22 : The Quibbler

161 17 3
                                    

Malfoy Manor, Wiltshire.

"Aku harus menjemputnya, Cissy. Aku sudah lama melepasnya! Aku menunggunya selama 15 tahun untuk ini, Cissy. Kau paham kan? Kau juga seorang ibu."

"Aku mengerti, Bella. Tapi apa ini tidak terlalu tergesa-gesa? Lebih baik menunggu liburan musim panas tiba."

"Aku bertanya-tanya selama ini, apakah dia tau tentang ibunya atau dia mengira Darla si pengkhianat itu adalah ibunya?"

"Kurasa dia tidak tahu, Bella. Walaupun Draco tahu, tapi aku sudah melarangnya untuk memberitahu Alza."

"Dia Slytherin juga, kan?"

"Tentu saja, Bella. Apa kau lupa dia adalah pewaris Slytherin? Keturunan tunggal dari dia."

Bella menganggukkan kepalanya setuju. Dia penasaran sekali, seperti apa rupanya sekarang seperti apa sifatnya sekarang. Pasti anaknya itu akan secantik dirinya, sepintar ayahnya. Oh, dia yakin pasti anaknya itu mendapat peringkat paling tinggi dikelasnya.

"Bella, apa yang sedang pangeran kegelapan rencanakan?" tanya Narcissa tiba-tiba. Narcissa sendiri bukanlah seorang pelahap maut namun suaminya, Lucius adalah seorang pelahap maut.

"Masih ingat ramalan tentang pangeran kegelapan dan Potter?"

"Yeah, yeah ingat."

"Saat itu Snape hanya mendengar sebagian dan belum keseluruhan. Pangeran kegelapan ingin tahu apa isi keseluruhan dari ramalannya, jadi dia memutuskan untuk mencarinya."

"Bukankah itu sudah sempat Lucius lakukan bulan lalu?"

"Ya, kau benar. Namun kami tidak bisa langsung mengambilnya,"

"Mengapa?"

"Pangeran kegelapan tidak ingin benar-benar pergi kesana. Dia menyerahkan hal ini pada Lucius dan Pelahap Maut lain. Kemudian Lucius mencoba mengirim petugas kementerian, Podmore untuk mencurinya namun dia malah tertangkap. Upaya yang kedua, Bode menjadi gila setelah menyentuh bola ramalan itu. Dari sini jelas kan? Ramalan itu dilindungi oleh sihir."

"Artinya, hanya orang-orang tertentu yang dapat menyentuh atau mengambil ramalan itu?"

"Lebih tepatnya orang yang dimaksud oleh ramalan."

"Tapi bukankah Pangeran Kegelapan termasuk dalam kriteria itu?"

"Yeah, termasuk. Tapi seperti yang kukatakan tadi dia tidak ingin masuk kesana. Sebenarnya mudah untuknya menyelinap masuk hanya saja dia tidak ingin."

🔮🔮🔮

Belajar selama delapan jam adalah hal gila baginya. Lucunya, dua hari terakhir ini dia belajar delapan jam bersama Ernie di perpustakaan. Sebenarnya dia tidak ingin belajar, yang dia inginkan hanyalah bertemu Ernie. Katakan saja saat Ernie menjelaskan beberapa materi, dia hanya akan fokus pada Ernie tanpa memperdulikan materi yang sedang ia jelaskan.

Semua itu membuatnya kecanduan, nanti malam dia akan belajar lagi sampai larut bersama Ernie. Cukup sia-sia bisa dibilang begitu, semua yang ia pelajari bersamanya tak pernah benar-benar ia masukkan ke otak. Entahlah, mungkin dia kena ramuan cinta?

Dua sahabatnya juga mulai kebingungan. Semenjak dia belajar delapan jam bersama Ernie, tak ada yang membantu mereka mengerjakan tugas-tugas yang diberi para guru.

Pagi ini saat Alza pergi ke Aula Besar untuk rutinitas sarapannya, anak-anak banyak yang heboh! Kalau kalian tahu, The Quibbler, itu adalah majalah yang sering dianggap konyol anak-anak.

"Alza, kemari!" panggil Daphne dari meja Slytherin semangat.

Alza yang penasaran pun berlari kecil dengan semangat yang sama yang dimiliki Daphne menghampirinya. Daphne dan teman-teman lainnya menggelar majalah The Quibbler di atas meja, berdesakkan membaca apa yang ada dalam majalah tersebut. Alza bingung, bukankah mereka tak suka dengan majalah itu?

A Riddle Girl (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang