"Bagaimana detensimu?" tanya Daphne.
Alza sedang duduk diantara kedua temannya, Daphne dan Theodore yang sedang bermain catur penyihir.
"Umbridge menyuruhku menulis kalimat, saya tidak boleh berbohong."
"Syukurlah hanya menulis kalimat."
'Hanya dia bilang?!' batin Alza.
"Ya, syukur."
"Tugas Snape, apakah kalian sudah selesai?" tanya Theodore.
"Sudah, aku sih kurang sedikit." Alza menanggapi.
"Kau?" tanya Theodore pada Daphne.
"Jelas belum! Aku bingung, kita harus menulis apa tentang khasiat batu bulan?"
"Sudah kubilang tulis apa saja yang bisa ditulis."
"Tidak segampang yang kau bilang tau!"
Langit mulai gelap, semua murid Hogwarts seperti biasa makan malam bersama di aula besar. Saat itu Alza tidak ikut, dia ingin tinggal di asrama.
"Ayo Alza!" ajak Theodore.
"Kalian saja deh, aku disini."
"Loh, kenapa?" tanyanya lagi.
"Sudahlah, sepertinya mood-nya buruk." ujar Daphne lalu melambaikan tangan kearah Alza dan menarik tangan Theodore keluar.
Sementara itu, Parkinson terus saja membujuk Malfoy agar segera beranjak dari duduknya.
"Ayolah, kau tidak ingin makan? Nanti kalau sakit bagaimana?"
"Kau duluan saja, Pansy. Aku sudah memberitahumu bahwa aku akan menyusul!" gertak Malfoy.
Karena nada bicara Malfoy yang cukup kasar dan membentak, dia mengangguk dan segera pergi.
Ruang rekreasi sepi, hanya ada Alza dan Malfoy disana. Alza tak sedikit pun penasaran mengapa Malfoy tidak pergi ke aula besar. Dia fokus mengerjakan tugas yang diberikan Snape.
Malfoy berdiri, dia berjalan menghampiri Alza sembari membawa sebuah bingkisan. Alza mendongak, "Apa itu?"
"Dari ibuku, dia menitipkan ini aku tidak tahu isinya apa tapi jangan menolak."
"Terimakasih, sampaikan padanya."
Malfoy mengangguk, dia berjalan kearah pintu keluar dan sudah menghilang dari pandangan Alza.
"Mari kita lihat apa ini?"
Alza membuka bingkisannya, isinya ada makanan dan juga ada cincin perak dengan permata hijau.
"Cantik sekali."
Narcissa Malfoy tidak memberi catatan sedikitpun mengenai cincin itu, dia hanya menuliskan, "Dipakai, ya."
Hari demi hari telah terlewatkan, saat itu Alza tengah berjalan di lorong dekat aula besar. Saat itu waktu dimana makan malam tiba, kondisi lorong saat itu ramai sampai Alza terpisah dari temannya.
"Alza!" Harry memanggil.
"Hallo, Harry."
Harry dan dua temannya mendekat, "Kau yakin mau mengajaknya?" tanya Granger.
"Yakin."
"Bloody Hell, Harry. Dia Slytherin, kau tak takut?" tanya si Weasley.
"Kau lupa siapa yang membelaku sampai kena detensi saat pertama kali bertemu Umbridge?"
Kedua temannya diam, tak bisa berkata apapun untuk menanggapi ucapan Harry. "Nah, maukah kau datang ke Hog's Head saat kunjungan ke Hogsmeade?"
"Untuk?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Riddle Girl (HIATUS)
Fanfiction[Harry Potter Fanfiction] Apa jadinya jika ada seorang gadis bermarga Riddle? padahal seperti yang kita tau pemilik marga Riddle terakhir adalah sang pangeran kegelapan yang tidak memiliki garis keturunan,lantas siapakah gadis itu? dan apa hubungann...