28 : The Death Eaters

131 14 4
                                    

S.P.T kepada A.P.W.B.D
Pangeran Kegelapan
dan (?) Harry Potter

Dengan agak nekat, dia mengulurkan jari-jarinya menutupi permukaan bola berdebu itu. Seolah bola itu baru saja terpanggang matahari selama berjam-jam, seakan cahaya yang berpendar di dalamnya menghangatkannya. Harry mengangkat bola kaca itu dan menurunkannya dari raknya, dan memandangnya.

Tak terjadi apa-apa. Yang lain mendekat mengerumuninya, memandang bola itu ketika Harry membersihkan debu yang menyelimutinya.

Dan kemudian, dari belakang mereka, suara yang seperti diulur-ulur berbicara.

"Bagus sekali, Potter. Sekarang berbalik, pelan-pelan, dan berikan itu padaku."

Sosok-sosok hitam mendadak bermunculan di sekitar mereka, menghalangi jalan mereka di kiri dan kanan; mata-mata berkilat-kilat dari celah di kerudung kepala; selusin ujung tongkat sihir menyala teracung tepat ke jantung mereka.

"Padaku, Potter." ulang suara Lucius Malfoy sambil mengulurkan tangan.

"Di mana Sirius?" tanya Harry.

Beberapa Pelahap Maut tertawa; suara kasar perempuan di antara sosok hitam di sebelah kiri Harry berkata dengan penuh kemenangan, "Pangeran Kegelapan selalu tahu!"

"Kalian menawannya," kata Harry. "Aku tahu itu, dia disini."

"Si kecil telbangun ketakutan dan mengila mimpinya benal-benal teljadi," kata si perempuan dengan suara anak kecil menyebalkan.

Dugaan Alza benar tentang siapa sosok wanita itu, ya, dialah Bellatrix Lestrange ibu kandungnya. Alza dapat membayangkan bagaimana kecewanya ibundanya kalau dia tau putrinya berada di pihak Potter. Tapi sejauh ini Bellatrix sama sekali belum meliriknya, padahal sedari tadi dia menatapnya. Pada posisi ini ia rasa ia telah menjadi anak durhaka.

Harry masih saja menanyakan dimana Sirius, dia bilang dia tahu kalau mereka menawan Sirius disini. Dan, Bellatrix juga Lucius berakhir mengolok-olok dirinya.

"Sudah waktunya kau belajar perbedaan antara hidup dan mimpi, Potter." ujar Lucius. "Berikan ramalan itu padaku, kalau tidak kami akan mulai menggunakan tongkat sihir." tegasnya.

Mendengar ucapan Lucius seperti itu, Harry malah merasa tertantang, dia bilang, "Gunakan saja!" seraya mengangkat tongkat sihir diikuti oleh temannya yang lain.

"Accio ram—" belum selesai Pelahap Maut berkata, Harry sudah mengucapkan mantra perlindungan terlebih dahulu.

"Oh, dia tahu cara bermain-main, si bayi kecil ini." kata Bellatrix.

Alza berpikir keras, apa isi dari bola ramalan tersebut, kenapa mereka para Pelahap Maut dan tentunya Voldemort sangat menginginkannya? Apakah ada rahasia yang sangat penting didalamnya?

Si perempuan alias yang dikenal Alza dengan nama Bellatrix Lestrange maju, dan melepaskan kerudung dikepalanya. Ya, dari tadi Alza mengenalinya hanya dari suaranya bukan wajah, dia hanya menerka-nerka dan ternyata benar. Sepertinya Azkaban telah merusak wajah cantiknya, pipi wanita itu terlihat lebih cekung dan kurus kering layaknya tengkorak, namun wajahnya hidup dengan sinar fanatik yang membara.

"Kau perlu lebih banyak bujukan?" katanya, dadanya naik turun cepat. "Baiklah ambil yang paling kecil. Kita akan membiarkan mereka menonton selagi aku menyiksanya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Riddle Girl (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang