Kamar bernuansa abu-abu dengan perpaduan warna perak itu tampak nyaman, wangi aromaterapi dari chamomile berhasil membuat Nanda lebih tenang ditambah pelukan dari Mamanya.
Nanda rindu ...
Rindu sekali ...
"Istirahatlah, hari masih gelap Nana pasti lelah."
Wilio mengusap surai halus anaknya, sesekali ia daratkan sebuah ciuman di pucuk kepala Nanda. Sudah lama sekali rasanya Wilio tidak sedekat ini dengan Nanda, sejak pernikahannya dengan anak keluarga Devine, dia merasa anaknya dijauhkan darinya secara perlahan.
"Tidak mau, Nana masih merindukan Mama. Bagaimana jika saat Nana menutup mata ternyata Nana hanya bermimpi?"
"Ei, apa yang anak manis ini katakan? Jean sudah memberitahu Mama dan Papa jika kalian akan menginap selama satu bulan ke depan. Mama juga sudah meminta agar Papamu tidak ada pekerjaan ke luar kota selama satu bulan ke depan. Apa Jean tidak berdiskusi dulu denganmu?"
Nanda terdiam, ia kira rencana menginap satu bulan ke depan hanyalah akal-akalan Jean. Tapi rencana itu bahkan sudah sampai di telinga kedua orang tuanya, bukankah berarti Jean serius dengan rencana itu?
"Aku kira Jean hanya bercanda tentang menginap satu bulan ..." guman Nanda.
"Nana mengatakan sesuatu?" Willio bertanya karena suara sang anak terdengar begitu samar di telinganya.
"Tidak, Ma, Jean memang mengatakan akan menginap selama satu bulan, tapi Nana tidak mengira dia akan serius. Mama tahu, kan? Jam terbang Jean hampir sama dengan Papa? Jean bahkan bisa mendatangi 3 negara dalam satu hari."
Wilio mengangguk membenarkan perkataan sang anak, karena ia pernah mengalaminya sendiri saat ikut sang suami terbang menuju Jepang setelahnya pergi ke Kanada. Berakhir Wilio mengalami jetlag dan harus dirawat selama 2 hari di rumah sakit Kanada.
"Nana, boleh Mama bertanya sesuatu pada Nana?" Nanda mengangguk, ia mendongak menatap Wilio.
"Mama tidak perlu izin saat bertanya pada Nana."
Wilio duduk menghadap sang anak, tangannya bergerak menggenggam tangan anaknya, "Mama hanya ingin tahu, bagaimana Jean merawat anak manis Mama? Apa kasih sayang Jean cukup untuk anak Mama? Apa Jean memperlakukan Nana seperti yang dia janjikan dulu pada kami? Apa ..." Wilio menjeda kata-katanya saat melihat sang anak hanya terdiam, "Apa Nana bahagia menikah dengan Jean?"
"Mama ..."
"Iya, Mama tidak bermaksud menanyakan rumah tangga kalian. Tapi Mama bertanya pada anak Mama. Apa Nana sudah bahagia?"
Dulu, Wilio memang sangat ingin memiliki ikatan besan dengan orang tua Jean yang notabenenya adalah sahabatnya. Namun, setelah beberapa waktu berlalu, Wilio merasa bersalah. Anaknya masih muda saat menikah, secara tidak langsung ia merenggut masa muda anaknya.
"Nana ..." Mata Nanda terasa memanas, ia dapat merasakan air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Bagaimana jika Mamanya tahu jika setahun ini, dirinya hanya disiksa oleh Jean?
"Nana bahagia ... Nana bahagia dengan pernikahan Nana. Mama tidak perlu khawatir, Jean memperlakukan Nana dengan baik, Jean begitu mencintai Nana."
Wilio meneliti raut wajah putranya, "Baiklah, Mama percaya. Tapi jika Nana tidak bahagia jangan ragu untuk mengatakannya pada kami. Walaupun Nana sudah milik orang lain, Nana tetaplah putra sulung Arkhava. Nana putra sulung kami, kebahagiaan Nana adalah bukti suksesnya kami membahagiakan Nana juga."
Runtuh ...
Pertahanan Nanda akhirnya runtuh, "Nana ... bahagia."
Wilio menghapus air mata yang turun dari sudut mata Nanda, "Jika Nana bahagia mengapa menangis?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Again [NOMIN]
FanfictionTentang Jean Devine yang mencoba memperbaiki kesalahan besar dalam hidupnya. Kesalahannya pada Nanda dan anaknya. • BL • Bit angst