Part 4

758 37 0
                                    

"Hhhh."

Terdengar helaan nafas kala seseorang memasuki rumah megah miliknya, tidak! Lebih tepatnya, ayahnya.

Athalla baru saja pulang, sebenarnya ini terlalu larut untuk seorang pelajar. Mengingat, hari sudah menunjukan kegelapannya.

Pukul 22:45 bukan jadwal pelajar untuk pulang, bukan?

Entah darimana saja anak itu hingga bisa pulang selarut ini. Sejujurnya, Athalla sangat malas untuk pulang, namun ia sangat merindukan tempat tidur kesayangannya.

Athalla melangkahkan kedua kakinya melewati ruang tamu, lelaki itu ingin segera merebahkan seluruh tubuhnya di atas kasur. Lelah!

"Papa mau bicara." Suara yang terdengar tidak asing itu tiba-tiba saja keluar dari mulut seseorang, membuat langkah Athalla terhenti seketika.

Pria yang semula memainkan ponsel, kini memasukan benda pilih tersebut ke dalam saku miliknya. Pasalnya, orang yang sedari tadi ia tunggu-tunggu kini sudah datang.

Tomy Mahendra, pria berusia 41 tahun itu menatap ke arah lelaki yang baru saja tiba, tatapannya sedikit tajam.

Apa ayahnya ini akan kembali memarahi Athalla?

Sudah bukan hal aneh lagi bagi Tomy untuk tidak memarahi putranya. Entah sudah berapa ratus kali lelaki itu mendapatkan teguran dari sang ayah selama hidup bersamanya. Namun, Athalla tetap saja melakukan kesalahan. Bukan berkurang, justru sebaliknya, Athalla seolah sengaja membuat Tomy darah tinggi. Anak itu memang susah di atur! Atau mungkin, sengaja ingin mencari perhatian?

Tomy heran, kenapa putranya bisa mempunyai sikap seperti itu?

Apa karena dirinya salah mendidik Athalla? Padahal Tomy tau betul jika dirinya tidak pernah memanjakan anaknya selama ini.

Apakah itu penyebab yang sebenarnya? Tidak pernah memanjakannya?

"Aku cape, mau istirahat." Athalla tidak menghiraukan ucapan sang ayah, dirinya kembali melangkahkan kaki seraya ingin segera memasuki kamar miliknya.

Hari ini benar-benar terasa melelahkan, ada banyak sekali kejadian yang membuat Athalla merasa semakin muak dengan kehidupan yang ia jalani.

Tidak ada tempat yang membuat dirinya merasa nyaman selain kamar miliknya, itupun jika di rumahnya tidak ada Tomy.

Athalla sangat malas jika harus berhadapan dengan ayahnya sendiri, pria itu selalu saja membuat rasa kesal Athalla seolah meningkat. Dirinya lelah, namun pria itu tidak mengerti akan perasaannya sedikitpun.

Menegur dengan cara salah, seharunya ayahnya tidak perlu menasehatinya dengan bentakan. Masih ada cara lain untuk ia bisa menuruti ucapan sang ayah, memberikan nasehat dengan cara lembut misalnya.

Jika Tomy bisa memperlakukannya dengan sedikit lembut, mungkin Athalla akan sedikit luluh. Tidak seperti ini, membentaknya dengan kata-kata yang terdengar menyakitkan, menamparnya jika Athalla berani membela diri, bahkan kurungan di dalam gudang sudah sering pria itu berikan.

Athalla bingung, dirinya ingin sekali seperti orang lain yang bisa akrab dengan ayahnya sendiri. Namun, melihat sikap sang ayah yang seperti itu membuat Athalla mengurungkan niatnya. Lebih memilih acuh seolah dirinya tidak memperdulikan apapun tentang ayahnya.

Itu semua karena, ayahnya!

"Athalla!"

Suara itu terdengar menggema di ruangan sana membuat Athalla tersentak kaget, ayahnya kembali marah.

Tomy berpikir, Athalla memang sangat sulit untuk di atur. Anak itu sering membantah ucapannya, larangan yang di buat seringkali di abaikannya. Tomy jengkel, padahal dirinya sudah berusaha memberikan yang terbaik untuk putranya itu.

Semua Belum Usai [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang