Berbeda dengan sang kakak yang sudah memasuki rumahnya, Athalarik justru masih saja diam di luar sana. Masih setia duduk di jok motor milik Athalla dengan segala pemikirannya.
Sama halnya dengan Athalla, Athalarik juga merasakan hal yang sama. Dirinya merasa asing sekarang, walaupun kini Erik sudah berada di halaman rumah itu, namun kedua kakinya seolah tidak ingin melangkah. Athalarik ragu, sebab ini kali pertama dirinya ke tempat ini.
Benar-benar pertama kali, tidak seperti Athalla yang sering diam-diam mendatangi rumah ibunya. Beruntung, sang kakak memberikan alamat rumahnya ketika lelaki itu sedang berada di dalam mobil sepulang sekolah tadi.
"Apa bang Atha udah ketemu sama Mama?" Lelaki itu bertanya pada dirinya sendiri. Mengingat, ini sudah hampir setengah jam.
Tidak terlalu memakan waktu lama untuk sampai ke rumahnya, jarak rumah Athalarik dengan sekolahnya cukup dekat.
"Kalau iya, mereka pasti lagi makan bareng sekarang," sambungnya lagi.
Athalarik kembali berucap tanpa merasa ragu, anak itu masih mengingat betul bagaimana kebiasaannya bersama Mamanya.
Wanita itu selalu mempersiapkan makan siang yang sengaja ia buat untuk anaknya, seorang diri tanpa ada yang membantu kala dirinya sedang tidak berangkat ke kantor. Airin memang tidak mengenal lelah, walaupun berada di rumah pun dirinya masih saja mengurusi pekerjaan kantor, namun tetap saja wanita itu masih sangat memperhatikan anaknya.
Wanita hebat itu, Athalarik sangat menyayanginya.
"Den, Atha?" ucap seseorang dengan membuka pintu secara tiba-tiba. Sontak saja tindakannya itu cukup membuat Erik sedikit terkejut.
"Siapa?"
Pertanyaan Athalarik seketika membuat wanita itu mengernyitkan sedikit alisnya, tanpa harus berpikir panjang. Wanita yang tidak lain adalah bibi Sari itu hanya membalasnya dengan tersenyum, Athalla memang sering melawak pikirnya.
"Aden kenapa diem di luar?" sambung bi Sari seraya menghampiri Erik yang di anggapnya adalah Athalla, anak majikan yang selama ini sangat menghormatinya walaupun kasta mereka berbeda.
Mendengar suara motor sedari tadi, bi Sari masih saja tidak melihat tanda-tanda jika Athalla memasuki kawasan rumah.
Biasanya, anak itu akan menghampirinya terlebih dulu, menggodanya dengan memuji kecantikannya, mencicipi sedikit masakannya, apapun. Tingkah anak itu ketika sedang di dalam rumah benar-benar terlihat berbeda, namun itu sama sekali tidak berlaku jika di hadapan sang ayah.
Ekspresi datar juga malasnya seolah tidak ingin ia ubah, tetap sama kala dirinya berada di luar sana.
Athalla sudah menganggap bi Sari sebagai ibunya selama ini, jadi tidak mungkin jika dirinya akan bersikap biasa saja. Walaupun wanita itu hanyalah pembantunya, tetapi Athalla harus memberikan keistimewaan.
Hanya bi Sari, orang yang selama ini menyemangati dirinya ketika dunianya terasa ingin runtuh.
Mamanya berada jauh di sana, ia bahkan merasa ragu untuk menggapainya. Namun di sini, ada wanita lain yang sangat menyayangi dirinya, kasih sayang yang tulus, juga usapan lembutnya tidak pernah berhenti mengalir.
Athalla menyayanginya tanpa terkecuali!
"Ah iya, aku lagi nyari udara seger dulu," balasnya ikut tersenyum. Sedikit ragu dengan ucapan yang ia keluarkan, namun mau bagaimana lagi? Erik harus pintar mencari alasan agar wanita yang kini berada di hadapannya tidak merasa curiga.
"Tumben, biasanya langsung masuk kamar."
Sepertinya wanita itu sangat tau betul dengan semua kebiasaan Athalla, bahkan hal kecil sekalipun, sepertinya wanita itu memang tau segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semua Belum Usai [END]
Teen FictionKenapa prinsip hidup sebagian orang begitu bodoh? Menyembunyikan semuanya tanpa ingin ada orang lain yang mengetahui, bukankah itu akan semakin menyiksa diri sendiri? Tidak apa jika dirimu di anggap lemah. Itu artinya, kamu masih benar-benar merasak...