Sudah lima hari Yangyang terbaring di rumah sakit, malam ini Jaemin membantu suster memompa asi untuk diberikan kepada anaknya. Jaemin sudah berkonsultasi dengan dokter, karena ia melihat rembesan asi di baju Yangyang dan membantu untuk memompa asi.
Setelah selesai dan asi itu di bawa, Jaemin kembali merapihkan pakaian Yangyang, Jaemin kembali duduk dan menggenggam tangan itu.
"Kamu tidak mau memberi asi secara langsung sayang?"
Gerakan pada jari Yangyang, Jaemin rasakan. Sudah beberapa hari ini jari itu akan bergerak ketika diajak berbicara, namun Yangyang tidak kunjung sadarkan diri.
"Nanti kalau kamu sudah sehat kita buat perayaan kecil ya buat menyambut si adek dan kamu"
"......"
"Kamu mau kasih nama apa si adek? Kemarin bukannya kamu bilang ada nama yang sudah kamu siapkan ya?"
"......"
"Ternyata aku lemah ya, ditinggal kamu tidur lima hari saja, aku sudah ingin menghancurkan rumah sakit ini rasanya"
"......."
"Aku rindu kamu, ayo bangun"
Jaemin mengecup jari-jari sang Istri, lalu tanpa ia sadari terlelap dengan posisi duduk. Dua jam kemudian Jisung dan juga Ten datang untuk menjenguk.
"Papa"
Jisung menggoyangkan tubuh sang Papa.
"Papa bangun"
Jaemin terbangun dari tidurnya dan melihat ke arah sang Anak dan Ibu mertuanya yang sedang berkunjung.
"Bersih-bersih lah terlebih dulu Jaem, biar Ibun yang menjaga Yangie"
Jaemin mendengarkan apa yang di katakan Ibu mertuanya itu. Jaemin membersihkan dirinya, dari dalam dia sempat mendengar suara ramai di luar. Setelah selesai mandi Jaemin keluar dengan badan dan wajah yang terlihat lebih segar.
Saat melihat ke arah tempat tidur rumah sakit itu, dia melihat mata sang Istri tertuju padanya. Tentu saja Jaemin terkejut, lantas dengan perlahan mendekati tubuh yang masih terlihat lemas itu.
"Selamat ya pak, Ibu sudah sadarkan diri. Saya sudah memeriksa dan kondisinya sudah mulai stabil"
Jaemin dengan wajah kagetnya melihat ke arah dokter. Ia genggam tanga Istrinya itu, ia tidak perdulikan sekitarnya, yang ia tuju sekarang hanya sang Istri.
Jaemin mengecup kening Yangyang dan tanpa sadar menitihkan air mata.
"Kamu sudah sadar"
"......."
"Ada yang sakit?"
"......"
Yangyang hanya mengangguk, tanda ia merasakan sakit.
"A..ir"
"Kamu mau minum?"
Jaemin mendekatkan ujung sedotan ke arah bibir Yangyang, namun tidak ada setetes air yang berhasil masuk ke dalam mulutnya. Jaemin yang melihat itu lantas mencari cara agar sang Istri dapat memasukan air ke dalam mulutnya.
Jaemin menutup ujung sedotan itu, lalu ia angkat sedotannya. Mengarahkan ujung bawah sedotan ke arah mulut Yangyang, meneteskan sedikit demi sedikit air minum itu.
Bibir Yangyang tidak pernah terlihat pecah-pecah karena Jaemin selalu membersihkan seluruh tubuh Yangyang dan selalu mengoleskan minyak kelapa pada bibir sang Istri.
Saat ini Yangyang masih susah untuk menyedot air dalam sedotan tenaganya masih lemas.
"Sudah enakan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Life Simulation | JaemYang
LosoweCerita ini GS Bagaimana jika, sebuah pernikahan menjadi ajang simulasi? berawal dari tidak cinta menjadi cinta. Namun harus melalui perpisahan.