pongah pria paruh baya itu membuat Jean benar-benar muak, tidak anak tidak ayah sama saja. Karen yang merupakan anak tunggal sangat dimanja oleh pria ini sampai semua kemauannya harus tercapai. Bahkan, jika itu permintaan yang sangat tidak masuk akal sekalipun.

Di masa lalu Anton Cryrius adalah orang yang berperan besar yang turut andil dalam rumah tangganya. Dan sialnya, Jean baru mengetahuinya beberapa waktu setelah ditinggalkan oleh Nanda. Tentu saja tentang kematian Nanda, Jean baru tahu pria ini turut andil.

"Saya juga mengetahui hal itu, Tuan Anton, tapi keputusan internal mengenai perusahaan, saya bisa memutuskannya sendiri tanpa persetujuan Anda."

Anton tertawa remeh menanggapi jawaban Jean, "Tidak disangka anak Jaezel begitu tidak hormat padaku. Bahkan, jika Jaezel di sini dia akan bersujud padaku asal kau tahu. Aku tidak mau tahu, anakku harus tetap berada di perusahaan ini."

Kepala Jean seakan dihantam rasa pusing yang sedari tadi ia tahan. "Dengar, Tuan Anton, Anda mungkin investor paling besar bagi perusahaan saya, tapi saya juga tidak bisa menutup mata dengan kesalahan yang putri Anda lakukan. Apalagi orang yang putri Anda singgung adalah istri saya. Anak And adengan kurang ajar berani melayangkan tangan pada pemilik manor perusahaan ini. Saya melakukan hal tepat dengan mengusir Karen sebelum semuanya menjadi kacau."

"Apakah kau pernah mengatakan jika kau sudah menikah? Pernikahan kalian terlalu rahasia, putriku juga tidak tahu jika itu adalah istrimu. Aku menitipkan putriku pada Jaezel, kau tidak berhak memecatnya."

Jean bersedekap dada, ia tidak akan mengijinkan Karen menginjakkan kaki lagi di sini. Keputusannya memecat Karen lebih awal adalah menghindari kekacauan yang akan terjadi. Apalagi saat ini ia berada di fase memperbaiki kesalahannya pada Nanda. Ia tidak mau kesalahan sekecil apapun membuat keduanya salah paham nantinya.

Namun nyatanya, Karen tetaplah wanita licik. Mengadukan semuanya pada sang ayah yang memang notabenenya dekat dengan ayahnya, Jaezel. Keduanya adalah teman lama, namun jujur saja ayahnya juga tak begitu menyukai sikap Anton yang terlalu otoriter.

"Saya tetap tidak akan mengubah keputusan saya, silahkan Anda pergi. Urusan Anda dengan ayah saya, namun perusahaan telah diwariskan ke saya jadi semua keputusan yang saya katakan adalah mutlak dan tidak bisa dibantah."

"Kau! Benar-benar kurang ajar, Bocah! Lihat saja aku akan menarik semua saham yang aku tanam pada perusahaanmu!"

Jean menyeringai, "Silahkan, Anda sendiri juga tahu bukan dari mana keuntungan besar yang Anda dapat tiap tahun? Saya juga tidak merasa kehilangan apapun jika Anda menarik semua uang Anda. Pikirkan dengan baik, Tuan Anton, kekayaanmu atau putrimu."

Dan saat itu Anton menyadari, anak Jaezel adalah orang yang tidak bisa dikontrol oleh tangannya.

***

Nanda yakin, jika semalam ia tertidur di ruang televisi. Namun, saat terbangun ia baru sadar jika telah berada di kamarnya sendiri. Ia yakin tidak memiliki kebiasaan berjalan saat tertidur,apa mungkin Jean yang membawanya ke kamar?

Cih, mana mungkin pria itu berbaik hati menggendongnya, Nanda tetap menyangkal jika Jean menggendongnya. Ia lebih memilih memiliki kebiasaan berjalan dalam tidur daripada digendong oleh Jean.

Sesaat sebelum memasuki ruang makan, Nanda lebih dulu mengintip apakah Jean ada di sana atau tidak. Ia benar-benar tidak ingin bertemu dengan Jean. Namun, yang ia lihat hanya Bibi Ana yang berkutat di dapur. Jadi ia dengan riang menghampiri Bibi Ana.

"Bibi, sedang memasak apa?"

Wanita paruh baya itu tersenyum menanggapi pertanyaan riang dari Nyonya Mudanya, "Saya tengah membuat bubur untuk Tuan Muda. Sopirnya mengabari jika Tuan Muda ingin makan bubur."

Nanda mengernyit, "Tidak biasanya Jean meminta bubur, apa pria itu sakit parah?"

"Aish, Nyonya Muda, dominan memang seperti itu, deman sedikit saja sudah seperti orang sekarat. Apalagi Tuan Muda alan sangat kekanakan saat sakit."

"Lalu ..." Nanda tampak melirik ke sana dan ke mari, "Apa dia ada di rumah? Apa dia di kamar? Apa dia akan turun? Apa diaㅡ"

"Tuan Muda pergi ke kantor dua jam yang lalu, Nyonya, tidak perlu khawatir."

Nanda terdiam, apa pria itu memaksakan diri bekerja saat tengah sakit?

Tangan Bibi Ana terus mengaduk bubur, namun bibirnya terus saja bercerita. "Tuan Muda itu sangat dimanja oleh Nyonya Tyan sejak kecil, tidak pernah sekalipun kemauannya tidak dituruti. Namun, Tuan Muda adalah anak yang baik. Ia tumbuh dewasa di keluarga yang harmonis, sampai saat itu saya tidak tahu mengapa Tuan Muda menjadi sosok pemakai dan pemberontak. Nyonya Tyan bahkan tidak tahu apa yang terjadi pada putranya. Sampai malam itu saya tahu, Tuan Muda seperti itu karena pernikahan Anda dengan Tuan Muda."

"Jadi semua akar masalah memang ada pada Nana kan, Bibi?"

"Eii, Nyonya Muda tidak boleh mengatakan hal itu. Saya tidak tahu apa yang terjadi pada Tuan Muda, tapi Nyonya tidak bersalah. Saya minta maaf atas nama Tuan Muda, Anda pasti sangat kesulitan setelah menikah dengan Tuan Muda."

Nanda terdiam, ia tidak bisa menanggapi bagaimana Bibi Ana bercerita tentang Jean. Sejak pertama menikah dan berjalan seiring waktu, Nanda tidak pernah melihat secuil pun kebaikan Jean. Jean adalah orang kasar dan arogan, sangat berbeda jauh dengan apa yang Bibi Ana ceritakan.

"Bibi ... apa masa depan yang dapat dilihat itu ada?"

Bibi Ana menoleh saat mendengar pertanyaan tidak masuk akal dari Nyonya Mudanya, "Pertanyaan seperti apa yang Anda lontarkan, Nyonya? Saya tidak bisa memberikan jawaban pasti."

"Bibi, di masa depan ... Nana melihat. Semua terasa jelas, di masa depan Nana akan mati karena Jean. Apa Bibi percaya?"

Again [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang