18

1.2K 183 64
                                    

Halloo ...

Ehehehehehehehe ...

GUE MINTA MAAAF

KEMARIN KEPENCET PUBLISH😭😭😭

Minta maaf di atas materai ini mah

Plis, kencengin vote sama komen aja deh

Atau gue buat angst juga nih

***

"Nana ... kamu hamil?"

Pertanyaan Jean dihadiahi lemparan bantal oleh Nanda, "Jangan sembarangan bicara, dan juga berhenti mengganggu acara menonton Nana!! Pergi ke ruang kerjamu, atau lembur sana!! Menyebalkan."

Nanda mengambil seiris lemon lalu bergelung di balik selimut. Jika lemon yang disesap habis tangan dengan jari-jari yang lentik itu akan keluar dari celah selimut untuk mengambilnya lagi. Hal itu tak luput dari pandangan Jean, terlihat sangat menggemaskan.

Tidak ingin mengganggu aktivitas Nanda lagi, Jean akhirnya naik ke lantai dua di mana ruang kerjanya berada. Ruangan paling suram dengan dominan cat hitam gradasi abu-abu dan putih. Di masa lampau, ruangan inilah yang menjadi saksi bisu penderitaan Nanda dalam pernikahannya.

"APA LAGI YANG KAU LAKUKAN, JALANG!!!"

Tubuh kurus Nanda bergetar hebat, tangannya saling memilin satu sama lain. Di hadapannya ada Jean yang tengah marah besar dan saat ini tengah menghukumnya.  Nanda bahkan memeluk perutnya saat Jean mulai melayangkan pukulan.

Berawal dari tudingan Karen yang mengatakan Nanda telah bermain tangan dengan wanita itu berhasil memancing emosi Jean. Karen mengatakan Nanda telah berani menampar bahkan menarik rambutnya. Jean tentu saja marah, ia bahkan tak segan menarik Nanda dari kamarnya.

"Nana ... Nana tidak melakukan apapun, me-mengapa Jean marah ..."

"Sekarang pun kau masih bersikap sok tidak tahu?! Tangan kotormu sudah berani menyentuh kekasihku, apa hukumanmu kemarin tidak cukup!!!"

Nanda memeluk perutnya sendiri saat merasakan gerakan samar dari sana, ia tahu anaknya dapat merasakan ketakutan yang ia alami. Walaupun tubuhnya sudah kesakitan, anaknya harus tetap aman.

Kemarahan Jean tampak tidak reda sama sekali, setiap bantahan yang ia katakan satu pecutan akan ada pecutan sebagai balasan. Nanda hanya membela diri, tapi Kean seakan tutup telinga dengan alasannya.

"Katakan! Aku sangat tidak suka dibohongi, Nanda, apalagi oleh jalang kecil sepertimu!"

"ARGHH!!!" Pekikan Nanda terdengar memenuhi ruangan saat dengan tanpa hati Jean melayangkan pecutan ikat pinggang pada punggung Nanda, membuat si Manis jatuh bersujud. Air matanya berlomba-lomba untuk turun.

Rasa sakit tubuhnya bahkan tidak bisa mengalahkan rasa sakit di hatinya. Sudah berapa kali hati yang ia obati perlahan kembali dihancurkan dalam sekejap oleh Jean. Sudah berapa kali kesempatan yang Jean lewatkan.

Nanda kalah ...

Ia selalu kalah ...

Tubuh ringkih itu perlahan merangkak mendekati Jean, "Ampun ... Nana salah ... Nana minta maaf ... Nana tidak akan melakukannya lagi ..." Nanda bersujud di hadapan Jean.

Again [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang