Part 36

347 22 1
                                    

"Atha, kenapa adek kamu bisa masuk rumah sakit lagi?" tanya Airin tidak percaya.

Pasalnya, belum ada satu bulan Erik menginjakkan kakinya di rumah sakit, namun kini anak itu harus kembali memasuki ruangan yang membuat Airin semakin cemas.

Wanita itu hanya takut akan kondisi anaknya yang semakin parah, penyakit yang tidak kunjung hilang, bahkan sebaliknya, penyakit Erik semakin menyebar seiring berjalannya waktu, dan kali ini anaknya harus kembali di rawat.

"Maafin aku, Ma."

"Mama, 'kan udah nyuruh kamu buat jagain dia!"

Sedikit kesal, Airin berbicara lebih tinggi dengan menatap Athalla tajam. Raut wajah Athalla seketika berubah kala melihat bagaimana reaksi sang ibu di saat mengetahui adiknya kembali masuk rumah sakit, itu sudah cukup meyakinkan Athalla jika ibunya sangat menyayangi Erik. Pun dengan dirinya yang tidak bisa menjaga adiknya, Athalla pasrah jika sekarang ibunya akan memarahinya.

"Ini salah aku."

"Aku ... Aku udah buang obat Erik!" ucap Athalla pelan.

Anak itu tidak bisa berbohong, ini memang salahnya. Jika saja dirinya tidak membuang obat berharga milik Erik ke dalam closet, mungkin kejadiannya tidak akan berakhir seperti ini.

Memasuki ruangan dengan bau obat yang menyeruak, Athalla sungguh merutuki dirinya sendiri. Tindakannya kali ini benar-benar di luar dugaannya, padahal ia sendiri tidak menginginkan kejadian seperti ini terjadi.

Namun mau bagaimana lagi? Athalla tidak bisa melakukan apapun selain berdoa akan keselamatan adiknya, juga terus menyumpahi dirinya atas tindakannya yang terlampau bodoh!

"Kamu jangan bercanda Athalla!" tanya sang ibu semakin menajamkan tatapannya menatap Athalla, merasa tidak mengerti dengan ucapan anaknya, ia ingin mendengar ucapan lelaki di hadapannya sekali lagi saja.

Airin tentu saja tidak semudah itu mempercayai ucapan Athalla.

Wanita itu tau betul dengan hubungan kedua anaknya yang kembali membaik, sebab kedua anaknya kini tinggal bersamanya membuat Airin tau bagaimana Athalla memperlakukan Erik.

Anak itu sangat protektif melebihi dirinya, Airin senang, itu artinya Athalla sudah dapat menerima sang adik seperti apa yang selama ini Erik inginkan.

"Aku serius, Ma."

"Aku sengaja buang obat itu karena aku nggak mau liat dia kambuh terus-terusan!" sambung Athalla seolah tidak merasa takut akan amarah ibunya yang bisa saja meluap kala mendengar penuturannya.

Athalla sungguh tidak memperdulikan itu, ini murni kesalahannya. Jika adiknya saja sedang kesakitan akibat ulahnya, maka dirinya pun sama halnya. Athalla harus siap merasakan sakit akan ucapan ibunya yang mungkin saja akan memarahi dirinya dengan perkataannya.

Athalla tau jika sang adik adalah kebanggaan sang ibu, terlebih keduanya sudah tinggal satu atap sedari dulu, tidak seperti dirinya yang baru saja memasuki rumah itu.

Rumah yang di anggapnya asing, bahkan hingga saat ini. Athalla tidak menyangkal jika perasaan itu masih saja sama, walaupun dirinya sudah berada di rumah itu dari satu bulan yang lalu, tetapi tetap saja rasanya masih canggung.

Terlebih, kala Athalla melihat bagaimana interaksi Erik bersama sang ibu yang terlihat sangat akrab membuatnya merasa minder kala harus menghampiri keduanya.

Apa seperti itu perasaan Erik dulu?

Ketika dirinya dekat bersama sang ayah, tetapi Erik tidak berada di antara keduanya? Anak itu hanya melihat di balik tembok tanpa ingin mengganggu sedikitpun, terasa sesak!

Semua Belum Usai [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang