16

2K 223 74
                                    

Dah gue up nih

Awas aja kalo gak rame

Follow tiktok gue juga dong instagram juga😵‍💫

Btw tembusin komen 150 bisa gak nih

Btw tembusin komen 150 bisa gak nih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Malam terasa dingin bahkan Nanda hampir bisa merasakan dingin itu menusuk sampai tulangnya. Ruangan gelap dipenuhi debu, cahaya yang masuk lewat angin-angin dinding. Tubuhnya yang kini terasa mati rasa setelah dipukuli.

"Jean ... " Suara Nanda terdengar sangat lirih, "anakku lapar ... waktunya dia makan ..."

Nanda memeluk tubuhnya sendiri, terutama perutnya yang kini terlihat membuncit. Baru lima bulan usia kandungan Nanda, dan dia kini malah berbaring tanpa alas di atas dinginnya lantai gudang setelah Jean mengurungnya selama hampir satu hari ini.

Demi Tuhan, dia tengah hamil. Tapi Jean tak juga menghentikan kelakuannya menyakiti fisiknya. Nanda tidak takut apapun bahkan kemarahan Jean, yang ia takutkan hanya satu anaknya yang tidak bisa bertahan. Dari awal kehamilannya Jean juga tak henti bermain tangan padanya.

Tiada hari tanpa lebam di tubuhnya, belum sembuh luka lamanya Jean tanpa hati menambah luka baru. Apalagi belakangan ini Jean seperti tengah sentimental sekali. 

"Nyonya ..." Ketukan pintu terdengar menggema, "Nyonya, apa mendengar suara saya? Nyonya ..."

Perlahan tubuh ringkih itu bangun untuk sekedar duduk lalu ia seret tubuhnya mendekati pintu. Butuh waktu cukup lama untuk ia mencapainya, "Bibi ..."

"Nyonya, Nyonya mendengar suara saya?"

"Bibi ... Nana lapar ... Adek butuh makan, Bibi ..."

"Saya tahu, Nyonya, Tuan Kecil pasti sangat kelaparan. Tapi maafkan saya, Nyonya, Tuan Muda membawa kunci gudang ini bahkan membawa kunci serepnya juga."

"Bibi, Adek pasti lapar ... Nana ibu yang jahat ya membiarkan Adek kelaparan ..."

"Nyonya ..."

Keduanya saling menangis dari balik pintu. Bibi Ana menangisi anak manis yang kini sudah ia anggap seperti anaknya. Nanda yang pertama kali datang ke sini dengan malu-malu, kini menangis tersedu. Bukannya ia tidak berani melawan Tuan Mudanya, namun yang Nanda miliki di rumah ini adalah mereka. Jika mereka semua berakhir dipecat karena melawan perintah Tuan Mudanya, siapa lagi yang akan menemani Nyonya mereka.

Kemarin pekerja laki-laki mencoba membela Nyonya mereka dan berakhir dipukuli oleh sang Tuan Muda dan dipecat, namun Bibi Ana memohon agar melepaskannya dengan dalih pekerja lama dan sangat membantu Bibi Ana.

Again [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang