Jarum jam tidak berhenti bergerak mengikuti tugas yang seharusnya, jalanan cukup senggang membuat Athalla leluasa mengendarai motornya tanpa ragu. Melaju sedikit kencang membuat Airin harap-harap cemas, untuk pertama kalinya wanita itu menaiki motor besar dengan Athalla yang membawanya di depan sana.
Sudah hampir 35 menit perjalanan, akhirnya motor yang di kendarai keduanya berhenti tepat di sebuah hunian mewah. Bangunan bercat putih itu tidak terlihat cerah, ada aura yang berbeda di dalam sana.
Airin yakin jika pemilik rumah lah yang menjadi penyebabnya, benar. Sebab, Tomy tidak pernah lagi tersenyum semenjak bercerai dengan sang istri membuat emosinya menjadi tidak terkontrol. Wajah tegas juga suara yang meninggi, pria itu sering bersikap seperti itu, juga kedekatannya bersama Athalla. Tomy tidak pernah sekalipun bisa bercanda dengan anak itu, tidak seperti dulu yang selalu melemparkan tawa walaupun hanya dengan hal-hal kecil sekalipun.
Sikap keduanya terlalu acuh, namun tidak ada yang tau, jika setiap malam tiba, dirinya selalu merenung akan kehidupannya yang semakin hari semakin terasa hancur.
Tomy tidak ingin seperti ini sejujurnya, setiap kali dirinya memarahi Athalla, pria itu selalu menyesalinya di kemudian hari. Walaupun, tetap saja akan melakukannya lagi kala Athalla berbuat salah.
Athalla memasuki rumah dengan tergesa, di ikuti Airin di belakangnya. Tidak perduli jika kedua kakinya akan terasa pegal nanti. Ini demi adiknya, ia ingin segera mengetahui bagaimana kondisi Erik.
"Pa!"
Suara itu terdengar tinggi juga terasa sangat tidak asing, membuat pria yang sedari tadi memainkan ponselnya di atas sofa sana menjadi sedikit terkejut. Mengalihkan pandangannya menatap siapa orang yang sudah berani memasuki rumahnya tanpa izin, juga berteriak seperti orang tidak waras.
"A-Airin?" ucap Tomy terkejut bukan main, ia segera berdiri dari duduknya dengan cepat, matanya tidak berhenti menatap siapa wanita yang kini berada di hadapannya. Tidak percaya dengan apa yang sedang ia lihat, pria itu sampai tidak mengedipkan kedua matanya.
Seakan di anggap angin lalu, Tomy bahkan tidak merespon ucapan Athalla. Pria itu hanya fokus pada satu objek di depannya, Airin. Wanita yang memaksanya untuk meminta perceraian, hingga membuat kehidupannya menjadi berantakan.
"Dimana Erik?" tanya Athalla sedikit lebih tinggi dengan sorot matanya yang mulai terlihat tajam.
"Erik siapa maksud kamu?" jawab Tomy bingung.
"Athalarik anak Papa! Apa ucapan aku masih kurang jelas?!" sambung Athalla semakin menaikkan nada bicaranya.
Rasa takut akan ayahnya selama ini, seolah hilang entah kemana. Athalla tidak takut jika ayahnya akan kembali menampar dirinya lagi, mengingat ada hal penting daripada dirinya sekarang, pun ibunya kini berada di sampingnya. Wanita itu pasti tidak akan sudi membiarkan anak kandungnya mendapatkan perlakuan tidak manusiawi dari ayahnya sendiri. Athalla yakin jika ibunya akan membelanya.
"Jangan ngaco kamu!"
Tomy bingung, Tentu saja. Athalla tiba-tiba mendatangi rumahnya begitu saja, juga teriakan yang tidak pernah berhenti memanggil nama Erik.
Apa ini bercanda? Jika lelaki di hadapannya ini bukan Erik, lantas di mana Erik yang asli?
Pria itu semakin heran saja dengan sikap anaknya yang satu ini, sikapnya sangat mirip dengan Athalla pikirnya. Sama-sama tidak mempunyai rasa hormat terhadap orang yang lebih tua dari dirinya.
"Erik, mau kemana kamu? Jangan bertingkah tidak sopan di rumah saya!"
Kali ini, Tomy berteriak kencang. Melihat Erik yang tidak lain adalah Athalla pergi begitu saja meninggalkan dirinya, tentu membuat Tomy ikut kesal. Anak itu benar-benar tidak mempunyai sopan santun!
KAMU SEDANG MEMBACA
Semua Belum Usai [END]
Teen FictionKenapa prinsip hidup sebagian orang begitu bodoh? Menyembunyikan semuanya tanpa ingin ada orang lain yang mengetahui, bukankah itu akan semakin menyiksa diri sendiri? Tidak apa jika dirimu di anggap lemah. Itu artinya, kamu masih benar-benar merasak...