Hari ini Yangyang harus mengantarkan sang Kakak ke bandara, Xiaojun dan keluaga kecilnya tidak bisa berlama-lama liburan karena waktu liburan sudah habis.
"Tante, kenapa harus pulang sekarang?"
"Karena waktu liburannya sudah habis sayang"
"Uchan, kenapa tidak sekolah disini saja?"
Jisung sedih, dia adalah anak tunggal begitu juga dengan Sungchan. Mereka hanya memiliki satu sama lain, mereka bisa di katakan kembar beda ibu beda ayah. Mereka berdua sangat lengket walau jarak di antara mereka jauh.
"Tidak bisa Icung, karena Dad dan Mom harus bekerja. Nanti kalau Icung rindu, berkunjunglah kerumah Uchan ya"
Sungchan memeluk adik sepupunya itu, ia sangat sayang pada Jisung umur mereka hanya terpaut satu tahun.
"Kenapa menangis hm?"
"Om Mark, nanti kalau Icung rindu boleh ya main ke rumah Om dan Tante"
"Tentu saja boleh, Jisung boleh kapan saja mengunjungi rumah Om dan Tante"
Semua berpamitan satu persatu.
"Kamu jaga diri ya dek"
"Iya, tenang saja. Kakak juga ya, jaga kesehatan, jangan sembrono karena sekarang ada nyawa kecil yang kakak bawa"
"Iya bawel"
Xiaojun mengelus kepala adiknya.
"Kakak tunggu kabar baiknya dari kamu ya"
"Terimakasih kak"
Xiaojun memeluk sang ibu.
"Ibun jaga kesehatan ya"
"Kamu juga, jangan bandel disana ya"
"Aku tunggu kehadirannya Ibun disana"
"Iya nanti Ibun berkunjung kesana"
Mereka mengantar sampai keluarga kecil itu tidak terlihat lagi dan berada di ruang tunggu.
Saat mereka ingin kembali ke mobil, Jisung merengek ingin membeli donat di bandara. Ten sang nenek menyuruh anaknya menunggu duduk di salah satu bangku dan ia menemani sang cucu membeli donat.
Saat menunggu sendiri, seseorang datang berdiri tepat di depannya.
"Yangyang? Kita bertemu lagi"
"Oh, pak Hendra?"
"Wah, tidak terduga kita akan bertemu lagi disini. Kebetulan sekali"
"Hm iya"
Yangyang ingin pergi dari situasi canggung ini, kalau dia tidak ingat statusnya sebagai seorang istri. Mungkin dia tidak akan seterganggu ini, masalahnya orang bernama Hendra ini terlalu agresif.
"Bapak, ada perjalanan bisnis?"
"Ya, saya ada perjalanan bisnis, kenapa memanggil bapak lagi? Panggil nama saja"
"Maaf tapi kita tidak..."
Pembicaraan mereka terhenti karena seseorang memanggilnya, Yangyang tidak bisa melepaskan pandangannya dari laki-laki itu. Tampan sekali batinnya, mereka bertemu terakhir kali dua minggu yang lalu. Namun lelaki itu tak sendiri ada beberapa orang dan satu perempuan yang ia tandai waktu mereka makan bertiga waktu itu, perempuan itu ada disini juga.
"Sedang apa disini?"
"Mengantar kak Xiaojun, dia kembali hari ini. Kan sudah ku katan kemarin"
"Maaf, aku lupa"
"Pak Jaemin"
"Pak Hendra, bukannya tandi anda katakan akan ke toilet. Tapi kenapa bisa berada disini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Life Simulation | JaemYang
RandomCerita ini GS Bagaimana jika, sebuah pernikahan menjadi ajang simulasi? berawal dari tidak cinta menjadi cinta. Namun harus melalui perpisahan.