Semua berawal dari perjodohan, tentang perjanjian pernikahan yang tidak di awali dengan niat yang baik, namun dapat menghasilkan buah hasil dari pernikahan ini.
Jaemin mematut dirinya di depan cermin, sudah satu minggu, dia dan sang istri tidak lagi berada dalam satu kamar yang sama, mereka telah pisah ranjang karena alasan tertentu.
Ayah Jaemin sudah tidak ada setelah dua tahun pernikahan mereka, sampai pada tahun ini Yangyang kehilangan sang ayah tercinta, dan membuat mereka mengalami pertengkaran-pertengkaran setiap harinya, sudah tidak ada ayah di kedua belah pihak bukannya harmonis malah sebaliknya.
Jaemin menganggap hal ini kesempatan mereka untuk berpisah, tidak ada lagi penghalang bagi mereka untuk berpisah, jika berbicara tentang ibu mereka berdua, Jaemin sangat yakin bisa memberi pengertian untuk mereka. Tapi ada satu yang akan jadi masalah, yaitu Anak.
Jisung namanya bocah lima tahun itu hadir di tengah-tengah mereka, semua di luar prediksi mereka, keluarga mereka memang menginginkan keturunan, namun tidak menyangka dalam satu tahun pernikahan mereka di karuniai anak semenggemaskan itu, dan hal itu juga menjadi pertimbangan untuk mereka berpisah.
Jaemin berjalan menuju ruang kerjanya dia sudah ada janji dengan sang istri untuk bertemu disana sebelum pergi bekerja.
Yangyang sudah duduk manis dan anggun, menunggu sang suami duduk dihadapannya. Iya sudah menyiapkan diri dengan kemungkinan terburuk.
"Tanda tangani surat ini"
Surat Perceraian
Yangyang mengambil surat itu dan melihatnya dengan seksama.
"Kamu yakin ingin berpisah dengan ku?"
"Tentu saja, sedari awal kita menikah, semua tanpa perasaan suka maupun cinta, aku tidak ingin ada di ikatan ini yang membuat kita terus bertengkar"
"Memangnya tidak ada rasa suka yang tumbuh di hati mu selama lima tahun kita menikah?"
"Aku rasa tidak ada sampai sekarang, jangan menyiksa dirimu sendir Yangyang dengan bertahan di pernikahan ini"
"Baiklah aku akan menandatangani surat ini, dengan syarat Jisung ikut denganku"
"Tidak bisa, Jisung akan ikut denganku"
Yangyang mengrinyitkan alisnya tanda tidak setuju dengan perkataan Jaemin.
"Kau punya segalanya, kenapa kau ingin Jisung juga? Kau masih bisa mencari penggantiku dengan memiliki anak lagi"
"Memangnya kau tidak? Akan jadi apa Jisung ditanganmu? Aku bisa memberikan kehidupan yang lebih baik dari dirimu"
"Jangan sombong Jaemin, jangan pernah memandang orang dengan sebelah mata mu"
"Aku hanya berbicara tentang fakta"
"Terserah padamu saja, aku tidak perduli, siapa yang dulu mengatakan bahwa anak itu adalah kesalahan?"
Yangyang mencoba menyinggung Jaemin dengan kenyataan bahwa dahulu saat mengetahui Yangyang hamil dia sangat anti dan tidak ingim melihat Yangyang, namun saat Jisung lahir dia menjadi seorang ayah yang siaga.
"Jangan membawa masa lalu, sekarang Jisung adalah ahli waris ku jadi dia akan ikut denganku"
"Kita lihat saja di pengadilan nanti"
Yangyang memberikan tanda tangannya di atas kertas itu, ia tidak ingin banyak berpikir karena memang ini keinginan mereka berdua.
Benarkah keinginannya sekarang? Bukankah keinginan itu terjadi pada dulu saat mereka masih labil? Apa benar mereka menginginkan perpisahan ini terjadi? Atau perpisahan ini terjadi karena ke egoisan mereka saja?
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Life Simulation | JaemYang
RandomCerita ini GS Bagaimana jika, sebuah pernikahan menjadi ajang simulasi? berawal dari tidak cinta menjadi cinta. Namun harus melalui perpisahan.