Siang telah berganti dengan malam mengikuti arus yang seharusnya. Malam ini, Athalla benar-benar tidak bisa tidur. Bukan karena Moza yang tidak lain adalah kucing peliharaan adiknya yang selalu menempel terhadap dirinya, namun adiknya sendiri lah yang kini berhasil mengusik pikirannya.
Menyebalkan sekali, padahal Erik tidak melakukan apapun. Anak itu bahkan tidak banyak mengoceh semenjak pagi tadi, juga sekarang tidak ada notifikasi ataupun panggilan masuk dari anak itu. Seharusnya Athalla merasa tenang, bukanlah ini yang ia mau, tidak ada lagi yang mengusik ketenangannya sekalipun itu dari adiknya sendiri, juga ia dapat tidur dengan nyenyak tanpa adanya pengganggu? Benar, namun karena perubahan sikap Erik pula lah yang membuat Athalla kembali tidak tenang.
Memikirkan bagaimana kondisi adiknya nanti, Athalla hanya takut jika ayahnya akan melakukan lebih dari itu. Perasaannya merasa tidak tenang, dan itu hanya karena Erik.
"Sialan! Kenapa gue nggak bisa tidur, sih?"
Athalla yang sedari tadi terus berjalan kesana kemari kini menghentikan langkahnya dengan mengusap kepalanya kasar, dirinya tidak bisa tidur. Hanya merebahkan tubuhnya tanpa ingin terpejam, menatap langit-langit kamar milik adiknya seolah merasa ada yang salah. Padahal, dirinya sudah tinggal bersama ibunya sekarang. Namun tetap saja rasanya sangat aneh, terlebih setelah melihat perubahan sikap adiknya ketika di sekolah tadi.
"Erik?"
"Mama?"
Terkejut, tentu saja. Athalla yang semula terus memikirkan Erik tanpa henti kini harus di hentikan oleh sosok wanita yang selama ini ia rindukan. Mamanya membuka pintu kamar tanpa sepengetahuan Athalla, mungkin bagi Erik, ini sudah menjadi hal yang biasa. Namun bagi Athalla, ini terasa sedikit aneh.
"Kamu belum tidur?" tanya Airin dengan mendudukkan diri tepat di samping Athalla.
"Belum, Ma. Memangnya kenapa?"
"Enggak, Mama cuma pengen cek kamu aja udah tidur atau belum," jawab Airin tersenyum, terlihat manis membuat Athalla merasa sedikit hangat.
"Akhir-akhir ini Mama kenapa ngerasa aneh, ya."
Airin kembali berucap, sebenarnya ia ingin menanyakan hal ini sejak beberapa hari yang lalu. Namun ia mengurungkan niatnya, Airin pikir, mungkin ini hanya perasaannya saja. Namun semakin kesini, Airin merasa semakin aneh dengan perubahan sikap Erik. Anak itu sedikit dingin, walaupun Erik masih bisa bersikap baik.
"Aneh gimana?"
"Mama jarang banget liat kamu minum obat, kamu nggak lupa, 'kan sama obat kamu?"
Tidak ingin membuat anaknya merasa tersinggung, Airin mencoba mengalihkannya dengan pembahasan lain.
Selain perubahan yang terasa mengganjal di benak Airin, wanita itu juga tidak pernah melihat Erik meminum obatnya akhir-akhir ini.
Biasanya, Erik selalu meminta Airin untuk mengambilkan susu kotak kala selesai meminum obat. Bagi Erik, obat sangatlah tidak enak. Rasanya sangat pahit walaupun meredakan sakit, Erik bosan. Namun ibunya selalu menyemangati dirinya akan kesembuhan yang tidak mustahil bagi Tuhan, susu kotak adalah pilihan dari Airin untuk menghilangkan rasa pahit. Entah baik ataupun tidak, namun Erik sering meminumnya setelah meminum obat yang sering dirinya konsumsi, juga hasilnya tidak buruk.
"Obat?" tanya Athalla sedikit terkejut, entah obat apa yang ibunya maksud. Namun yang jelas, perasaannya kembali tidak tenang sekarang.
"Kamu nggak boleh lupa, itu obat penting supaya jantung kamu nggak terlalu sakit," sambung Airin sembari mengusap pundak Athalla lembut, namun sungguh! Usapan lembut yang selalu Athalla inginkan kini tidak membuatnya merasa senang. Pikirannya masih memaksanya untuk mencerna ucapan ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semua Belum Usai [END]
Novela JuvenilKenapa prinsip hidup sebagian orang begitu bodoh? Menyembunyikan semuanya tanpa ingin ada orang lain yang mengetahui, bukankah itu akan semakin menyiksa diri sendiri? Tidak apa jika dirimu di anggap lemah. Itu artinya, kamu masih benar-benar merasak...