23 : Patronus

158 12 8
                                    

Bangun tepat waktu, Alza keluar asrama dan segera pergi menghampiri Ernie di depan kelas Telaah Muggle/studi Muggle di lantai lima. Alza tidak mengikuti kelas itu karena dia kan sudah tahu seperti apa Muggle sedangkan tujuan dari pembelajarannya adalah mengetahui bagaimana Muggle tidak berbeda jauh dengan penyihir.

Ernie belum keluar kelas saat dia tiba di depan pintu kelas. Beberapa anak mulai keluar dari kelas tapi Ernie belum. Kira-kira lima menit setelah sebagian besar anak keluar, dia baru saja keluar.

"Halo, Alza. Maaf kalau menunggu lama." ujarnya pertama kali.

"Tidak apa-apa, aku baru di sini lima menit."

Setelah itu mereka berjalan melewati koridor, menuruni beberapa tangga untuk sampai ke lantai satu dimana perpustakaan itu terletak. Saat melewati koridor menuju perpustakaan, mereka mendengar suara teriakan. Penasaran akhirnya mereka menghampiri teriakan itu.

Di Aula Depan, banyak sekali anak-anak yang berkerumun. Setelah berdesak-desakkan mencari tahu, itu dia Profesor Trelawney dan Profesor Umbridge berdiri di tengah kerumunan.

Profesor Trelawney berdiri di tengah dengan tongkat sihir di satu tangan dan botol sherry kosong di tangan lain, tampak benar-benar seperti orang gila. Rambutnya mencuat kemana-mana, kacamatanya miring, syal dan selendangnya menjuntai melorot dari bahu memberi kesan dia benar-benar sedang kacau-balau. Dua koper besar tergeletak di lantai di sebelahnya. Sepertinya dia di pecat oleh, Umbridge.

"Tidak!" jeritnya. "TIDAK! Tak mungkin ini terjadi..., aku menolak menerimanya!"

"Kau tak menyadari ini akan terjadi?" pekik suara nyaring kekanakan yang dibuat-buat. "Kalau kau tak sanggup sekedar meramalkan cuaca besok pagi, mestinya kau sadar bahwa penampilan mu yang parah selama masa inspeksiku dan tidak adanya perbaikan, tak bisa dihindarkan lagi akan membuatmu dipecat?"

Profesor Trelawney, air matanya bercucuran ke wajahnya dari balik lensanya, "Kau t-tak bisa memecatku! Aku sudah disini enam belas tahun! H-Hogwarts adalah rumahku!"

"Tadi, ya memang rumahmu." kata Profesor Umbridge dengan senyum gembira melebar di wajahnya. "Sekarang silakan meninggalkan Aula ini."

Walaupun Alza tidak suka caranya mengajar ramuan, tapi dia kasihan pada Profesor Trelawney yang diperlukan sangat kejam oleh Umbridge. Profesor McGonagall yang awalnya hanya berdiri menonton sepertinya mulai tidak tega. Dia meninggalkan barisan penonton dan berjalan mendekati Profesor Trelawney lalu menepuk-nepuk punggungnya sambil menarik keluar sapu tangan dari kantong jubahnya.

"Sudahlah, Sybill, tenang dulu..., tidak seburuk yang kau pikirkan... kau tak perlu meninggalkan Hogwarts." ujar Profesor McGonagall menenangkan.

"Begitu, Profesor McGonagall?" kata Umbridge maju beberapa langkah. "Dan apa hakmu mengeluarkan pernyataan it-"

"itu hakku," kata suara di seberang.

Dari pintu kayu ek yang terbuka memperlihatkan Dumbledore berdiri di ambangnya. Dia berjalan menerobos kerumunan menuju Profesor Trelawney yang bersimbah air mata dan gemetar.

"Hakmu, Profesor Dumbledore?" kata Umbridge. "Berdasarkan Dekrit Pendidikan Nomor 23, Inkuisitor Agung Hogwarts memiliki hak untuk hal-hal semacam ini. Aku merasa kinerjanya tidak sesuai standar yang disyaratkan."

"Tentu saja kau benar, Profesor Umbridge Sebagai Inkuisitor Agung kau berhak memecat guruku tapi sayangnya kau tak berhak mengusirnya."

Dumbledore meminta Profesor McGonagall membawa Profesor Trelawney masuk ke dalam. Awalnya dia menolak tapi akhirnya mau.

"Dan apa yang akan kaulakukan dengannya setelah aku menunjuk guru ramalan baru yang akan memerlukan kamarnya?"

"Oh, tak akan ada masalah. Aku sudah mendapatkan guru Ramalan baru untuk kita, dan dia lebih suka tinggal di lantai dasar."

A Riddle Girl (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang