Late update banget ini mah
Jangan lupa vote dan komen lho ya
Follow akun ini juga****
Ruangan terasa sangat dingin mencengkam dengan aura kelam dari sang kepala keluarga Arkhava. Sosok Jean yang kini duduk bersimpuh di depan ayah Nanda.
Entah bagaimana ceritanya, beberapa saat lalu saat ia tengah berbicara dengan Nanda. Yusel tiba-tiba datang mendobrak pintu kamar Nanda lalu menyeret Jean keluar.
Pria kepala empat itu terlihat sangat marah, dan Jean dapat tebak jika pria yang berstatus sebagai mertuanya ini pasti sudah tahu kelakuannya pada putra kesayangannya.
"Jean Devine, kau pasti sudah tahu alasan aku menyeretmu dari kamar putraku sampai di sini. Tapi, aku ingin mendengar langsung dari mulutmu sendiri."
Yusel adalah pria yang tenang dengan berjuta emosi yang ia pendam. Setidaknya itulah yang ia tahu tentang ayah mertuanya setelah kematian Nanda. Yusel yang saat itu mendengar anaknya dilarikan ke rumah sakit, langsung memesan tiket pulang bersama sang istri.
Namun, saat sampai di sana yang ia dengar adalah kematian putra dan cucunya. Sebagian dunia Yusel terasa runtuh saat itu juga. Ditambah kematian Nanda akibat menenggak sebuah racun, Yusel tidak akan bisa mempercayainya. Anaknya tampak ceria, bagaimana mungkin putra manisnya berpikir untuk menenggak racun.
Apalagi setelah kelahiran anak pertamanya, Nanda yang manja seakan hilang. Ia menjadi sosok ibu yang bertanggung jawab dan penuh kasih sayang sama seperti Wilio. Tapi kenyataan menghantamnya setelah Nanda mengajak anaknya meregang nyawa.
"Aku bersalah ... aku bersalah, Ayah ..." Jean menjawab lirih, ia bahkan tidak bisa mengangkat kepalanya menatap ayah mertuanya. "Setahun ... selama setahun anakmu dalam derita karenaku. Aku mengaku, Ayah ..."
Bunyi tamparan keras membahana di seluruh ruangan, telapak tangan Yusel tepat mendarat pada sisi wajah Jean. Tamparannya benar-benar tak main-main, terbukti ujung bibir Jean langsung sobek mengeluarkan darah. Namun, Jean tak memberi perlawanan karena ini sepenuhnya juga salahnya.
"Satu tahun lalu, sebelum aku mempercayakan putraku padamu, bukankah aku bertanya satu hal padamu? Dan kamu menjawab mampu untuk mengemban tugas sebagai seorang suami untuk putraku. Tapi apa ini, Jean?" Yusel mencengkeram kerah baju Jean, membuat pria yang lebih muda mendongak, "Jika sedari awal kau tidak mampu, cukup katakan! Aku sedikit pun tidak akan memaksakan pernikahan ini! Demi ibumu? Cih! Walaupun istriku sangat menginginkan ikatan besan dengan ibumu, aku tidak akan pernah setuju jika jaminannya adalah kebahagiaan putraku!"
Yusel menghempaskan tubuh Jean hingga pria yang akan memasuki usia pertengahan kepala dua itu terbaring.
"Bahkan, sedari awal sejak aku menyerahkan putraku untuk kau persunting, aku sudah mengatakannya. Jika kau tidak menginginkan Nana, jika kau tidak bisa mencintainya, jika kau ... tidak bisa membahagiakan dan membuatnya nyaman ... kau bisa kembalikan anakku secara terhormat, Tuan Muda Devine."
Melihat Jean yang hanya bisa menunduk membuat amarah yang bercampur kesedihan Yusel naik seketika. Ia kembali meraih kerah baju Jean dan melayangkan bogeman demi bogeman mentah pada wajah menantunya.
Tepat saat itu jeritan panik terdengar dari pintu masuk, pekikan dari Nyonya Besar Devine, ibu Jean.
"YUSEL, APA-APAAN INI?!!"
Yusel melirik pria manis seperti istrinya, orang yang lebih tua satu tahun dari sang istri itu berlari panik menghampiri Jean yang kini terkulai di lantai.
"Aku menghajar anak kesayanganmu, Nyonya Devine."
Tyan Atmajaㅡyang kini berubah nama menjadi Tyan Devine sejak dipersunting kepala keluarga Devine, Jaezel Devine. Pria yang akan memasuki usia kepala lima itu kini berlinangan air mata memeluk lengan sang putra. Wajah Jean yang sudah babak belur menjadi motif turunnya tangisan Nyonya Besar Devine.
"Semua bisa dibicarakan baik-baik, Yusel."
Yusel melirik tajam ke arah Jaezel yang baru saja berbicara dengan santai. Yusel cukup maklum karena kemungkinan dua orang ini juga tidak tahu apa yang dilakukan putra kesayangan mereka.
"Jika aku mengatakan, anakmu telah membuat putra manisku menderita apa kalian percaya? Pria brengsek ini terus melakukan kekerasan pada putraku sejak awal mereka menikah. Dan bodohnya aku termakan drama picisan yang dia buat."
Jelas sekali Tyan menatap Yusel tidak percaya, ia tahu putranya seperti apa. Anaknya adalah laki-laki yang baik dan bertanggung jawab. KDRT sangatlah tidak mungkin.
"Apa yang kamu katakan, Yusel? Putraku tidak mungkin melakukan hal itu."
"Aku tidak menerima jawaban, Tyan. Karena aku memberikan sebuah pernyataan dan itulah faktanya. Anakmu telah bertindak melampaui batas pada anak sulungku."
"Jean ..."
Jean memalingkan wajahnya enggan menatap wajah Tyan yang tampak sangat kecewa, begitu juga Jaezel yang seakan tidak percaya dengan perkataan Yusel. Jean adalah anak satu-satunya yang ia miliki bersama Tyan, tentu saja didikan Jaezel tidak bisa dianggap main-main. Walaupun Jean dulu sangat dimanja oleh Tyan, Jaezel tetap mendisiplinkan Jean dengan keras saat anak itu melakukan kesalahan. Dan sekarang, Jean melakukan kesalahan sefatal ini.
"Lepas, Tyan."
Tyan menggeleng kencang, ia tahu apa yang akan dilakukan suaminya. Maka dari itu ia mencoba menahannya.
"Suamimu ini masih sabar, Tyan, jangan sampai aku kehilangan kesabaranku."
"Jaeㅡ"
"Aku tidak ingin dibantah, Tyan Devine."
Melihat pegangan sang istri yang melemah, Jaezel dengan cepat meraih kerah baju sang anak. Tatapan matanya tajam seakan menghunus Jean.
"Katakan pada Papa, Jean, apa kau melakukan kesalahan ini?" Diamnya Jean semakin membuat amarah Jaezel menggebu, Nanda sudah Jaezel anggap seperti ini anak sendiri bahkan bisa saja melebihi Jean. "Kau jadi bisu? Sampai pertanyaan Papa tidak kau jawab?"
"Semua yang dikatakan Ayah benar, aku melakukan semua itu! Akuㅡ"
BUAGH!
"JAE!!"
"Papa tidak pernah mengajarimu bermain tangan dengan pasanganmu, Jean! Hari ini, Papa sendiri yang akan memberimu sebuah pelajaran."
Tanpa perasaan Jean yang baru saja terkena pukulan keras diseret paksa oleh Jaezel menuju teras depan rumah keluarga Arkhava. Tubuh yang hampir setara dengan Jaezel itu dihempaskan begitu saja.
"Jae, Jaezel! Sudah cukup!"
Tyan dengan serampangan mengejar sang suami, mencoba menghentikannya sebelum melakukan hal yang lebih jauh. Walaupun Tyan tahu Jean sudah melakukan kesalahan yang sangat fatal, tapi sebagai seorang yang sudah melahirkan Jean dia tidak akan bisa diam saja melihat putranya dihajar oleh ayahnya sendiri.
Jaezel sendiri kini hanya menatap datar sang anak yang terbaring kesakitan di lantai marmer rumah itu.
"Yusel, aku mengijinkanmu menghajar bocah tidak waras ini. Sebagai mertua Nanda aku sangat malu dengan apa yang dilakukan oleh putraku. Aku melepas bocah ini di bawah hukumanmu."
Jaezel sendiri sadar tidak ada yang lebih berhak menghukum anaknya selain Yusel.
"Maaf! Jean tahu Jean salah! Jean hanya mencoba memperbaiki semuanya! Tolong ..."
Jean kira setelah ia diberi kesempatan untuk kembali, akan lebih mudah memperbaikinya. Namun, kenyataannya semakin sulit ia menggapai Nanda untuk tetap di sisinya.
"Jae, aku tidak ingin memperpanjang lagi. Tapi aku punya satu permintaan."
Jaezel menatap Yusel menunggu jawaban dari sang besan.
"Bawa anakmu pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Again [NOMIN]
FanfictionTentang Jean Devine yang mencoba memperbaiki kesalahan besar dalam hidupnya. Kesalahannya pada Nanda dan anaknya. • BL • Bit angst