Karena kemarin terlanjur update gue jadi gak enak kalo nunda.
Jadi gue usahain banget ini nulisnya
Kecewa banget sih kalo gak rame.
Tapi emang masih ada yang nunggu?
Maaf ya kalo gue up nya angot-angotanVote komen dong,
Yang rame sampe ratus-ratusan wkwkwkwkwk
Oh iya buat voter pertama masih berlaku ya
Gue udah pegang nama nih buat siapapun yang jadi yang pertama dan 4x dia berturut'Alig gue aja heran
Dah gitu aja, jangan lupa vote sama komen
****
"Nyonya Muda ... masa depan adalah rahasia, dan rahasia itu misteri." Bibi Ana meraih kedua tangan Nanda untuk digenggam. "Anda hanya berpikir terlalu berat, Nyonya. Saya tahu, pasti Anda trauma dengan segala perlakuan Tuan Muda. Tapi dari yang saya lihat, Tuan Muda sedang berusaha memperbaiki semuanya. Saya mohon, tolong beri Tuan Muda kesempatan."
Nanda menatap Bibi Ana penuh keraguan, bukan apa. Semua memori tentang Jean yang tertinggal hanya berbekas luka, luka yang dalam sampai butuh waktu yang lama untuk Nanda menyembuhkannya.
Mereka masih muda, dan jujur saja Nanda memang belum siap untuk membina rumah tangga. Namun, ia juga tidak bisa menolak perjodohan dengan Jean.
"Bibi ... Bibi adalah saksi bagaimana Jean memperlakukan Nana, Jean sering bermain tangan dengan Nana, bahkan secara verbal pun Jean selalu memaki Nana. Luka ini tidak mudah untuk disembuhkan, Bibi ... Nana tidak sebaik itu untuk langsung nemaafkan Jean."
Bibi Ana mengangguk pelan, ia memang menginginkan ada perdamaian pada hubungan Tuan dan Nyonya-nya. Namun, ia juga dapat memposisikan diri menjadi Nanda, memaafkan perlakuan Tuan Mudanya memang sangat sulit. Mungkin semua orang bilang, Tuhan saja pemaaf tapi tidak untuk manusia.
Dari awal, mereka tidak saling mengenal dan terjebak dalam ikatan pernikahan. Nanda mengalami kekerasan sejak awal pernikahan, dan si Manis hanya bisa diam tanpa bisa melawan. Bisa bertahan sampai detik ini dalam hubungan sakit seperti ini adalah hal yang begitu mustahil.
"Saya paham, Nyonya ... semua keputusan ada di tangan Anda. Saya hanya berdoa yang terbaik untuk hubungan Nyonya dan Tuan."
Nanda terdiam, entahlah dia hanya merasa ... bimbang.
Nanda tak lagi menghiraukan Bibi Ana, ia segera beranjak meninggalkan dapur. Bukan bermaksud menyepelekan nasihat dari Bibi Ana, namun ia harus berpikir dengan logika, dia tak mau lagi hanyut terbawa perasaannya sesaatnya. Dia tak mungkin nekat melompat jika akhirnya harus mendarat di tempat yang sama, runcing dan menyakitkan. Cukup sekali.
***
Jean pulang tepat pukul tujuh malam, jalannya cukup sempoyongan akibat rasa pusing yang menyerang kepalanya. Ia memilih pulang lebih awal dari biasanya. Beruntung ia diantar sopir, kebiasaan Jean memang senang menyetir sendiri, namun sejak pagi tubuhnya memang sedang sakit jadi ia tidak bisa memaksakan untuk menyetir.
"Tuan Muda, saya bawakan jas Anda."
Jean menyerahkan jasanya pada Bibi Ana, "Apa Nanda sudah makan malam?" Tanyanya pada Bibi Ana yang mengikutinya setelah menerima tas kerja Jean dari sopir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Again [NOMIN]
FanfictionTentang Jean Devine yang mencoba memperbaiki kesalahan besar dalam hidupnya. Kesalahannya pada Nanda dan anaknya. • BL • Bit angst