Waktu ibaratkan roda yang permukaannya kasar, menggelinding di tempat yang juga tidak melulu rata. Terasa begitu lambat dan sudah pasti tidaklah menyenangkan.
Hitam putihnya kehidupan, pahit manisnya pengalaman. Entah sudah berapa banyak hari yang Athalla lalui tanpa keberadaan sang adik di sampingnya. Namun tidak terasa waktu itu sudah terlewati begitu saja tanpa ia sadari.
Rasanya baru kemarin dirinya bertemu dengan Erik untuk pertama kalinya. Setelah sekian lama, wujud adiknya kini kembali terlihat, memasuki sekolah yang sama dengan dirinya, Athalla merasa seperti berada di alam mimpi.
Alih-alih saling menyalurkan rasa rindunya satu sama lain, hanya Eriklah yang melakukan itu seorang diri. Sedikit miris, Erik yang selalu berusaha keras untuk mendekati sang kakak yang sudah lama tidak ia lihat, lalu bagaimana dengan anak itu?
Athalla justru sebaliknya, terlihat dingin juga acuh. Anak itu bahkan tidak ingin tersentuh hanya sekedar dengan sapaan hangat adiknya. Namun sekarang, masalalunya hanya tinggal kenangan.
Kenangan yang jauh dari kata baik, atau bahkan sangat buruk? Athalla sungguh menyumpahi dirinya sendiri akan hal ini, sangat menyayangkan sikapnya yang tidak pernah ingin berbaik hati terhadap Erik.
Athalla sangat rindu, sekarang adiknya berada jauh di negeri sana. Walaupun anak itu seringkali menghubunginya lewat ponsel, namun tetap saja Athalla merindukan tingkahnya yang terlihat yang konyol.
Senyuman yang terukir di balik bibirnya yang tipis, Athalla sungguh merindukannya!
"Rik, lo liat gue, 'kan?"
"Gue udah nurutin semua kemauan, Lo."
"Gue udah berubah sekarang, iya walaupun susah. Tapi seenggaknya gue udah berusaha!"
Athalla tersenyum tipis, kepalanya menunduk, manik matanya yang indah tidak berhenti menatap sebuah kertas berukuran sedang di bawah sana.
Anak itu menggenggam satu lembar foto, terlihat adiknya yang sedang bertingkah konyol di foto sana. Jika di ingat-ingat, waktu itu Erik memaksanya untuk memotret dirinya kala berada di pusat perbelanjaan.
Memakai topeng Iron Man, Athalla benar-benar merasa malu dengan tingkah adiknya pada saat itu!
"Andai lo ada di sini. Rik!" ucapnya kembali tersenyum, sebelah tangannya mengambil benda pipih yang berada di sebelahnya.
Kembali menatap satu buah foto yang sengaja ia ambil secara diam-diam, tingkah Erik yang seringkali membuatnya jengkel, terkadang tingkah itulah yang membuat Athalla merasa ingin kembali merasakan pengalaman menjengkelkan itu.
Ternyata memang benar, seseorang akan sangat ia rindukan, ketika orang itu sudah tidak berada di hadapan kita. Sekalipun, dengan tingkah yang membuat kita kesal.
Drttt Drttt
Ponsel berdering dengan tiba-tiba, membuat Athalla yang sedang menatap satu lembar kertas menjadi jengkel.
"Siapa, sih. Ganggu gue aja!"
"Erik?"
Rasa jengkel akibat orang itu sudah berani mengusik kerinduannya terhadap sang adik, kini hatinya mulai mendingin.
Athalarik menghubunginya, dan itu sontak saja membuat bola mata Athalla membulat. Adiknya itu tahu saja jika dirinya sedang merindukannya, batin anak kembar memang kuat!
"Bang, Athaaaa!"
Berhasil menggeser tombol hijau pada layar ponsel, Athalla di kejutkan dengan suara teriakan dari seberang sana. Terdengar memekik membuat gendang telinga Athalla terasa ingin pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semua Belum Usai [END]
Teen FictionKenapa prinsip hidup sebagian orang begitu bodoh? Menyembunyikan semuanya tanpa ingin ada orang lain yang mengetahui, bukankah itu akan semakin menyiksa diri sendiri? Tidak apa jika dirimu di anggap lemah. Itu artinya, kamu masih benar-benar merasak...